Tahun 2016 IHSG menjadi salah satu indeks dengan kinerja terbaik di dunia. Selain keuntungan yang berhasil kita dapatkan, Pelajaran Apa saja yang bisa kita pelajari dari pergerakan IHSG tahun lalu ?! Berikut ini 4 Pelajaran yang diambil oleh Team Creative Trader dari pergerakan IHSG tahun lalu.
TAX AMNESTY BERHASIL TAPI GAGAL
Sebagai orang awam target 4.000 T yang ditetapkan kementrian keuangan dalam program Tax Amnesty terlihat sebagai sebuat jumlah yang tidak realistis. Namun seiring dengan berjalannya program tersebut kita menyadari bahwa target tersebut bahkan hampir bisa dicapai pada akhir periode pertama TA bulan September lalu. Hal ini menunjukan betapa kayanya Indonesia, pencapaian program ini juga tercatat paling besar dalam sejarah dunia.
Namun di balik keberhasilan Tax Amnesty dari sudut pandang dana deklarasi, namun jumlah dana repatriasi yang diharapkan banyak pelaku pasar akan menjadi motor kenaikan IHSG justru jauh dari harapan. Dari target 1.000 T yang ditetapkan pemerintah, sampai penutupan tahun 2016 baru tercapai sebesar 103 Triliyun, dari info yang kami dapat dana repatriasi yang masuk ke bursa saham sampai saat ini belum mencapai 5 Triliyun rupiah.
Jadi meskipun program Tax Amnesty bisa kita anggap berhasil mencapai tujuan utamanya yaitu untuk menambah modal pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, namun untuk IHSG efek Tax Amnestry hanya sebatas ekspektasi yang berhasil membuat IHSG terbang tinggi sejak disahkannya RUU TA oleh DPR sampai pertengahan bulan Agustus. Setelah program tersebut berjalan market terlihat justru merespon negatif, yang terlihat dari turunnya IHSG, dan keluarnya dana asing setelah sejak pertengahan bulan Agustus tahun lalu.
BUKTI NYATA KEMAMPUAN INVESTOR ASING DALAM MENGENDALIKAN IHSG
Masih berhubungan dengan Tax Amnesty pada grafik di samping kita melihat bahwa tepat setelah disahkannya RUU Tax Amnesty IHSG langsung terbang tinggi. Namun pada saat itu program Tax Amnesty belum dimulai, jadi bisa dipastikan kenaikan IHSG bukan karena dana repatriasi, karena keberhasilan Tax Amnesty, tapi karena aksi beli asing yang tidak henti-hentinya terjadi di IHSG pada periode tersebut. Sampai pertengahan Agustus ketika dana asing mencapai level tertingginya sepanjang tahun 2016 jumlah dana Deklarasi TA masih sekitar 30 Triliyun (tidak sampai 1% dari total dana deklarasi 3600 T di akhir periode pertama)
Justru ketika pelaksanaan Tax Amnesty sedang mencapai puncaknya di akhir September, investor asing malah memilih untuk merealisasikan profitnya, seperti terlihat pada grafik di samping. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari pergerakan investor asing ini, yang penjelasannya bisa dibaca dalam artikel Aktor Intelektual di balik kejatuhan IHSG.
Namun satu kesimpulan penting yang bisa kita ambil dengan melihat pergerakan dana asing sepanjang tahun 2016 lalu, jika melihat posisi Foreign Flow IHSG di akhir bulan Desember posisi posisinya sudah berada di bawah level sebelum Tax Amnesty, artinya semua dana yang masuk karena efek tax amnesty sudah keluar lagi dari bursa kita, dan jika melihat fase akumulasi asing yang dilakukan dari level IHSG 4.836 -5.461 dan fase distribusi asing yang dilakukan di level IHSG 5.461 – 5.050 maka kita bisa menyimpulkan bahwa asing sudah berhasil untung besar dalam 6 bulan terakhir ini.
Bahkan fakta dimana investor asing masih terus melakukan penjualan, sampai akhir 2016 lalu menandakan bahwa aksi profit taking asing masih terus berlanjut.
BREXIT DAN DONALD TRUMP
Dari mancanegara ada 2 berita menggemparkan di sepanjang tahun 2016, pertama keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa, dan terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat. Efek Brexit sampai terhadap Uni Eropa dan Inggris semakin terasa dalam beberapa bulan menjelang akhir tahun 2016, dan efeknya umumnya negatif.
Sementara terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden Amerika di akhir tahun membuka berbagai ketidakpastian pada ekonomi dan bursa saham Dunia. Satu pelajaran penting yang bisa kita ambil dari kedua keputusan tersebut adalah adanya trend anti-status quo yang terjadi di negara-negara adidaya di dunia. Selama ini Amerika Serikat dan Inggris dianggap sebagai 2 negara adidaya yang dijadikan acuan oleh seluruh dunia, ketika penduduk kedua negara tersebut memilih untuk keluar dari Uni Eropa dan juga mengangkat orang seperti Donald Trump dengan berbagai image negatif dan kontroversi yang melekat para dirinya, maka hal tersebut menggambarkan adanya krisis sosial, politik, yang cukup mengkhawatirkan di kedua negara tersebut. Sebuah krisis yang membuat mayoritas rakyatnya memilih untuk mengambil sebuah keputusan yang beresiko dan dianggap seluruh dunia sebagai keputusan yang ‘salah’ hanya untuk mendatangkan perubahan pada negaranya.
Trend ini bisa saja menyebar ke negara-negara lainnya di tahun 2017 ini, beberapa negera Eropa bisa keluar dari Uni Eropa, beberapa tokoh pemimpin kontroversial bisa terpilih memimpin suatu negara besar seperti Donald Trump. Jika menyebar bukan mustahil akan terjadi perubahan yang besar dalam tatanan negara, politik dan kekutanan yang selama ini sudah berdiri dengan kokoh.
Yang pasti para pelaku pasar akan sangat berhati-hati dalam pemilu atau referendum yang terjadi kedepannya, karena berbagai analisa, survey politik, bahkan logika sederhana terbukti bisa salah di tahun 2016 lalu. Resiko ini adalah salah satu resiko yang perlu kita waspadai di tahun 2017 ini.
KEBANGKITAN HARGA KOMODITAS
Di awal tahun 2016 lalu hampir semua analis menjelek-jelekan prospek harga saham-saham komoditas, kejatuhan minyak dunia yang dipicu issu Shale Oil, perselisihan negara OPEC, membuat harga OIL turun ke $33 per barel, penurunan tersebut menyeret pergerakan harga-harga komoditas lainnya seperti batubara dan CPO.
Namun meskipun semua analis pesimis, harga komoditas justru berbalik arah, saham-saham komoditas menjadi Top Performer di tahun 2016 ini, harga batubara dan CPO terbang tinggi mencapai level tertingginya dalam beberapa tahun terakhir, yang disusul kenaikan luar biasa di saham-saham batubara yang naik ratusan persen di tahun 2017.
Pelajaran yang bisa kita ambil adalah, terlepas dari apa pun yang para analis sekuritas katakan, kita tidak boleh melupakan logika yang kita miliki, karena para analis sekuritas cenderung mengikuti ‘trend’ harga, ketika harga turun mereka akan mengangkat berita-berita buruk yang ada, sementara ketika harga naik mereka akan menghighlight berita-berita positif. Itu sebabnya para investor-investor sejati seperti Warren Buffet umumnya lebih berpegang pada logika sederhana, daripada membaca berbagai analisa rumit dari para ekonom atau analis.
Jika melihat kondisi yang sama tahun ini salah satu sector yang banyak dikatakan buruk oleh para analis adalah sector semen, karena adanya over-supply, harga saham-saham semen pun umunya sudah turun sangat banyak. Kondisi ini mirip dengan kondisi saham-saham batubara di awal tahun 2016 lalu, dan tidak ada salahnya kita mulai memperhatikan pergerakan harga saham-saham di sector ini.
Anda bisa mengikuti acara Investor Gathering Online, yang akan membahas mengenai Prediksi pergerakan IHSG di tahun 2017 dan saham-saham pilihan yang menarik di tahun 2017 secara FREE. Info lengkapnya klik di sini
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market