Ada banyak reaksi terhadap judul posting saya sebelumnya yang berjudul ‘Update Krisis Ekonomi Asia‘ , karena memang belum ada pernyataan resmi yang mengatakan bahwa negara-negara Asia sedang dalam krisis. Saya rasa untuk menghindari perdebatan yang panjang memang sebaiknya saya saja yang yang mengakui bahwa judul posting saya berlebihan.
Definisi krisis memang berbeda dari orang ke orang, apalagi kalau kita melihatnya dari indeks harga saham, sebut saja China, yang masih terus dianggap kekuatan ekonomi terbesar dunia, meskipun indeksnya turun terus selama 3 tahun terakhir, atau Jepang yang indeksnya berada di level 38.000 di tahun 88 dan terus turun, sekarang berada di level 13.500 an. Namun seperti kita ketahui tidak banyak yang menganggap kedua negara itu sedang dalam krisis, karena yang terjadi dianggap hanya merupakan pelambatan pertumbuhan ekonomi, atau mungkin stagnasi ekonomi.
Namun meskipun demikian di stock market jika saham suatu perusahaan terus turun selama 3-5 tahun terakhir, tentu saja dianggap perusahaan tersebut sedang dalam krisis, bahkan mungkin bisa disebut mendekati kebangkrutan. Jadi Jepang dan China mungkin saja bisa dianggap berada dalam krisis dari sisi nilai indeksnya yang terus dalam trend bearish, namun tentu saja berbeda dengan saham yang umumnya dianggap mendekati kebangkrutan jika mengalami kondisi yang sama, ekonomi sebesar China saat ini sangatlah jauh dari ke bangkrutan, mungkin satu-satunya yang mengalami ‘kebangkrutan’ adalah investor yang ada di dalamnya.
Krisis yang kurang lebih sama, yang menurut saya mungkin terjadi di Indonesia, seperti kita ketahui Indonesia dalam 5 tahun terakhir adalah indeks favorit dari berbagai negara, aliran dana asing terus mengalir tanpa henti. Indeks naik dari level 1.000 sampai ke 5.000 dengan asumsi terus membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Para analis asing umumnya menganggap Indonesia sebagai negara yang anti krisis, dan memiliki prospek yang luar biasa.Namun seperti yang kita ketahui dalam 4 bulan terakhir beberapa kejadian menunjukan hal tersebut mungkin saja dapat berakhir, sejak bulan Mei lalu, dana asing terus keluar, pada tanggal 30 April lalu record dana asing mencapai level tertingginya sepanjang sejarah, jika kita menghitung sejak awal tahun 2007 total dana asing yang masuk sampai tanggal 30 April 2013 kurang lebih sebesar 77 T, namun dimulai sejak bulan Mei dana asing terus keluar, dana yang keluar di pasar reguler tercatat sebesar 34T dari awal Mei sampai perdagangan kemarin, jumlah ini hampir setengah dari jumlah yang masuk sejak tahun 2007.
Seperti kita ketahui koreksi pada IHSG datang setelah dana asing mulai keluar dari bursa, saya yaking para pembaca blog ini masih sangat ingat kalau pada bulan Mei lalu IHSG masih berada di level 5.200an, sementara di perdagangan kemarin IHSG menyentuh lebel di bawah 4.100, koreksi ini bisa dianggap koreksi yang terbesar dalam 3 tahun terakhir.
Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah, berbeda dengan koreksi-koreksi yang terjadi beberapa tahun terakhir dimana koreksi IHSG selalu merupakan respon dari krisis yang terjadi di bursa-bursa lain, koreksi kali ini didorong oleh faktor-faktor internal Indoneseia, defisit neraca, jatuhnya nilai rupiah, menandakan pelambatan ekonomi yang terjadi sedang di Indonesia. Seperti dibahas di atas Indonesia tidak sedang berada dalam bahaya kebangkrutan seperti yang terjadi di tahun 1998, namun pelambatan ekonomi dan prospek negatif cukup untuk menyeret indeks dalam masa bearish jangka panjang.
Secara Technical pergerakan IHSG minggu ini mematahkan trend jangka panjang IHSG yang sudah terbentuk sejak tahun 2009 lalu, dengan kata lain sinyal ini memberikan indikasi bahwa trend bearih bisa saja baru dimulai, dan kemungkinan masih dapat berlanjut dalam beberapa bulan yang akan datang, secara technical support IHSG ada di kisaran 4000, selain itu supportnya ada di level 3.600 dan support yang lebih kuat ada di level 3.100. Support-support ini terlihat menakutkan, menunjukan betapa buruknya sinyal yang diberikan dari pergerakan yang terjadi beberapa hari terakhir ini.
Secara foreign flow, kondisi juga tidak lebih baik, jika kita melihat grafik di samping kita melihat grafik di samping kita melihat level Foreign Flow saat ini ada di kisaran yang sama dengan yang terjadi di awal tahun 2010 lalu, dimana IHSG masih berada di level 3.000, artinya dengan posisi IHSG di 4.174 saat ini maka asing sudah untung sebesar 1174 point di IHSG, hal ini memberikan indikasi tambahan bahwa IHSG berada dalam posisi yang berbahaya, karena semakin lama semakin rendah kepentingan para big player / asing untuk menjaga nilai-nilai saham di Indonesia.
Dalam jangka pendek, kita harus melihat reaksi IHSG di support 4.000, jika melihat besarnya dana asing yang keluar dalam 2 hari terakhir hampir 4T dan masih terkoreksinya EIDO, saya rasa kemungkina IHSG menembus level 4.000 cukup besar dalam beberapa hari kedepan.
Saya terus menyarankan untuk berhati-hati karena resiko yang ada saat ini sangatlah besar, bisa dibilang yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Have a great day everyone.
Quote of the Day:
How you respond to crisis in your life is the greatest message you will ever preach.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market