Pada awal minggu ini setelah investor asing berhasil mencetak record inflow dalam 1 tahun terakhir, kami langsung mengindikasikan bahwa IHSG ‘seharusnya’ akan segera mencetak record yang sama. Pada saat itu market masih ‘disibukan’ oleh potensi kenaikan suku bunga The Fed yang akhirnya diumumkan kemarin malam.
Secara Teori Ekonomi Makro, memang dikatakan jika satu negara meningkatkan suku bunga, maka kebijakan tersebut akan mengurangi liquiditas / uang beredar di negara tersebut, dan teori tersebut dikembangkan oleh para analis sekuritas di Indonesia, yang menganggap berkurangnya liquiditas tersebut akan menyebabkan adanya Foreign Outflow di IHSG, karena para hadge fund manager asing memilih untuk menarik dana mereka, untuk ditabungkan di Amerika Serikat karena suku bunganya naik 0.25%. Hal yang sama juga dipercaya terjadi pada suku bunga, ECB, atau kebijakan stimulus di berbagai negara.
Pengembangan Teori Ekonomi Makro yang digunakan untuk memprediksi Foreign Flow IHSG tersebut memang cukup masuk akal, namun sayangnya para analis yang mempercayai teori tersebut tidak terlebih dulu melakukan pembuktian dari teori kebanaran tersebut, hanya karena teori tersebut masuk akan banyak analis yang percaya teori tersebut benar adanya.
Tahun lalu kami sudah sempat mempublikasikan studi yang menjelaskan akan Efek Sebenarnya Keputusan The Fed untuk IHSG, pada artikel tersebut kami menjelaskan bahwa terlepas dari apa yang dikatakan oleh teori-teori Makro Ekonomi, pergerakan Investor Asing di IHSG tidak ada hubungannya sama sekali dengan kebijakan-kebijakan tersebut.
Salah satu bukti terbarunya adalah pada perdagangan kemarin, setelah diumumkannya kenaikan suku bunga The Fed, invest asing di IHSG justru langsung mencetak inflow harian tertingginya dalam lebih dari 6 bulan terakhir (Inflow 1.8 Triliyun dalam 1 hari), bahkan sebelum pengumumang tersebut pun investor asing terlihat sudah sangat bergairang mengumpulkan saham di bursa kita ketika pada analis dalam negeri masih fokus terhadap efek kenaikan suku bunga The Fed untuk IHSG kedepan.
Beberapa waktu yang lalu ada seorang analis muda menanyakan kenapa kami tidak percaya terhadap berbagai teori Ekonomi Makro tersebut ?
Saya pun menjawab dengan sangat alasan yang sangat simple, kami merasa cara terbaik untuk memprediksi pergerakan ‘seseorang’ di masa yang akan adalah dengan melihat apa yang dilakukannya sekarang, bukan dengan fokus membaca koran, melihat data Ekonomi, untuk memprediksi apa yang akan orang tersebut pikirkan di masa yang akan datang.
Begitu juga dengan dana asing, jika kita mau memprediksi apa yang akan investor asing lakukan kedepan, cara terbaik untuk memprediksinya adalah dengan melihat secara seksama apa yang mereka lakukan saat ini, dan bukan dengan mendengar apa yang Jennet Yellen setiap adanya meeting The Fed.
Ketika Investor Asing melakukan sedang fokus pembelian, artinya IHSG akan bergerak naik, dan ketika investor asing sedang fokus melakukan penjualan, artinya IHSG akan bergerak turun. Untuk memprediksi pergerakan IHSG semua faktor lainnya bisa kita abaikan, karena Investor Asing memang menguasai bursa kita.
Selain mitos The Fed, ada satu mitos lain yang sering kali menipu para analis dan juga investor di bursa kita, mitos yang menganggap bahwa Investor Asing atau para Bandar di bursa kita akan bergerak selayaknya seorang akademisi atau ekonom.
Itu sebabnya setiap kali ketika dana asing keluar atau masuk, kita sibuk memikirkan alasan di balik aksi tersebut, jika terjadi outflow kita akan sibuk menghubung-hubungkan pergerakan dana asing tersebut dengan kondisi aktual. Kita melihat ketika investor asing keluar dari bursa kita di akhir tahun lalu, kita menghubung-hubungkan keluarnya dana asing tersebut dengan Donald Trump, The Fed, kasus Ahok, dll.
Padahal sebagai seorang investor kita sebenarnya menyadari, satu alasan yang paling sering menyebabkan kita menjual saham-saham yang kita miliki adalah karena kita sudah untung, dan bukan karena kondisi di luar. Namun ‘somehow’ karena berpendapat bahwa investor asing atau bandar memiliki informasi yang luas, dan tingkat kepintaran yang tinggi, sehingga mereka melupakan fakta sederhana bahwa tujuan setiap investor membeli saham adalah untuk mencari keuntungan, dan bukan untuk menjualnya ketika kondisi Ekonomi melambat atau The Fed menaikan suku bunganya.
Hal yang sama juga terjadi di saham, hanya karena perusahaan untungnya naik, bukan berarti BANDAR tidak boleh menjual saham yang mereka miliki, apalagi jika harganya sudah terbang.
Well semoga artikel ini dapat memberikan pencerahan bagi rekan-rekan yang mungkin selama ini terlalu fokus terhadap teori, dan hal tersebut justru membuat kita kehilangan kesempatan mendapatkan profit karena gagal melihat hal-hal yang simple.
Related: Ilmu Bandarmologi dan Foreign Flow dapat membantu kita melihat pergerakan para pemain besar, tanpa harus menduga-duga apa yang mereka rencanakan. Itulah sebabnya kami memfokuskan diri untuk terus memperdalam ilmu untuk mengikuti pergerakan para ‘penggerak market’ tersebut. Anda juga bisa mempelajari metode yang sama di Workshop Bandarmologi Jakarta, Medan, Surabaya dan Online.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God