Saat ini banyak investor sedang khawatir dengan penyebaran virus corona, namun tanpa mereka sadari sebenarnya bahaya yang lebih besar dan lebih nyata yang sedang menghantui IHSG saat ini. Sesuatu yang kalau tidak ditangani segera bisa menjadi Bom Waktu untuk IHSG.
Bahaya besar yang sedang dialami IHSG adalah turunnya nilai transaksi di IHSG dan kalau dilihat trendnya penurunannya semakin hari semakin parah.
Sebagai perbandingan total transaksi di IHSG dalam 19 hari pertama di tahun 2019 lalu sebesar 147 Triliun. Sementara periode yang sama di tahun 2020 ini total transaksi hanya sebesar 92 Triliun.
Artinya terjadi penurunan transaksi sebesar 48 Triliun hanya dalam 19 hari perdagangan, atau yang setara dengan 34% perdagangan.
Apa efek dari penurunan transaksi ini ?
Artinya omset sekuritas turun 34%, dan bagi anda yang paham dunia bisnis tentunya tahu bahwa tidak semua perusahaan bisa hidup lama jika omsetnya turun sampai 34% secara tiba-tiba, apalagi biaya operational sekuritas cenderung tidak berubah (bahkan naik dari tahun ke tahun) terlepas dari turunnya transaksi.
Anda mungkin berpikir kalau sekuritas yang akan goncang hanyalah sekuritas yang biasa digunakan oleh Bandar. Namun datanya tidak menunjukan seperti itu.
Memang benar kalau kita mengambil contoh transaksi broker XA, salah satu broker yang paling banyak digunakan oleh Bandar di tahun 2019 lalu, transaksi broker yang satu ini turun sampai 73% di awal tahun ini.
Transaksi XA di tanggal 2-28 Januari 2019 sebesar 4.8 Triliun, sementara transaksi periode yang sama di tahun ini hanya sebesar 1.2 Triliun.
Namun karena Bursa Saham adalah tempat pertarungan antara Bandar dan Ritel, jadi jika transaksi Bandarnya berkurang maka otomatis transaksi investor ritel juga akan berkurang.
Hal ini juga terbukti dari data transaksi 3 broker ritel yang paling banyak digunakan oleh Investor Ritel selama ini, Mandiri Sekuritas (CC), Mirae Assets (YP), dan Indopremier (PD).
Jika ditotal transaksi ketiga sekuritas tersebut dalam periode 2-28 Januari 2019 adalah sebesar 46 Triliun.
Sementara di tahun 2020 ini hanya sebesar 35 Triliun. Artinya terjadi penurunan sebesar 33% yang terjadi pada nilai transaksi dari 3 broker utama yang digunakan investor ritel.
Hal ini tentunya sangat berbahaya jika tidak segera diperbaiiki, karena setelah terjadi goncangan besar dalam bisnis reksadana di akhir tahun lalu, maka akan jadi pukulan yang sangat besar kalau bisnis sekuritas juga goncang di awal tahun ini.
Usaha besar yang dilakukan semua pelaku pasar dalam beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan jumlah investor ritel dan jumlah emiten akan sia-sia kalau aktivitas Bandar tidak segera kembali normal.
Memang kami sadar sekarang nasi sudah terlanjur menjadi bubur, sebagian struktur pembandaran saham di Indonesia sudah terlanjur rusak, dan kita tidak bisa mengharapkan Kejaksaan Agung mengerti dan peduli tentang kondisi ini.
Namun BEI dan OJK harusnya lebih paham tentang pentingnya peran Bandar. Karena Bandar adalah satu dari 3 pilar penting yang menopang bursa kita, selain emiten dan investor ritel.
Jadi ada baiknya insentif terhadap Bandar Saham yang rencananya dikeluarkan semester depan, mungkin sebaiknya dipercepat. Karena kita tidak bisa memaksa investor asing untuk membandari semua saham di bursa kita, jadi mau tidak mau Bandar Lokal harus ditolong.
Kalau tidak akan ada banyak saham-saham yang parkir, tidak liquid seperti mobil-mobil yang tidak ada supirnya, yang lambat laun akan rusak dengan sendirinya.
Lebih baik ditolong segera, sebelum terlambat…
Karena sama dengan gocangnya bisnis reksadana yang memakan korban belasan ribu investor ritel yang bahkan sekarang modalnya tidak bisa dicairkan, kalau bisnis sekuritas goncang investor ritel lagi yang akan menjadi korban….
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
7 comments
Jangan salahkan Pemerintah yg telah mengamputasi bisnis semu yg sudah bobrok.. dengan peristiwa ini maka akan terbentuk fondasi bisnis yg lebih kokoh lg yg akan memberikan keamanan bagi investor retail dan institusi
Multiplayer effect :
Bandarnya (pedagang besar) ditangkapi, warungnya (sekuritas) dibredel, pedagang kecil (ritel) cuma melamun & kurus karena pisang gorengnya dingin tak ada transaksi, sementara tukang obat (analis) & tukang koran (wartawan) cuma cuap cuap biar opininya tetap dipake anak TK yang baru bisa baca. Kasihan tukang warung (pegawai sekuritas) siap2 ada tawaran padini. Yang tetep enak polisi district (OJK, BEI, KEJAGUNG) makin galak makin populer karena mereka digaji dari pungutan pajak yang selalu naik tak ada urusan sama harga saham & kondisi market. Semua karena pembiaran masalah BUMN sejak lama, dianggap angin lalu tak ada niatan untuk memperbaiki value. Sekarang ET bersih-bersih atas perintah RI 1, baru magap megap semua….
Bagus..
Hancurkan bandar…
Kalau bursa hancur karena bandar hancur enggak masalah. Buat apa punya sistem kalau hanya utk jadi tempat bagi predator utk memakan duwit pihak yg lebih lemah.
Lebih baik harga stuck di tempat, tanpa pergerakan sama sekali, daripada bandar berkeliaran.
Jelas kongkrit, kalau kenyataannya jadi tidak liquid ya biarin aja, cari tempat bisnis/investasi lain yg lebih menghasilkan.
Kalau orang yang nggak punya kepentingan seperti Bapak Tomo ini memang enak ngomong , tapi coba kita sedikit berempati sama orang-orang yang nyangkut pak, banyak orang yang reksadananya tidak bisa cair, karena sahamnya dihancurkan Bandar dan sekarang tidak laku lagi dijual.
Bayangkan berapa ribu orang yang jadi korban di saham-saham Thanos, dan mungkin dananya akan hilang selamanya kalau Thanosnya dipenjara. Uang yang nyangkut itu masa depan mereka, uang pensiun mereka, atau mungkin uang untuk pendidikan anak mereka di masa depan.
Pak Edy.
Berarti masalahnya ada di Bandar kan Pak?
Dan masalah kumpulan retail (bukan sekedar 1, 2 orang, tapi orang banyak), akan terus hilang uangnya, juga akan terus terjadi, jika bandar terus berkeliaran. Karena pasar jadi bener2 tidak efisien, cuman jadi mainan. Sehebat2nya ilmu bandarmology juga akan keok oleh bandar.
Biarkan pasar stuck, apa adanya sesuai valuenya kalau memang kejadiannya seperti itu. Kalau memang real supply & demandnya memang tidak bergerak. Menjadi pasar yg efisien menunjukkan fakta. Bukan pasar yg direkayasa tempat predator menghabisi para mangsa.
Manfaat jangka panjang: Ketika market bisa ‘lumayan’ efisien, maka masyarakat pun akan berbondong tidak ragu lagi utk terjun ke bursa. Sehingga tercipta S&D yg cukup fluktuatif.
Kita berharap pihak yg berwenang membuat aturan lebih bijak berkeadilan bisa mengakomodir kepentingan yg lebih luas, bila perlu melibatkan juga tenaga ahli yang sangat faham masalahnya bandar dan masalahnya trader retail, tidak hanya berpikir kedepan saja tanpa keadilan.
Sapa bilang CC PD YP NI kumpulan Retail ??? Justru Bandar menggunakan Sekuritas tsb agar dikira Retailers spt yg terjadi saat ini.
Faktanya, Bandar tidak mesti Perusahaan Besar berbentuk Manajer Investasi akan tetapi Sekumpulan orang atau grup yang mempunyai Modal cukup besar dengan menggunakan Akun Pribadi atau Nominee dan mereka bisa bekerjasama dg Sekuritas dg prinsip bagi hasil alias bebas fee Beli/Jual.
Sekuritas lokal cukup ternama spt CP KI DR dll sering digunakan sebagai Pemancing volume transaksi agar tampak hidup perdagangannya.
Malangnya, Direksi BEI dipilih dari AB Sekuritas tsb sehingga mereka mrmpunyai kewajiban untuk mengembalikan ‘Hutang’ dukungan pada saat pemilihan Direksi BEI selain tentunya adanya Transaksional.
However, All is about Business…
Salam