Investor sepertinya semakin realistis. Ini tampak dari aliran dana asing yang mengecil di pasar saham. Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), asing hanya mencatat pembelian bersih Rp 3,87 triliun sejak awal tahun hingga akhir Juli. Padahal, tujuh bulan pertama 2014, pembelian bersih asing mencapai Rp 57,2 triliun.
Awal tahun 2015, dana panas deras masuk ke pasar saham dan obligasi Indonesia. Setelah menyesap keuntungan dan melihat tanda-tanda pelambatan ekonomi, asing angkat koper dari pasar Indonesia. “Ini juga yang bikin rupiah melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Mereka menjual saham dan obligasi lalu menukar ke dollar AS,” ujar seorang tresuri Bank Eropa di Singapura kepada Kontan, akhir pekan lalu.
Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo menilai, ada tiga faktor yang menyebabkan dana asing merosot. Pertama, pelambatan ekonomi yang membuat pemodal malas berinvestasi. Kedua, nilai tukar rupiah terus melemah. Ketiga, rencana The Fed mengerek suku bunga.
Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee melihat, dana asing cenderung volatil. Pemodal asing menghadapi dua risiko: investasi dan pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi China dan Yunani mempengaruhi persepsi asing tentang risiko di negara berkembang. “Risiko global naik, asing keluar dari negara berkembang,” ucap Hans, Minggu, (2/8/2015).
Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, menambahkan, pemerintah harus segera mengeksekusi dan memperbesar porsi anggaran pembangunan. Pasar saham Indonesia sebenarnya masih menarik. “Dengan catatan kondisi makro dan pasar modal juga mendukung,” imbuh Reza.
Hans melihat, ada ekspektasi kenaikan suku bunga AS mundur dari September ke Desember. Akibatnya, dana asing masuk Rp 341 miliar pada Jumat (31/7/2014). November nanti atau menjelang kenaikan suku bunga, asing akan banyak melepas saham di Indonesia. Pasalnya, sebagian dana asing berupa pinjaman bunga rendah.
Dengan kenaikan suku bunga AS, pemodal asing akan menghitung kembali investasi mereka. Hans memprediksi, tahun depan asing akan mencatatkan inflow dengan nilai seperti tahun 2009-2011. Ada pernyataan investor AS, kinerja korporasi bagus karena bunga rendah.
Jika suku bunga tinggi, kinerja korporasi akan turun. Maka, asing masuk ke negara berkembang. Hans menyarankan investor domestik melakukan akumulasi. Menurut dia, ini periode penurunan saham besar. Jika proyek infrastruktur berjalan baik, Hans memprediksi, IHSG di 5.600. Satrio memperkirakan, IHSG di 4.500-5,650 di akhir tahun. (Annisa Aninditya Wibawa)
Sumber: KONTAN
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market