Pemberitaan tentang terus melemahnya nilai tukar rupiah menjadi fokus perhatian kita dalam beberapa minggu terakhir, dan seperti mungkin kita sudah ketahui kemarin Nilai Tukar rupiah terhadap Dollar Amerika baru saja menembus level 15.000/ dollar Amerika.
Pelemahan Rupiah ini memang mendatangkan kekhawatiran bagi banyak pihak, kekhawatiran akan Indonesia yang akan jatuh ke masa krisis seperti yang pernah terjadi di tahun 1998 lalu kembali menghantui banyak orang terutama para investor dalam negeri.
Sudah mulai bertumbangannya beberapa negara seperti Argentina, Venezuela, dan Turkey dalam beberapa bulan terakhir juga mendatangkan kekhawatiran baru kalau Indonesia dapat segera menjadi ‘korban selanjutnya’ dari penguatan USD yang saat ini terus terjadi di hampir semua mata uang dunia.
Dalam beberapa minggu terakhir saya menyempatkan diri untuk berbibcara dengan beberapa pengusaha yang cukup besar, untuk mendengar pendapat mereka, dan apa yang sedang mereka lakukan dalam merespon trend pelemahan rupiah yang sedang terjadi. Saya juga bertanya apakah dalam prediksi mereka Indonesia akan kembali jatuh dalam krisis atau tidak.
Untuk pertanyaan kedua jawabannya bisa dibilang 50 – 50, sebagian pengusaha merasa ada potensi untuk Indonesia kembali masuk ke masa krisis, dan sebagain lagi tidak. Lalu bagi para pengusaha yang merasa Indonesia berpotensi masuk dalam krisis, saya menanyakan alasan atau dasar pertimbangan mereka sehingga memprediksi demikian.
Dari jawaban-jawaban yang saya dapat, sebagian besar merasa bahwa memang sudah waktunya krisis datang, mereka merasa ekonomi sudah tumbuh terlalu lama, jadi jauh lebih baik kalau krisis dulu setahun kedepan, supaya akan ada banyak opportinity terbuka pasca krisis. Dengan kata lain krisis merupakan ‘harapan’ bagi para pengusaha yang menjawab demikian, pelemahan nilai tukar rupiah hanyalah sesuatu yang membangkitkan ‘harapan’ bahwa krisis yang mereka tunggu ada kemungkinan akan datang.
Sementara beberapa pengusaha lainnya menilai Indonesia akan krisis simply karena ‘trauma masa lalu’ dan bukan karena penilaian yang mendalam akan kondisi saat ini, atau krisis besar yang sedang melanda bisnis mereka karena pelemahan rupiah.
Namun menariknya baik pengusaha yang percaya akan krisis atau tidak, keduanya sama sama memanfaatkan momentum pelemahan nilai tukar rupiah ini untuk mencoba meraih keuntungan salah satunya dengan menyimpan dollar yang mereka miliki, dan merasa siap bahkan excited dengan opportunity yang nantinya akan muncul kalau Indonesia benar-benar krisis.
Meskipun saya hanya pengusaha kelas kecil, namun saya sendiri punya pendapat yang hampir mirip, dengan para pengusaha tersebut. Pertama saya tidak percaya bahwa Indonesia akan masuk dalam masa krisis yang setara dengan 1998, atau 2008, bahkan setengah dari krisis-krisis tersebut pun saya tidak percaya.
Kedua, kalaupun prediksi saya salah, dan IHSG turun lagi cukup signifikan, saya akan mensyukuri saja dan melihat penurunan tersebut sebagai opportunity yang mungkin hanya akan datang 1-2 kali seumur hidup saya.
Alasannya adalah :
1. Saya percaya Ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat menghadapi krisis nilai tukar yang sedang melanda hampir di seluruh dunia, Indonesia sangat jauh dari Argentina, Venezuela dan Turkey yang memang sejak beberapa tahun terakhir juga sudah di masa krisis karena kondisi ekonominya yang sudah compang-camping. Apa yang terjadi di ketiga negara tersebut tidak bisa dijadikan contoh untuk Indonesia.
2. Pelemahan Rupiah masih terbatas, dan sudah di intervensi pemerintah. Jika dibandingkan banyak negara lain pelemahan rupiah belum terlalu parah, dan saat ini sudah aktive di intervensi oleh pemerintah melalui Bank Indonesia. Pelemahan seperti ini juga bukan yang pertama kalinya terjadi dalam beberapa tahun terakhir, dan sejauh ini BI selalu berhasil menjaga nilai tukar rupiah di level yang aman.
Jika kita berbicara mengenai IHSG, nilai tukar rupiah tidak selalu bahkan bisa dibilang jarang memiliki korelasi dengan pergerakan IHSG. Dalam grafik di atas kami menunjukan bahwa dalam 1 tahun kebelakang IHSG lebih sering bergerak berlawanan dengan nilai tukar daripada searah.
- Pada area kuning kami meng-highlight kapan IHSG bergerak searah, dengan pelemahan atau penguatan nilai tukar rupiah.
- Pada area biru, kami meng-highlight kapan IHSG bergerak bertolak belakang, dengan pelemahan atau penguatan nilai tukar rupiah.
Dalam grafik di atas kita melihat jelas bahwa dalam 1 tahun terakhir IHSG jauh lebih sering tidak dipengaruhi oleh nilai tukar daripada sebaliknya, jadi sebagai investor saham kita tidak perlu terlalu khawatir kalau nilai tukar rupiah dapat menyebabkan IHSG jatuh, karena IHSG dikendalikan oleh Investor Asing dan selama tidak ada massive selling dari asing, maka IHSG akan selalu baik-baik saja, setiap penurunan tanpa aksi jual besar-besaran asing justru bisa kita manfaatkan untuk melakukan buy on weakness.
Memang benar kalau rupiah terus melemah seperti tahun 1998 lalu dimana rupiah melemah sampai 5-6 kali lipat, IHSG pasti akan tumbang juga, namun jika kita kondisikan dengan kondisi saat ini itu artinya USD ada di level 60.000 – 80.000, jadi kondisi rupiah saat ini masih sangat jauh dari kondisi seperti itu.
Baca lanjutan dari artikel kami ini : Kemarin investor asing jualan 800M lebih, apakah ini tanda-tanda investor asing MULAI PANIK setelah melihat pelemahan nilai tukar rupiah?
USD tembus 15.000, akankah IHSG tembus ke bawah 5.600 ?!
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God