Pada perdagangan kemarin IHSG langsung bergergerak turun pasca keluaynya Vonis untuk Ahok yang dinyatakan bersalah dan divonis 2 tahun penjara. Setelah dibuka dalam zona hijau, indeks ditutup dalam posisi terkoreksi terbatas. Seperti kita ketahui vonis kemarin mengundang pro dan kontra yang sangat besar. Para pendukung Ahok terlihat sangat terkejut dan marah akibat keputusan ini. Kekecewaan umumnya ditujukan pada lembaga hukum negara.
Saya sendiri merasa tidak punya kompetensi untuk membahas apakah keputusan tersebut memang sudah tepat adanya, atau sebuah keputusan yang saran intrik dan kepentingan, jadi saya tidak akan membahas ke arah situ. Namun mari kita membahas efek keputusan tersebut untuk IHSG kedepan, bagaimana reaksi market dan investor asing kedepan pasca keputusan ini.
REAKSI MEDIA ASING TERHADAP KEPUTUSAN INI
Seperti kita tahu kasus Ahok ini berhasil ‘membag’ rakyat Indonesia, menjadi 2 bagian, pro dan kontra Ahok. Namun dari sudut pandang media asing, kasus ini mendapat sorotan yang sangat negatif, di sejak awal mendapat kritik yang luar biasa dari berbagai media asing, dengan kata lain media asing selama ini memilih untuk ‘Pro Ahok’.
Jadi dengan kata lain paling tidak dari sudut pandang media asing, keputusan ini mencerminkan lemahnya penegakan hukum di Indonesia, bagi media asing kasus Ahok ini dipandang seperti seorang Pahlawan Anti-Korupsi yang akhirnya dijatuhkan para koruptor dengan menggunakan issue agama dan pemerintah yang berlangsung sekarang terlihat tidak melakukan apa-apa untuk melindungi pejabat negara yang sukses membersihkan Jakarta, dan tokoh utama anti-korupsi Indonesia ini.
EFEK UNTUK INVESTOR ASING
Mengapa kita mambahas media asing, karena media asing tentu ada hubungannya dengan tindakan investor asing yang mengendalikan pasar modal kita. Seperti kita ketahui media dalam negera saat ini juga sudah terbagi menjadi, jadi adalah sangat masuk akan jika para investor asing memilih untuk mendengar media asing mengenai kasus ini.
Bukan cuma itu, sejak awal Pilkada DKI juga kita tahu bahwa para Analis dari Sekuritas Asing terlihat lebih berhadap pasangan Ahok-Djarot yang akan memenangkan Pilkada DKI. Namun hanya karena ada kejadian seperti ini tentunya tidak akan serta-merta membuat investor asing keluar dari Indonesia, karena bahkan sebelum Ahok menjadi Gubernur pun, investor asing sudah malang melintang di bursa saham Indonesia.
Beberapa point yang membuat Indonesia menjadi tujuan utama aliran dana asing di Asia Tenggara adalah, karena Ekonomi Indonesia adalah yang paling besar di Asia Tenggara dan salah satu yang terbesar di Dunia, Indonesia juga memiliki kestabilan Politik yang masih lebih baik dari negara-negara tentangga seperti Malaysia, Philippine, atau Vietnam. Setahu saya kepastian hukum memang bukan nilai positif yang dimiliki Indonesia di mata investor asing selama, jadi menurut saya Vonis Ahok ini bukan alasan yang cukup besar untuk membuat Investor Asing keluar dari Indonesia.
Satu hal yang tentu dapat membuat investor asing lansung keluar adalah jika terjadi kerusuhan akibat keputusan ini, namun karena kita sama-sama tahu pendukung Ahok mayoritas kalangan menengah ke atas, dan bertindak secara Individual, tanpa dikomandoi pihak-pihak tertentu, jadi sulit rasanya membayangkan akan ada kericuhan karena kemarahan pendukung Ahok akibat keputusan ini.
Ahok sendiri memilih langsung menenangkan para pendukungnya, meskipun telah mendapat vonis yang jelas tidak adil dari sudut pandangnya, dan bukan menjadi provokator yang semakin memanaskan keadaan.
NASIB RATING S&P
Resiko terbesar yang bisa muncul dari Vonis ini adalah rating S&P yang rencananya diumumkan bulan Mei ini, jika dibahas di atas, tidak adanya kepastian hukum memang sudah menjadi ‘resiko’ yang dipahami oleh investor asing sejak awal , dan kejadian Vonis Ahok kembali mengkonfirmasi bahwa Hukum masih merupakan salah satu titik terlemah di negara ini, dan tidak ada perubahan berarti bahkan dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang dianggap sebagai pemimpin terdepan perubahan di Indonesia.
Tidak adanya perbaikan ini mungkin saja membuat investor asing, dalam hal ini S&P juga lembaga rating lainnya untuk menilai resiko di Indonesia tetap sama, dengan beberapa tahun yang lalu, jika mereka berpendapat demikian maka sudah seharusnya S&P pun tidak menaikan rating Indonesia di bulan ini.
Namun kondisi ini tentunya bukan kartu mati, untuk perbaikan rating yang dari S&P karena di sisi lain ada banyak perbaikan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terutama dari sudut pandang ekonomi dan infrastuktur, jadi perbaikan-perbaikan tersbuet mungkin sudah cukup untuk membuat S&P menaikan rating Indonesia.
Jika kita melihat pergerakan dana asing dalam perdagangan kemarin pun, kita bisa melihat bahwa meskipun IHSG turun, investor asing masih terus melanjutkan akumulasinya di IHSG meskipun setelah berita Vonis Ahok menyebar dan menyebabkan kemarahan banyak pendukungnya.
Menurut pandangan kami kondisi ini kurang lebih sama dengan yang terjadi sebelum Pilkada putaran kedua kemarin, dimana ketegangan di dalam negeri membuat IHSG turun, namun tidak menurunkan niat beli Investor Asing untuk tetap memborong saham-saham di Indonesia. Kemungkinan karena Investor Asing masih sangat yakin Investment Grade akan diberikan oleh S&P dan rating tersebut memiliki efek yang jauh lebih besar dalam jangka pendek dibandingkan dengan semua yang terjadi di dalam negeri saat ini, dan dari beberapa informasi yang kami dapatkan kemungkinan pengumumnya akan dilakukan minggu depan depan.
KESIMPULAN
Meskipun secara pribadi saya kecewa dengan keputusan ini, namun menurut pandangan kami kejadian kemarin tidak akan memberikan banyak pengaruh terhadap IHSG, dan kalaupun ternyata ada pengaruhnya untuk rating dari S&P dan Investment Grade tidak jadi diberikan, banyaknya jumlah dana asing yang sudah masuk ke IHSG dalam beberapa bulan terakhir akan membuat indeks kita ‘tahan banting’ dari berita-berita negatif, paling tidak sampai dana-dana asing yang sudah masuk tersebut bisa keluar dengan ‘selamat’.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market