Sampai tanggal 6 April 2020 kemarin menurut informasi dari pemerintah tercatat ada 2.491 kasus positif Covid-19 di Indonesia, dimana korban meninggal dunia sudah mencapai 209 orang.
Meskipun menyedihkan namun jika dibandingkan dengan negara-negara lain jumlah positif Covid-19 di Indonesia masih sangat kecil dibanding, di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat ada 367 ribu kasus , di Italy 132 ribu kasus, di Jepang 3.906 kasus, di negara Asia Tenggara seperti di Malaysia (3.793) dan Phillippines (3.660) juga sudah lebih besar di Indonesia, padahal jumlah penduduk di Indonesia jauh lebih besar dibanding negara-negara tersebut.
Jika di rata-rata per 1 juta penduduk hanya ada 9 orang yang positif Corona di Indonesia angka ini adalah salah satu yang terkecil di dunia saat ini. Jadi kalau kita melihat data statistik tersebut kita di Indonesia seharusnya bangga dengan keberhasilan negara kita mengurangi jumlah penderita Covid-19 di Indonesia.
Namun ada hal yang sangat menyedihkan dibalik keberhasilan tersebut, negara kita menggunakan cara paling cepat dan paling mudah untuk membatasi jumlah kasus positif CoronaVirus. Strateginya bukan dengan lockdown, menggunakan masker atau social distancing, cara paling mudah adalah dengan membatasi jumlah test.
Analogi sederhananya adalah kalau anda takut anak anda tidak naik kelas, maka anaknya tidak usah disekolahkan saja. Karena hanya anak yang masuk sekolah yang bisa tidak naik kelas. Begitu juga dengan kasus positif Covid-19, hanya orang yang sudah di test yang mungkin positif terjangkit, kalau tidak mau ada banyak kasus positif Covid-19 cara paling mudah adalah tidak usah di test sekalian.
Menurut data dari Worldometer sampai tanggal 6 April 2020 baru dilakukan 11.460 test Covid-19 di Indonesia, jumlah ini sangat jauh lebih rendah dibanding negara-negara lainnya. Sebagai contoh di kota New York saja setiap harinya dilakukan 14.000 test covid-19. Secara total di Amerika Serikat sudah dilakukan 1.9 juta test, dari hasil test itulah ditemukan ada 367 ribu orang yang positif di US.
Jika di rata-rata per populasi di negara tersebut Amerika Serikat melakukan 5.784 test per 1 juta penduduk, di Spanyol 7.593 test per 1 juta penduduk, di Italy 11.937 test per 1 juta penduduk. Jadi itulah ‘rahasia’ dibalik tingginya jumlah Covid-19 di negara-negara tersebut.
Di Indonesia sendiri hanya dilakukan 42 test per 1 juta penduduk, angka ini lebih rendah daripada negara-negara miskin seperti Uganda (69 test), Bolivia (51 test), Laos (85 test). Di antara negara dengan jumlah penduduk besar Indonesia bahkan lebih buruk dari Pakistan (162 test).
Jadi inilah fakta menyedihkan dari penanganan wabah CoronaVirus di Indonesia, jadi saat ini tidak ada yang tahu kondisi riil penyebaran wabah Covid-19 di negara kita, karena memang tidak ada test yang cukup untuk mengetahuinya.
Jadi langkah-langkah seperti lockdown, social distancing, karantina wilayah dan lain-lain tidak jelas manfaatnya untuk apa, karena selama testnya tidak dilakukan dalam skala besar, kita tidak akan pernah punya parameter apakah yang dilakukan saat ini sudah berhasil atau belum.
Bukan cuma itu kalau anda keluar ke jalanan, anda akan meyadari kalau sekarang jalan sudah mulai ramai lagi. Karena orang mulai tidak takut dengan Covid-19, dan melihat sendiri pertumbuhan di Indonesia tidak seburuk negara-negara lainnya.
Kami tidak tahu siapa yang harus disalahkan dalam kondisi ini, karena kami tahu pemerintah juga sudah berjuang keras untuk menangani kasus Covid-19 ini dan effectnya terhadap ekonomi, namun kalau negara-negara lain seperti Pakistan, Uganda, Laos bisa melakukan lebih banyak test, Indonesia juga pasti bisa.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God