Dalam 2 bulan terakhir IHSG mengalami penurunan yang signifikan dan saat ini sudah berada di level 5.800an, kejatuhan indeks ini membuat banyak pihak khawatir, dan banyak investor menderita kerugian karena kejatuhan IHSG yang sudah terjadi berulang kali sepanjang 2 bulan terakhir ini. Namun tahukah anda apa yang menyebabkan IHSG mengalami kejatuhan tersebut ?
Jika anda rajin mengikuti berita-berita Ekonomi selama 2 bulan terakhir anda kemungkinan akan mengedepankan, beberapa point penting seperti perang dagang untara AS dengan China, ketegangan yang terjadi di Syria, suku bunga The Fed, pelemahan rupiah sampai berbagai pernyataan kontroversial dari Donald Trump. Alasan itulah yang sering dikedepankan oleh para Analis Sekuritas sebagai penyebab dari kejatuhan IHSG saat ini.
Namun jika kita pikir-pikir lebih mendalam, sebenarnya apa hubungannya pernyataan kontroversial Donald Trump terhadap kinerja perusahaan-perusahaan seperti Bank BRI, Bank BCA ? Atau efek perang di Syria terhadap penjualan mobil ASII atau penjualan rokok Sampoerna ? Atau apa efek ketegangan antara US dan China terhadap pemakaian para pengguna Telkomsel ? Tentunya tidak ada…
Bahkan jika anda punya kesempatan untuk menanyakan pertanyaan yang sama kepada CEO masing-masing perusahaan di atas pun, mereka akan menjawab hal yang sama bahwa semua itu tidak ada hubungannya. Padahal kita tahu pergerakan saham-saham unggulan yang dibahas di atas adalah pendorong penggerakan IHSG. Lalu kalau tidak ada hubungannya kenapa selama ini pergerakan IHSG selalu dikait-kaitkan dengan berita-berita tersebut ?!
Jawabannya sederhana, karena sejak awal para analis sekuritas yang umumnya dijadikan nara sumber dari berbagai berita ekonomi diajarkan untuk membuat analisa seperti itu, itulah pekerjaan mereka. Para Analis digaji untuk melakukan itu, kehidupan dan masa depan anak-istrinya tergantung dari kemampuan mereka menghubung-hubungkan pergerakan harga saham yang sedang terjadi dengan headline-headline yang sedang ada di media massa di seluruh dunia saat ini.
Karena pada akhirnya tujuan para Analis bukan untuk mencari keuntungan di bursa, analis umumnya tidak trading saham, sebagian bahkan dilarang untuk trading, peran dan tugas mereka ada di bursa saham adalah untuk memberikan rekomendasi beli, dan juga memberikan alasan di balik pergerakan harga saham yang ada.
Jika ada satu saham yang harganya sedang turun, adalah tugas mereka untuk mencari berita buruk yang bisa dihubungkan dengan penurunan harga saham tersebut, sebaliknya jika harga saham sedang naik mereka bertugas mencari berita baiknya.
CARA MEM-BRANDING SAHAM SEBAGAI INVESTASI
Jika anda sudah lama berkecimpung di dunia pasar modal, umumnya anda akan semakin skeptis dengan alasan-alasan dibalik kenaikan atau penurunan harga, karena anda sadar hampir semuanya hanya dihubung-hubungkan saja degan pergerakan harga aktual. Namun kenapa sampai sekarang analis tetap melakukan hal yang sama ? Mengapa sekuritas bersedia membayar seorang analis mahal-mahal hanya untuk melakukan hal tersebut ?
Ada berbagai jawabam yang pernah saya dengar dari pertanyaan tersebut, dan bagi saya jawaban di bawah adala yang paling masuk akal dan menjadi alasannya.
Karena para pelaku bisnis industri Pasar Modal (pemilik sekuritas, analis, lembaga rating, dll) semuanya sepakat untuk mem-branding pasar modal sebagai sebuah ‘investasi’ dan bukan ‘judi’. Salah satu yang sering kali dianggap membedakan investasi dan judi adalah, dalam berjudi kita hanya untung-untungan dalam menebak dadu atau kartu yang akan memberikan kita kemenangan, sementara dalam berivestasi kita harus menggunakan kepintaran dan logika kita untuk menebak investasi mana yang akan memberikan keuntungan.
Jadi itulah sebabnya setiap kenaikan atau penurunan harga saham harus ada alasannya dan harus ada logikanya untuk memberikan kesan bahwa investasi saham adalah sesuatu yang sesuai dengan berbagai ilmu-ilmu pengetahuan, dan sangat berbeda dengan berjudi di kasino. Karena itulah setiap sekuritas menggaji analis, dan karena setiap hari harga saham bergerak, sekuritas membutuhkan orang yang terlatih mencari alasan, dan membahas pergerakan-pergerakan harga tersebut, dengan cara menghubungkan pergerakan harga yang terjadi dengan berita-berita yang ada di seluruh dunia pada hari yang bersangkutan, untuk itulah dibutuhkan dari para Analis di pasar modal.
Itu juga sebabnya di Kasino, kita tidak menemukan adanya analis yang menjelaskan kenapa kartu yang muncul adala AS HATI, atau kenapa dadu yang keluar angkanya 6 ? Karena pelaku industri perjudian tidak masalah dengan asumsi bahwa bisnis mereka adalah ‘judi’.
Saya disini tidak sedang mengatakan bahwa investasi di pasar modal itu judi, kalau saya merasa ini judi, saya pun tidak akan ada di industri ini, saya hanya sedang menjelaskan bagaimana ‘cara kerja’ industri pasar modal, dan menjelaskan mengapa para hampir semua investor ternama dunia tidak mempedulikan apa yang dikatakan para Analis Sekuritas, dari Warrenn Buffett sampai Lo Kheng Hong semuanya memiliki pandangan yang kurang lebih sama tentang analisa-analisa dari para analis tersebut.
Ok, mari kita kembali ke penurunan IHSG an saham-saham penggeraknya. Bagaimana para analis selalu mengkait-kaitkan pergerakan IHSG, kepada faktor-faktor external terhadap seperti pernyataan Donald Trump, The Fed dll, padahal secara logika itu tidak mempengaruhi pergerakan saham-saham yang menjadi penggerak IHSG.
BAGAIMANA SEORANG ANALIS MENJELASKAN PERGERAKAN YANG TERJADI DI IHSG
Beberapa waktu yang lalu saya mendengar salah satu pertanyaan yang disampaikan oleh seorang reporter kepada salah seorang analis dari salah satu sekuritas terkemuka, pertanyaannya kurang lebih seperti ini :
Mengapa kekhawatiran kenaikan akan kembali dinaikannya suku bunga The Fed, menyebabkan penurunan IHSG pada hari ini?
Dan jawaban dari Analis tersebut kurang lebih seperti ini :
Karena dengan adanya potensi kenaikan suku bunga di Amerika sebesar 0.25%, menyebabkan para investor asing menjual sahamnya di beberapa negara emerging market termasuk Indonesia, dan dana tersebut akan kembali diinvestasikan di negara asalnya (Amerika Serikat), karena kenaikan suku bunga The Fed. Aksi jual Investor Asing inilah yang mendorong penurunan IHSG hari ini.
Bagi para newbie di pasar modal, alasan itu cukup masuk akal dan cukup bisa diterima, apalagi jika disampaikan oleh para expert di pasar modal dengan gelar yang panjang. Namun kalau mau dipikir-pikir lebih dalam ada beberapa hal yang aneh dalam logika tersebut, mari kita telaah beberapa point dalam statement di atas :
‘potensi kenaikan suku bunga’ artinya suku bunganya belum naik, baru potensi. Lalu kenapa sahamnya sudah dijual ?!
‘sebesar 0.25%’ baik di Amerika Serikat atau di negara manapun, kenaikan return 0.25% bukanlah sesuatu yang menggairahkan dalam berinvestasi, artinya kalau investasi 1 M returnnya hanya 2.5 juta selama 1 tahun. Bayangkan jika anda memdapat informasi bahwa suku bunga deposito di BCA naik 0.25% minggu ini. Apakah anda akan menjual semua saham anda, dan memasukan uangnya ke Deposito untuk 1 tahun kedepan, karena adanya kenaikan suku bunga deposito sebesar 0.25% tersebut?
Meskipun kita adalah orang awam dengan pengetahuan yang terbatas mengenai investasi, namun kemungkinan jawabannya adalah TIDAK, kita tidak mau menjual saham-saham yang kita miliki saat ini, dan semua uang kita ke deposito karena kenaikan suku bungan sebesar 0.25% / tahun. Jadi sangat aneh kalau Investor Asing yang begitu powerful justru melakukan hal yang sebaliknya.
‘Aksi jual Investor Asing inilah yang mendorong penurunan IHSG hari ini.’ inilah yang paling lucu… Karena kalau ujung-ujungnya yang ditakutkan adalah pergerakan investor asing, kenapa repot-repot membahas suku bunga The Fed, return investasi, dll. Kenapa tidak langsung aja fokus ke Analisa Foreign Flow itu sendiri, karena pada akhirnya keluar masuknya dana asing khan ada recordnya di bursa kita, jadi kita bisa tahu pasti kapan investor asing masuk atau keluar dari bursa kita, tidak perlu berandai dan melakukan prediksi yang rumit.
Jadi kurang lebih yang sedang dilakukan analis tersebut adalah menduga-duga apa yang dilakukan investor asing dengan menggunakan berbagai data-data dan asumsi dan dari berita-berita di seluruh dunia, namun sambil menutup mata dan menolak melihat apa yang sebenarnya sedang dilakukan oleh investor asing di bursa kita pada saat itu.
Seperti kata orang dulu mengenai urusan birokrasi, “Kalau bisa di buat repot, untuk apa dipermudah…”
Lalu faktor apakah yang slama ini menjadi penyebab utama naik-turunnya IHSG ?!
Jawabannya sederhana, Investor Asing !!
Mungkin anda sudah bisa menduga jawaban tersebut, tapi lebih karena anda sudah mengetahui bahwa sebagai pencipta analisa foreign flow, kami tentu ujung-ujungnya akan membahas investor asing lagi. Tapi mungkin sebagian dari kita masih tidak percaya bahwa investor asing adalah penyebab utama dari hampir semua penggerakan di IHSG, dan faktor-faktor lain seperti kondisi ekonomi, politik, sampai bursa global semuanya hanya faktor-faktor tambahan, yang umumnya dijadikan ‘bumbu penyedap’ dan alasan dari pergerakan investor asing di IHSG.
Memang benar, kondisi ekonomi dalam negeri, ketegangan politik, atau kondisi bursa global dapat menjadi alasan di balik aksi yang dilakukan investor asing. Sebagai contoh pada tahun 2014 ketika Jokowi dicalonkan menjadi Presiden, pada saat itu investor asing terus memborong saham-saham unggulan di bursa kita dan menyebabkan IHSG naik luar biasa pada tahun tersebut, karena itu Jokowi Effect diterjemahkan para analis sebagai bentuk optimisme market terhadap pencalonan Jokowi.
Memang benar sosok Jokowi sangat populer pada saat itu baik di dalam dan luar negeri, namun popularitas Jokowi tidak menaikan harga saham, yang menaikan harga saham tetap saja aksi beli investor asing yang pada saat itu, dan fakta ini juga berarti meskipun Jokowi sangat populer di kalangan penduduk Indonesia, namun di masa pencalonan tersebut investor lokal justru memilih menjual sahamnya ke asing.
Kalau pada waktu itu yang terjadi sebaliknya dimana investor lokal yang memborong saham karena optimisme masyarakan terhadap pencalonan Jokowi dan ini berarti investor asing yang jualan, maka yang terjadi pada IHSG akan sebaliknya, di masa pencalonan tersebut IHSG JUSTRU akan turun, dan penurunan IHSG tersebut akan diterjemahkan oleh analis sebagai kekhawatiran akan terpilihnya Jokowi sebagai presiden menyebabkan IHSG turun.
Bukti lainnya yang menunjukan bahwa ‘Jokowi Effect” tidak menaikan harga saham juga bisa kita lihat setelah Jokowi sudah terpilih menjadi Presiden. Setelah menang pemilih IHSG bukannya kembali naik malah mengalami penurunan yang signifikan, dan penurunan pada waktu ini menjadi salah satu penurunan paling dalam selama 5 tahun terakhir.
Kenapa IHSG turun ? Jawabannya sederhana karena setelah belanja hampir sepanjang tahun 2014 investor asing perlu melakukan profit taking, jadi di tahun 2015 mereka melakukan aksi jual besar-besaran, dan ketika asing jualan besar-besaran IHSG akan turun, tidak peduli siapa yang terpilih jadi Presidennya. Jika anda ingat penurunan IHSG pada tahun tersebut banyak dikait-kaitkan oleh Analis Sekuritas sebagai akibat dari pembangunan infrastuktur, kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah, sampai kenaikan BBM, faktor-faktor yang sama yang notabene dijadikan alasan kenaikan IHSG di tahun sebelumnya ketika hal tersebut dimasukan ke dalam janji politik Presiden Jokowi.
Dalam contoh di atas anda bisa mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai apa yang sebenarnya menyebabkan naik-turunnya IHSG, dan tugas seorang analis untuk menghubung-hubungkan naik atau turunnya IHSG dengan headline-headline yang ada pada saat itu. Hal yang sama juga terjadi pada effect lain seperti Tax Amnesty dan pemberian Investment Grade, efek sebenarnya dari berita tersebut ditentukan oleh pergerakan investor asing menanggapai berita tersebut, dan bukan oleh ada tidaknya aliran dana segar yang mengalir ke bursa akibat penurunan tersebut.
ELITE 1% YANG MENGENDALIKAN PERGERAKAN IHSG
Fakta bahwa investor asing adalah pengendali IHSG sebenarnya bukan hal yang baru, jika kita mempelajari ke belakang dalam setiap trend bearish di IHSG dalam 10 tahun terakhir SEMUANYA disebabkan oleh AKSI JUAL INVESTOR ASING di IHSG. TIDAK PERNAH SEKALIPUN IHSG masih dalam trend bearish jika investor asing tidak melakukan aksi jual. Jadi bisa kita simpulkan alasan alasan lainnya seperti kebijakan The Fed, Brexit, kelesuan Ekonomi, ketegangan sosial, krisis di Yunani, Krisis di Spanyol, kebijakan Donald Trump dan banyak lagi, semuanya hanya ‘bumbu penyedap’ saja. Alasan-alasan yang dipilih oleh para untuk menjelaskan mengapa investor asing melakukan aksi jual, sehingga IHSG mengalami penurunan.
Hal yang sama juga terjadi pada kenaikan IHSG, dalam 10 tahun terakhir, IHSG sudah naik dari 1.000an ke 6.000an, dan hampir semua trend bullish di IHSG terjadi karena INVESTOR ASING melakukan aksi beli, satu-satunya pengecualian hanya terjadi di semeseter kedua tahun lalu, dimana investor asing melakukan profit taking, namun IHSG masih sanggup naik. Alasannya pun sudah kami jelaskan berulang kali, yang disebabkan oleh ‘strategi baru’ investor asing untuk melakukan penjualan, yang Puji Tuhan sudah bisa dipahami oleh Team Riset Creative Trader dan sistem Foreign Flow kami sudah dapat mendeteksi jika hal yang sama terjadi lagi di IHSG.
Dari data resmi yang dirilis oleh Bursa Efek Indonesia sampai akhir tahun 2017 lalu di bursa kita tercatat ada 7.904 institusi asing di bursa saham Indonesia, jumlah mereka hanya 1% dari jumlah keseluruhan investor di bursa kita. Namun mereka adalah Elite 1% yang memegang kendali penuh terhadap pergerakan IHSG dalam 10 tahun terakhir. Mereka menguasai setengah dari nilai IHSG, dan saat ini memiliki dana kurang lebih 60 Triliun dalam bentuk CASH dari hasil penjualan mereka sepanjang 1 tahun terakhir.
Institusi-institusi ini mengatur pergerakan IHSG selama ini, jika mereka kompak membeli saham-saham unggulan maka IHSG akan naik, dan jika mereka jualan IHSG akan turun. Sesimple itu…
Jika kita umpamakan bahwa IHSG adalah sebuah rumah, maka Investor Asing bisa dianggap sebagai ‘orang tua’ atau pemegang otoritas di rumah tersebut, sementara kita adalah tamu atau anak-anak yang tinggal di rumah tersebut. Apa yang terjadi di rumah tersebut diatur, dikendalikan dan diputuskan oleh orang tua. Begitu juga dengan di IHSG, apa yang terjadi dengan IHSG diatur, dikendalikan dan diputuskan oleh investor asing. Apa yang dilakukan para investor lokal atau anak-anak hanya meramaikan dan menambah ‘keceriaan’ di rumah tersebut, dan meskipun di rumah jumlah anak lebih banyak, tetap saja otoritas dipegang oleh orang tua.
FUNGSI INVESTOR ASING DAN LOKAL DI BURSA KITA
Kami sadar artikel ini kemungkinan akan menimbulkan sedikit kontroversi, dan akan ada banyak orang yang meng-kritik pembahasan dari artikel tersebut.
Perbedaan pendapat tersebut sah-sah saja, bahkan sangat-sangat kami syukuri keberadaanya, karena pada akhirnya bursa saham di Indonesia hanya bisa ada ketika ada perbedaan pendapat, tanpa adanya perbedaan pendapat dan pengetahuan IHSG justru tidak akan bergerak sama sekali.
Bayangkan jika semua investor lokal punya pandangan seperti kami, yang percaya sepenuhnya kalau investor asing menggerakan IHSG, bahkan memiliki Team Riset dan Sistem khusus untuk membaca dan mengikuti pergerakan investor asing. Jadi ketika para Elite 1% (Investor Asing) sedang melakukan akumulasi saham di bursa kita, maka para 99% dari investor sisanya (investor lokal) juga sepakat mengikuti Investor Asing dan memilih untuk belanja juga, kalau semua investor lokal memahami dan mengikuti Ilmu Foreign Flow, hasilnya malah tidak ada yang jualan, dan kalau tidak ada yang jualan, berarti pembelian pun tidak bisa dilakukan, dan ujungnya IHSG malah tidak bergerak sama sekali.
Pada akhirnya fakta menunjukan kita para investor lokal sangat membutuhkan investor asing di bursa kita, baik untuk menaikan IHSG dan menurunkan IHSG, bukan cuma itu kita juga membutuhkan mayoritas investor lokal untuk tidak setuju dengan apa yang kami tuliskan di atas dan terus menjadi ‘lawan main’ dari pada investor asing di market.
Jika kita hubungkan dengan kejatuhan IHSG saat ini, kita membutuhkan investor asing untuk terus jualan sehingga kita bisa membeli saham-saham unggulan di harga murah karena IHSG akan terus turun ketika asing jualan, dan kita juga nantinya membutuhkan investor asing melakukan akumulasi besar-besaran kembali supaya IHSG bisa naik ke 7.000, dan ke level-level yang lebih tinggi lagi…
Selamat bekerja Investor Asing, kami akan setia mengikuti dan mendukung anda…
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God