Tahun lalu IHSG naik secara luar bisa didorong sentimen pencalonan Jokowi sebagai presiden, saat itu para pengamat baik politik dan ekonomi percaya bahwa sosok Jokowi adalah sosok yang akan membawa perubahan ke jalan yang lebih baik.
Sosok yang akan membuat negara ini mengarah ke arah yang lebih baik, menyelesaikan masalah-masalah yang selama ini dipercaya menjadi penghalang kemajuan bangsa ini untuk maju ke level yang lebih tinggi. Masalah-masalah seperti pembangunan infrastuktur, pemberantasan korupsi juga subsidi bbm.
Kemenangan Jokowi di pemilu pun langsung direspon positif oleh market, IHSG naik signifikan disertai inflow dana asing yang terus memecahkan record tertingginya sepanjang sejarah. Para pengamat pun langsung memprediksi bahwa tahun ini IHSG akan bertumbuh secara luar biasa target IHSG dari 6000 -7000 pun banyak disampaikan oleh para analis.
Namun seperti kita ketahui dalam 6 bulan pertama pemerintahan Jokowi – JK, kenyataan yang terjadi masih jauh dari harapan, perubahan demi perubahan yang dilakukan Jokowi justru direspon negatif oleh banyak pihak, meskipun perubahan tersebut sudah dijanjikan dari jauh – jauh hari.
Perubahan yang dilakukan di berbagai sektor membuat masyarakat merasakan dampaknya, perubahan memang tidak pernah mudah, apalagi jika dilakukan dengan cepat. Efek yang paling terasa dari berbagai kebijakan Jokowi adalah kelesuan ekonomi ada dua ha kami anggap berdampak besar pada kelesuan ekonomi sejak Jokowi naik antara lain :
KENAIKAN BBM
Sebagai bahan bakar yang digunakan seluruh penduduk Indonesia, kenaikan harga bensin akan berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi dan inflasi di Indonesia. Secara teoiri kebijakan ini membuat harga-harga menjadi naik dan daya beli masyarakat berkurang.
Namun jika kita lihat kebelakang ini bukanlah pertama kalinya BBM mengalami kenaikan, namun efeknya kali ini dirasakan jauh lebih besar dari kenaikan-kenaikan yang sebelumnya, bahkan ketika harga BBM diturunkanpun efeknya tidak terlalu terasa pada meningkatnya gairah ekonomi. Kami berpendapat ada satu faktor yang lebih besar yang menyebabkan kelesuan ekonomi yang melanda saat ini, faktor yang lebih berkaitan dengan pemerintahan Jokowi, dan kondisi saat ini.
Faktor yang sama yang kemungkinan menyebabkan IHSG dapat mengalami koreksi yang lebih besar dalam beberapa bulan kedepan.
Seperti kita ketahui pertumbuhan Ekonomi akan selalu dikaitkan dengan spending masyarakat, semakin banyak orang berbelanja atau membangun atau berinvestasi maka akan semakin banyak uang yang mengalir di masyarakat, mendorong semakin banyaknya bisnis yang bertumbuh dan semakin banyak lapangan kerja yang terbuka. Terbukanya lapangan kerja juga akan mendorong spending yang lebih besar lagi dan seterusnya. Begitulah roda ekonomi suatu negara dapat berputar. Perputaran roda ekonomi yang digambarkan di atas memang seperti saling mendorong satu sama lain, namun untuk berlangsungnya perputaran tersebut ada satu faktor penting yang harus terpenuhi, jika di negara-negara maju faktor tersebut sering disebut sebagai Consumer Confidence Index.
Consumer Confidence Index dapat diartikan sebagai ke level kepercayaan masyarakat untuk membelanjakan uangnya, jika suatu negara dalam kondisi yang tidak stabil maka Consumer Confidence Index di negara tersebut akan turun, karena memang secara logika masyarakat akan menahan diri untuk berbelanja jika keadaan tidak stabil.
Sebagai contoh jika satu negara berada dalam kerusuhan dan banyak mobil dibakar maka akan secara otomatis penjualan mobil di negara tersebut akan turun drastis, banyaknya mobil dibakar tidak akan membuat perminataan mobil baru meningkat, tetapi justru menurun, karena keyakinan masyarakat untuk membeli mobil akan menurun dratis karena kerusuhan yang terjadi.
Dalam kondisi yang ‘menakutkan’ masyarakat memiliki kecenderungan untuk lebih memilih menyimpan uangnya, daripada spending. Hal tersebut akan mendorong rendahnya penjualan, yang akan berdampak pada melemahnya bisnis, dan memicu terjadinya PHK yang akan membuat kondisi menjadi lebih panas, kekhawatiran meningkat, dan akhirnya kembali mengurangi Consumer Confidence Index di negara tersebut. Faktor yang saling mendorong satu sama lain namun menuju ke arah yang bertolak belakang dengan roda yang sebelumnya.
Selama 10 tahun ke belakang ekonomi Indonesia bertumbuh secara signifikan, Consumer Confidence Index juga naik dalam periode terserbut, dalam hal ini pemerintahan SBY menjalankan tugasnya dengan baik dalam membuat iklim usaha dan politik yang stabil. Seperti kita ketahui SBY dikenal sebagai pemimpin yang ‘cinta damai’ , rajin membangun koalisi sana sini, langkah – langkah yang dilakukan SBY selama memerintah umumnya hanya sebatas re-shuffle kabinet dalam usahanya untuk membangun koalisi yang kuat. Namun meskipun hal tersebut membuat kinerja pemerintahan lambat, namun di sisi lain juga mendatangkan kestabilan dan situasi yang lebih predictable bagi masyarakat dan pengusaha.
Turunnya Consumer Confidence Index saat ini kami anggap sebagai penyebab utama lesunya kondisi ekonomi Indonesia, selama pemerintahan Jokowi negara ini sudah menjalani berbagai ketidakpastian dimulai dari persaingannya dengan Prabowo, kegagalannya memperoleh dukungan mayoritas di parlemen, kisrih KPK – POLRI sampai gossip perselisihannya dengan Megawati
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah saat ini juga lebih berfokus untuk mendatangkan perubahan sebesar mungkin dan secepat mungkin, dan tidak terlalu mempedulikan efek yang disebabkan dari kebijakan dalam jangka pendek.
Terus meningkatnya unsur keditakpastian dari sisi kebijakan pemerintah, ekonomi dan politik, juga harga BBM, membuat kepercayaan masyarakat untuk membelanjakan uangnya berkurang, para pengusaha juga mengerem diri untuk melakukan ekspansi karena kekhawatiran akan perubahan-peruabahan yang terjadi di masa yang akan datang dan lemahnya demand masyarakat.
Saat ini ‘euforia perubahan’ di masyarakat sudah hampir hilang, masyarakat sudah merasakan ‘sakitnya’ proses untuk melakukan perubahan. Sebagain masyarakat justru khawatir akan kebijakan-kebijakan lanjutan yang akan dilakukan oleh pemerintah. Jika kondisi ini terus berlanjut maka kepercayaan masyarakat akan terus menurun, roda ekonomi akan terus melambat, jika masyarakat khawatir akan keberlangsungan pemerintahan.
Efek tersebut sudah mulai terlihat pada laporan keuangan beberapa emiten besar yang baru saja keluar beberapa hari terakhir ini, dan hasilnya cukup mengecewakan, efek negatif dari kepemimpinan Jokowi – JK dalam 6 bulan terakhir terlihat semakin sulit untuk ditutupi. IHSG yang selama tidak banyak terpengaruh pun mengalami kejatuhan terbesarnya sepanjang tahun ini hari Senin kemarin.
Pidato Jokowi di KAA yang kontroversial menjadi trigger dari kejatuhan IHSG, pidato tersebut memberikan indikasi kepada kita bahwa Jokowi masih akan terus membuat ‘headline’ dalam semester kedua pemerintahannya, keberanian Pria Solo ini mengeritik PBB, IMF dan negara-negara maju menunjukan bahwa beliau bukanlah sosok pemimpin yang mudah berkompromi, karakter yang berpotensi terus meningkatkan panasnya kondisi politik di Indonesia saat ini.
KESIMPULAN
Kejatuhan IHSG kemarin berpotensi menjadi awal dari sebuah kejatuhan yang lebih besar dalam jangka pendek, tidak terlihatnya ada koreksi di bursa regional menunjukan bahwa koreksi IHSG kemarin memang disebabkan karena faktor dalam negeri. Ada kemungkinan koreksi yang terjadi akan membuat IHSG bergerak di bawah level 5000 dalam beberapa bulan kedepan.
Saat ini market masih menunggu langkah-langkah pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang memiliki efek jangka pendek yang dapat memicu gairah pertumbuhan ekonomi jangka pendek, karena masih terlalu lama jika kita harus menunggu selesainya project-project pembangunan infrastruktur yang sebagai besar masih dalam tahap perencanaan.
Namun di sisi lain koreksi ini juga merupakan kesempatan untuk kita melakukan investasi, karena bagaimanapun beratnya proses yang sedang dilalui saat ini, kita harus tetap mengingat bahwa proses perbaikan jangka panjang sedang dilakukan di berbagai bidang, perbaikan-perbaikan yang dapat menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi dalam 5-10 tahun kedepan. Perubahan yang membuat para pelaku pasar begitu optimis di awal tahun ini sehingga memasang target di 6000 – 7000 , jadi jika IHSG kembali ke level 4000an maka peluang untuk kondisi tersebut merupakan kesempatan besar untuk kita semua.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market