Pada perdagangan kemarin harga saham AISA kembali terjun bebas dan saat ini harganya sudah di harga 190an, kejatuhan drastis saham AISA ini terjadi hanya seminggu setelah kami merilis artikel yang sempat mendatangkan kontroversi yang berjudul “ditinggal kabur pemiliknya, inikah akhir dari cerita AISA ? “. Kejatuhan ini semakin membangkitkan kekhawatian kalau akhir dari ‘cerita AISA’ yang kami khawatirkan seminggu yang lalu tersebut sudah semakin dekat.
Sebagain besar dari anda mungkin masih ingat mengenai artikel yang kami rilis hari Selasa pagi minggu lalu, dalam artikel tersebut kami mengkhawatirkan akan aksi jual besar-besaran saham AISA yang dilakukan oleh perusahaan pengendali dari emiten ini, PT TIGA PILAR CORPORA, karena aksi tersebut mengingatkan kita pada aksi cut loss besar-besaran yang dilakukan oleh investor asing yang kami bahas setahun lalu ketika harga saham ini masih di 2.000an, dimana aksi cut loss tersebut sudah terjadi sekitar 2 bulan sebelum digrebeknya PT IBU , pabrik beras milik AISA. Kita tahu pristiwa penggerebekan tersebut adalah awal semua masalah yang dialami AISA saat ini, dan yang dianggap menjadi alasan hancurnya harga saham AISA 1 tahun terakhir.
Kita sama-sama tahu kalau tahun lalu saham ini masih diBANDARI oleh investor asing, oleh karena itu fakta bahwa saham ini di cut loss bandarnya sendiri, jelas sangat mengkhawatirkan para investor pada saat itu. Dan seperti kami bahas pada artikel minggu lalu setelah Asing melakukan aksi cut-loss besar-besaran sepanjang tahun 2017, di awal tahun 2018 saham ini kembali ‘digoreng’ oleh BANDAR yang baru, itulah yang membuat kejatuhan saham AISA 1 bulan terakhir ini sangat-sangat mengkhawatirkan jika dilihat dari sudut pandang BANDARMOLOGI. Karena PT TIGA PILAR CORPORA adalah pemegang saham terbesar AISA di awal tahun 2018 dengan kepemilikan sebesar 22%.
Cerita mengenai saham ini semakin menarik karena hanya beberapa jam setelah kami merilis artikel ditinggal kabur pemiliknya, inikah akhir dari cerita AISA ? Direktur Utama AISA langsung merilis statement resmi kepada publik sebagai ‘jawaban’ dari artikel kami tersebut.
Sebagai investor ritel kami sangat respect terhadap respon cepat yang dirilis oleh Dewan Direksi AISA ini, itulah sebabnya dalam 1 minggu terakhir kami memilih untuk tidak banyak berkomentar mengenai saham ini, karena kami tidak ingin membuat kondisi di saham ini semakin panas. Sambil melihat bagaimana aksi lanjutan perusahaan pengendali AISA pasca pernyataan tersebut.
Dari pernyataan di samping Derektur utama AISA mengatakan bahwa Pemegang Saham Pendiri TIDAK LARI meninggalkan perusahaan ini.
Dengan kata lain dewan direksi mengatakan bahwa kekhawatiran kamidalam artikel yang kami rilis minggu lalu tidak benar.
Namun kalimat tersebut disusul dengan fakta baru yang disampaikan dalam statement di samping, yang mengatakan aksi jual yang dilakukan oleh Pemilik Saham Pendiri ini disebabkan oleh danya ‘masalah legal yang kompleks’.
Statement lanjutan ini jelas mendatangkan kekhawatiran baru bagi para pemegang saham AISA, karena kita tahu ‘masalah legal yang kompleks’ jugalah yang menjadi alasan Investor Asing melakukan Aksi Cut Loss besar-besaran dari saham ini sepanjang tahun lalu. Dan sejauh ini belum ada penjelasan lanjutan alasan legal apa yang mendorong pemilik AISA menjual sahamnya sendiri di harga yang begitu murah.
Namun untuk menenangkan suasana kami memilih untuk tidak berkomentar atas pernyataan di atas, karena kami melihat statement ini adalah itikad baik yang disampaikan oleh perusahaan yang memang juga mengakui sedang dalam kondisi yang sangat sulit. Namun di waktu yang sama kami juga terus memantau pergerakan saham ini dari sudut pandang BANDARMOLOGI, untuk melihat bagaimana pergerakan lanjutan dari Pemengang Saham Pengendali setelah publik mengetahui aksi jual mereka tersebut.
Kami tidak mengharapkan PT TIGA PILAR CORPORA langsung melakukan buyback besar-besaran di saham ini, tapi paling tidak kami berharap aksi jualnya mereda, dan harga saham ini pelan-pelang rebound demi kepentingan para investor yang sedang nyangkut, dan tidak siap untuk cut loss.
Namun sayangnya fakta yang terjadi justru sebaliknya, dari data yang dirilis oleh KSEI kepemilikan PT TIGA PILAR CORPORA terus berkurang dari hari ke hari, pada tanggal ketika artikel tersebut dilis kepememilikan masih ada di level 10.51%, dan di akhir bulan kepemilan Perusahaan Pengendali tinggal setengahnya dan ada di level 5.28%.
Jadi meskipun Management menyatakan tidak akan lari di masa-masa sulit, namun Pemegang Saham Pengendali memilih untuk terus mengurangi kepemilikannya di perusahaan ini. Bahkan dalam seminggu mereka menjual setengah dari saham yang mereka miliki.
Jika dilihat secara dari sudut pandang orang awam, apa yang dilakukan oleh Pemegang Saham Pengendali ini sangatlah mengkhawatirkan, karena mereka mengatakan ada ‘masalah legal yang compleks’ yang sejauh ini hanya mereka yang tahu dan dari 6 besar pemegang saham terbesar AISA saat ini, hanya PT TIGA PILAR CORPORA lah yang memilih untuk jualan sahamnya sendiri ke market, 5 pemilik lainnya tidak melakukan apa-apa sepanjang tahun 2018.
Dalam tabel di atas kita bisa melihat bahwa kepemilikan dari 6 Pemegang Saham terbesar AISA saat ini, hanya PT TIGA PILAR CORPORA yang terus mengurangi kepemilikannya sepanjang tahun 2018 ini, dari 22.01% di akhir 2017 sampai di level 5.28% di akhir bulan Juni 2018, 5 pemilik lainnya tidak banyak bergerak sepanjang tahun 2018. Bahkan jika melihat extremnya aksi jual yang dilakukan oleh PT TIGA PILAR CORPORA dalam 1 minggu terakhir, ada kemungkinan bahwa mereka ingin secepatnya menjual sebanyak mungkin saham yang mereka miliki, karena satu dan lain hal.
Jika melihat data-data yang kami lampirkan di atas bahkan investor awam yang sama sekali belum paham konsep Bandarmologi pun tentunya akan khawatir tentang prospek AISA kedepan. Jadi kami merasa tidak perlu untuk semakin menakut-nakuti para investor, terutama bagi mereka yang saat ini dalam kondisi nyangkut.
Jadi kami seperti judul dari artikel ini kami lebih memilih untuk menjawab pertanyaan : AISA oh AISA, Akankah Kau Kembali ?!
Meskipun kami akui kondisi saat ini sangat mengkhawatirkan, namun kami mencoba memikirkan skenario ‘terbaik’ yang mungkin-mungkin terjadi di balik aksi cuci gudang yang dilakukan oleh Pemegang Saham Pengendali dalam seminggu terakhir ini. Untuk mencoba mencari kemungkinan harga Saham AISA bisa kembali lagi ke masa-masa jayanya, atau paling tidak ke harga 700an seperti di awal tahun ini.
Dari statement yang diberikan Dewan Direksi, dikatakan dengan jelas bahwa masalah legal yang kompleks adalah alasan di balik penjualan yang mereka dilakukan, jadi mungkin-mungkin karena masalah hukutm Pemegang Saham Pengendali memang harus hilang dari daftar pemegang saham AISA saat ini. Jadi mungkin saja jika kepemilikan PT TIGA PILAR CORPORA hilang dari AISA maka masalah hukum yang sedang melanda saham ini akan lebih mudah diselesaikan.
ADAKAH PERUSAHAAN BAYANGAN YANG DIBUAT UNTUK MENAMPUNG SAHAM AISA ?!
Namun dengan menjual seluruh atau sebagian besar saham yang mereka miliki bukan berarti Pemegang Saham Pengendali akan kehilangan seluruh kendali dari perusahaan. Di dunia finansial tidak sulit untuk membuat perusahaan-perusahaan bayangan, dengan nama yang lain namun tetap dimiliki orang-orang yang sama. Salah satu contohnya adalah perusahaan-perusahaan milik Group Bakrie, dimana meskipun semua orang tahu perusahaan-perusahaan mereka di bawah kendali Keluarga Bakrie, namun nama Bakrie hampir tidak bisa kita temui baik di struktur perusahaan, atau di peta pemegang saham terbesar.
Jadi inilah salah satu skenario terbaik yang bisa diharapkan terutama bagi para investor yang sedang nyangkut di AISA saat ini. Dimana aksi jual yang dilakukan oleh PT TIGA PILAR CORPORA secara diam-diam ditampung oleh mereka sendiri juga namun melalui perusahaan-perusahaan yang dibuat khusus untuk hal ini, sehingga sulit untuk dilacak siapa yang sedang membeli. Selain itu untuk mencegah namanya muncul di daftar pemegang saham terbesar, kepemilikan masing-masing perushaan tersebut dijaga supaya tetap di bawah 5%, sehingga tidak harus dilaporkan kepada para pemegang saham lainnya.
Untuk melihat seberapa besar kemungkinan skenario tersebut yang terjadi, kami menggunakan sistem Foreign Flow Pro kami untuk melihat persentasi kepemilikan Investor Lokal Individual di saham AISA sampai akhir bulan Juni lalu. Seperti kita lihat dalam grafik di atas kepemilikan Investor Lokal Individual alias Investor Ritel meningkat sangat drastis dalam 1 tahun terakhir, di akhir bulan Mei 2017 kepemilikan ritel hanya sebesar 3.8%, dan di akhir bulan lalu kepemilikannya sudah mencapai 35.1%. Sepanjang bulan Juni lalu ketika harga AISA terjun bebas kepemilikan Investor Ritel mengalami kenaikan sebesar 6.5%.
Jadi data di atas cukup mengurangi kemungkinan adanya perusahaan-perusahaan bayangan yang diciptakan untuk menampung aksi jual Pemegang Saham Pengendali, hal ini juga didukung dengan turunnya kepemilikan investor dalam kategori Perusahaan Lokal dari 13,5% ke level 6.9% sepanjang bulan Juni lali.
Jadi meskipun skenario ini adalah salah satu skenario terbaik yang bisa terjadi di AISA saat ini, namun sepertinya peluang skenario ini adalah skenario yang sedang terjadi saat ini di balik kejatuhan saham AISA cukup kecil.
Related: Jadwal Workshop Bandarmologi yang baru sudah kembali tersedia, dalam 4 bulan kedepan kami akan mengadakan Workshop di Jakarta, Surabaya, Medan dan Makassar, bagi anda yang sudah memahami pentingnya Analisa Bandarmologi dan ingin belajar secara mendalam mengenai bagaimana membaca pergerakan bandar, dan memanfaatkannya untuk keuntungan kita sebagai investor ritel. Anda bisa mendapatkan info lengkapnya disini.
INVESTOR ASING SAAT INI MENJADI PEMEGANG SAHAM TERBESAR AISA
Seperti kita bisa lihat dalam tabel pemegang saham terbesar AISA di atas, pasca keluarnya PT TIGA PILAR CORPORA, kepemilikan AISA saat ini sudah didominasi para fund manager asing. Hal ini memang tidak berarti ASING akan segera bertindak untuk menyelamatkan harga AISA dari kehancuran, karena kita pun sama-sama tahu bahwa mereka jugalah yang duluan Cut Loss di saham ini, bahkan jauh sebelum PT TIGA PILAR CORPORA mulai melakukan aksi jual mereka.
Fakta lainnya adalah dalam kejatuhan saham AISA 1 bulan terakhir, mereka memutuskan untuk tidak melakukan pergerakan sama sekali, mereka tidak menjual sahamnya, mungkin karena mereka tidak juga tidak diberi tahu masalah legal apa lagi yang sedang menimpa saham ini, atau simply karena mereka sudah nyangkut terlalu dalam di saham ini sehingga tidak diijinkan lagi untuk melakukan cut loss di harga saat ini.
Namun bagaimanapun saat ini kepemilikan INVESTOR ASING di saham AISA masih cukup besar, dan jika perusahaan ini berhasil keluar dari badai yang sedang melandanya, bukan mustahil mereka akan kembali mengalokasikan dana yang sudah mereka keluarkan sepanjang tahun 2017 lalu dari saham ini, untuk kembali mengkerek nilai saham ini.
Namun masalah dari skenario ini adalah, saat ini average modal beli investor ritel yang jika disatukan adalah merupakan ‘pemegang saham terbesar’ di AISA sudah jauh lebih rendah dari modal investor asing, jadi kalaupun investor asing mau mengangkat kembali harga saham ini kemungkinan tidak akan dilakukan dalam waktu dekat, dan bukan mustahil harganya justru dijatuhkan dulu, sampai ritel frustasi, dan bersedia cut loss, supaya mereka bisa melakukan pembelian di harga yang lebih murah, dan supaya average modal mereka lebih rendah, atau paling tidak setara dengan para investor ritel.
KESIMPULAN
Dalam artikel ini kami berusaha se-objective dan se-positif mungkin, karena kami sadar kondisi yang dialami AISA saat ini tidaklah mudah bukan hanya untuk investor ritel seperti kita, tetapi juga bagi management, dan perusahaan pengendali.
Selain itu tidak banyak saran yang bisa kami berikan kepada para investor ritel yang nyangkut di saham ini, selain menggunakan pengalaman pahit ini sebagai pelajaran di masa yang akan datang.
Kami juga sedikit berharap kejadian yang terjadi minggu lalu bisa terulang lagi minggu ini, dimana minggu lalu artikel kami mengenai AISA menjadi viral, dan banyak di share di kalangan investor ritel, hal tersebut mungkin membuat BANDAR harus melakukan strategi khusus dimana mereka sengaja mengangkat harga AISA pada hari dirilisnya artikel supaya investor ritel tidak menjadi panik dan mereka tetap bisa jualan lagi, seperti yang sama-sama kita lihat sampai saat ini.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God