IHSG akhirnya berhasil kembali ke atas 5.000, pasca disahkannya kebijakan Tax Amnesty akhir Juni lalu, kenaikan ini juga disertai dengan serbuan Investor Asing yang secara aggressive memborong saham – saham di Indonesia.
Seperti kita ketahui bahwa berita mengenai Tax Amnesty ini memang sudah jadi bahan perbincangan cukup lama bahkan di kalangan investor ritel seperti kita, namun anehnya sampai pertengahan bulan Mei lalu kami tidak melihat adanya tanda-tanda pergerakan para Big Player yang signifikan dalam rangka mengantisipasi disahkannya keputusan Tax Amnesty. Itu sebabnya sampai gathering terakhir di bulan Mei lalu kami masih pesimis dan memilih tidak bereaksi apa-apa dalam meresponi sentimen ini.
Dari yang selama ini kami pelajari, Big Player/Asing umumnya tahu lebih dulu mengenai apa yang ‘akan’ terjadi di market, salah satu contoh terakhir (bisa dilihat pada grafik di atas) adalah bagaimana kita melihat asing terus melakukan penjualan sebelum keluarnya laporan GDP Indonesia bulan April lalu, dan memang benar GDP Growth kuartal 1 memang mengecewakan, hal yang sama juga terjadi pada pengumuman GDP sebelumnya, dimana hasilnya jauh lebih baik dari ekspektasi, investor asing juga terlihat aktif melakukan pembelian sebelum keluarnya pengumuman resmi dari pemerintah.
Kembali ke Tax Amnesty sejak awal tahun kebijakan ini mulai menjadi perbincangan kami tidak menemukan adanya pergerakan istimewa dari Investor Asing yang memberikan indikasi kepada kita bahwa market optimis/pesimis terhadap kebijakan ini.
Dan seperti pembahasan kami di awal bulan Juni lalu, asing terlihat baru bereaksi terhadap kemungkinan disahkannya kebijakan Tax Amnesty setelah terpilihnya Setyo Novanto menjadi ketua Golkar, optimisme yang juga dipercaya membuat investor asing tidak melakukan panic selling ketika market dunia jatuh pasca keputusan Brexit yang lalu.
Satu hal yang bisa kita pelajari di sini adalah jika berhubungan dengan Politik, Investor Asing terlihat jauh lebih berhati-hati dan tidak cepat beraksi mengantisipasi suatu kebijakan politik, dan sebagai investor ritel kita pun sebaiknya tidak perlu repot-repot mengantisipasinya sebelum ada tanda-tanda investor asing mulai mengantisipasi kebijakan tersebut.
Bahkan strategi menunggu keputusannya keluar juga bukanlah ide yang buruk, karena ternyata kita melihat bahwa investor asing justru semakin banyak melakukan pembelian setelah kebijakan Tax Amensty keluar 2 minggu yang lalu. Hal ini dikonfirmasi dari perbincangan saya dengan salah satu praktisi pasar modal yang banyak memiliki koneksi dengan para fund manager-fund manager besar di BEI di awal bulan Juni lalu, beliau mengatakan bahwa para Fund Manager besar dengan dana yang jumlahnya Triliunan pun sedang menunggu perkembangan dan hasil dari RUU Tax Amnesty di DPR.
Seperti kita lihat dalam grafik di atas Investor Asing baru mulai kembali masuk di hari dimana kebijakan Tax Amnesty disetujui DPR, dan terus masuk beberapa hari setelahnya bahkan dalam jumlah yang semakin besar, pada perdagangan dana kemarin, jumlah dana asing yang masuk ke bursa kita sebesar 1.3 Triliun , jika ditotal sejak tanggal 28 Juni lalu jumlah dana asing yang masuk sudah sebesar 6.3 Triliun, dengan rata-rata inflow lebih dari 1.2 Triliun per hari dalam pasca keluarnya keputusan Tax Amnesty, hal ini memberikan indikasi yang sangat kuat akan trend bullish yang kemungkinan akan berlanjut sepanjang bulan Juli ini.
Melihat kondisi ini, dan kondisi indeks regional kami cukup optimis kalau IHSG bisa mencapai level 5.350 di bulan ini, selama asing tidak tiba-tiba kembali merubah strateginya dan kembali melakukan aksi jual, kami cukup optimis IHSG bisa mencapai level 5.350 di bulan ini, kami melihat ada peluang cukup besar di saham-saham perbankan, consumer dan property sepanjang bulan ini.
Ulasan mendalam mengenai prospek IHSG dalam 3 bulan kedepan, dan efek Tax Amnesty untuk saham di Indonesia, akan dibahas dalam Seminar Online Tax Amnesty vs BREXIT, yang dapat anda ikuti secara Gratis daftarkan diri anda disini.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market