Dalam trading saham banyak dari kita berfokus untuk mencari metode terbaik untuk dapat membeli di saat yang tepat, seorang trader mungkin sudah melewati ratusan bahkan ribuan jam untuk menganalisa dan mencari metode terbaik untuk membeli saham yang tepat di waktu yang tepat. Ada banyak buku, metode, dan system trading yang mengajarkan kita tips-tips dalam memilih saham yang tepat, dan membeli di saat yang tepat.
Namun jika kita renungkan lebih dalam, kemampuan membeli saham yang tepat dan di waktu yang tepat bukanlah kunci utama untuk meraih kesuksesan dan kekayaan dalam trading. Justru kemampuan menjual di waktu yang tepatlah yang menentukan kesuksesan kita dalam bisnis ini.
Semua dari kita tentu pernah mengalami dimana kita membeli suatu saham ketika harganya masih murah dan dalam beberapa waktu kedepan harganya naik puluhan bahkan ratusan persen, namun karena kita menjual terlalu cepat mungkin untung kita hanya 2-3% atau bukan mustahil kita malah rugi.
Atau yang lebih krusial adalah ketika kita memutuskan untuk tidak menjual saham karena belum untung, namun saham tersebut justru terus turun harganya membawa serta semua keuntungan yang kita peroleh sebelumnya.
Bukan suatu hal yang aneh kalau seorang investor untung 10 kali berturut-turut, namun di kali ke 11 mengalami kerugian dan jumlah kerugiannya melenyapkan semua keuntungan dari 10 keuntungan sebelumnya. Jadi meskipun Profit / Loss rationya adalah 10:1, investor tersebut tetap saja gagal memperoleh keuntungan dalam tradingnya.
Karena memang kemampuan kita untuk membeli di saat yang tepat tidak akan ada artinya kalau tidak diimbangi kemampuan untuk menjual di saat yang tepat, karena cepat atau lambat kita akan salah juga, investor atau trader terhebat pun sering melakukan kesalahan. Keberhasilan dalam trading tidak ditentukan dari kemampuan memilih saham yang tepat di waktu yang tepat, melainkan dari kemampuan untuk menyadari dan mengakui kesalahan atau yang dalam dunia trading biasa disebut cut loss.
Alasan kenapa membeli selalu lebih mudah daripada menjual sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dijelaskan. Pada saat membeli pemikiran kita umumnya dipenuhi dengan optimisme, akal dan pikiran kita sepakat bahwa harga saham akan naik setelah kita beli, jika kita tidak optimis harganya akan naik, atau justru memprediksi harga saham yang kita analisa akan turun, kita umumnya untuk tidak membeli saham tersebut, dan pindah ke saham lain yang kita anggap lebih baik, atau memutuskan untuk wait and see dulu.
Dalam posisi memegang cash, dan sedang berburu keuntungan (dengan cara mencari saham yang akan naik) memang umumnya kita dapat mengambil keputusan dengan mudah, ketika kita optimis kita memutuskan untuk membeli, ketika ragu kita memutuskan untuk menunggu, dan ketika takut kita memutuskan untuk menjauh. Apa pun keputusan yang kita ambil umumnya tidak akan merugikan kita secara financial, atau menciderai kita secara mental.
Namun beda ceritanya ketika kita dalam posisi menjual, dalam kondisi ini efek psikologis dan mental lebih berpengaruh daripada analisa apa pun, karena ada pepatah mengatakan ‘dimana uangmu berada, di situ hatimu berada’ , ketika kita masih memegang cash umumnya kita akan jauh lebih tenang karena jumlahnya tidak naik turun dari waktu ke waktu, jadi hati dan perasaan kita juga tidak akan naik turun, selama uangnya ada di genggaman kita maka hati dan perasaan kita akan tenang.
Namun ceritanya jadi lain ketika kita sudah menukarkan uang kita dengan saham, hati dan perasaan kita akan naik turun seiring dengan naik turunnya saham, semakin cepat naik-turunnya harga saham, semakin bergejolak lah perasaan kita, itu sebabnya mengambil keputusan untuk menjual selalu lebih sulit dibandingkan untuk membeli, karena ada begitu banyak faktor yang akan mempengaruhi pertimbangan kita dalam menjual suatu saham, yang tidak kita alami pada saat kita membeli saham.
Dalam mengambil keputusan untuk menjual, faktor fear and greed umumnya sangat berpengaruh, ketika kita dalam kondisi untung 10% kita sulit memutuskan untuk menjual karena takut harga sahamnya masih naik lagi setelah kita jual. Ketika untungnya malah turun dari 10% ke 8% kita juga keberatan untuk jual, karena merasa sebelumnya 10% sudah di tangan, jadi memilih untuk menunggu sampai keuntungan yang kita rasa jadi ‘hak’ kita sebelumya (10%) kembali ke kita miliki.
Meskipun kita sebenarnya sudah menjual dalam posisi untung, sering kali kita merasa gagal dalam menjual karena harganya masih naik setelah kita jual, atau kita baru menjual ketika harganya sudah terlanjur turun. Keputusan untuk menjual akan jauh lebih sulit jika kita dalam kondisi rugi, jika sebelumnya apa pun pilihan kita, sebenarnya kita tetap menang/untung, dalam kondisi menjual dalam posisi rugi, apa pun pilihannya yang diambil kita tetap kalah.
Tentu saja menjual dalam kondisi rugi 10% tidak akan pernah mudah, namun tentunya kita akan sangat takut kalau kerugian tersebut bertambah menjadi 20% karena kita tidak cut loss ketika ruginya masih 10%, namun kalaupun kita sudah siap untuk jual dalam posisi rugi 10% kita juga akan takut kalau harganya justru naik setelah kita jual. Bahkan hampir semua trader mungkin setuju bahwa tidak ada kondisi yang lebih menyiksa secara psikologis dibanding perasaan yang harus kita hadapi ketika kita cut loss dan harga sahamnya justru langsung naik. Pengalaman tersebut sering kali sangat sulit untuk dilupakan sehingga, banyak trader memutuskan untuk tidak lagi melakukan cut loss setelah mengalami pengalaman tersebut. Padahal kita juga tahu trader yang tidak sanggup untuk cut loss umumnya akan sulit benar-benar sukses di stock market.
Jadi sebenarnya kapankah waktu yang paling tepat untuk kita menjual ? Bagaimana kita tahu kapan kita harus menjual ? Kapan harus profit taking, dan kapan harus cut loss ? Seperti dibahas di atas keputusan untuk menjual jauh lebih dipengaruhi oleh faktor psikologis daripada faktor teknis.
Sebenarnya skill dalam menjual yang baik sebenarnya bukanlah skill untuk menentukan titik tertinggi suatu saham sehingga setelah kita jual harganya akan langsung turun, atau kemampuan untuk memprediksi seberapa dalam harga akan turun, sehingga meskipun kita melakukan cut loss, namun harganya masih akan terus turun setelah itu. Kemampuan untuk menjual sebenarnya adalah kemampuan untuk BERKATA CUKUP.
Kemampuan untuk mengatakan bahwa untung 10% sudah CUKUP untuk saya, saya akan ambil untungnya dan mensyukuri untung yang diperoleh, apa yang terjadi di saham tersebut di masa yang akan datang bukan lagi urusan saya, karena setelah menjual kita ‘sibuk’ mensyukuri keuntungan yang kita peroleh. Kemampuan untuk mengatakan CUKUP, saya tidak mau terus hidup dalam penderitaan karena memegang saham yang dalam kondisi rugi terus menerus, saya akan jual sahamnya, dan akan belajar dari kesalahan tersebut untuk tidak lagi mengulanginya di masa yang akan datang. Apa yang terjadi dengan saham yang sudah kita cut loss bukan urusan saya lagi, karena saya akan ‘sibuk’ introspeksi diri setelahnya.
Jika dipikir seperti ini, kita menyadari bahwa trading saham, dengan ilmu menjalani hidup sebenarnya tidak jauh berbeda, kita tahu “kebahagiaan datang dari keputusan untuk mengucap syukur”, memang betul kita boleh terus berusaha memperbaiki diri, meningkatkan kapasitas, dan mencapai level yang lebih lagi setiap hari, namun jika kita mau menjalani proses tersebut dalam kondisi yang berbahagia maka kita memerlukan kemampuan untuk berkata cukup. Jadi jika kita ingin trading dalam kondisi yang bahagia, maka hal pertama yang perlu kita latih adalah kemampuan untuk berkata cukup.
Dalam membeli saham anda perlu mengasah otak anda, namun dalam menjual yang perlu anda latih adalah hati anda. Sudahkah anda melatih hati anda ?!
Selama ini Kekuatan Psikologis dalam trading umumnya hanya bisa didapatkan dari pengalaman selama bertahun-tahun, namun untuk mempercepat dan menyederhanakan proses tersebut Team Creative Trader akan mengadakan Workshop Psikologi Trading dan Money Management, yang akan diadakan untuk pertama kalinya di Jakarta (4-5 Agustus 2018) dan Surabaya (3-4 November 2018). Klik disini untuk mengetahui materi apa saja yang akan diajarkan dalam workshop ini.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market
2 comments
Kalimat terakhir terbaik sih!
iya, betul juga. Kalau merasa sudah perlu uangnya, dan yg didapat sudah cukup, ya sudah jual saja. Tidak perlu berlarut dalam penyesalan krn pasti selalu ada kesempatan berikutnya, di lain waktu, di lain saham, asalkan rajin belajar dan sabar. Syukuri rezeki, maka rezeki ga akan jauh.