Tahun 2019 ini merupakan tahun yang sulit untuk mayoritas investor dan trader di Indonesia karena seperti sudah sama-sama kita rasakan aksi jual asing yang tak henti-hentinya terjadi sejak bulan April sampai sekarang ini, seperti pembahasan kami sebelumnya dalam kondisi market yang sulit seperti tahun ini mayoritas pelaku pasar baik yang kecil sampai yang raksasa sekalipun umumnya akan mengalami kerugian. Seperti pembahasan kami kemarin, terus keluarnya investor asing juga memaksa para fund manager untuk bermanuver di saham-saham yang baru IPO, yang akhirnya justru berujung ke kehancuran pada beberapa product reksadana beberapa minggu terakhir.
Sementara bagi reksadana-reksadana lainnya yang memilih untuk tetap ‘main safe’ umumnya kinerjanya tidak jauh dari IHSG yang masih terkoreksi sepanjang tahun 2019 ini, dan akhirnya hanya bisa berharap supaya investor asing kembali masuk ke IHSG, dan IHSG kembali naik.
Saat ini para Manajer Investasi dalam negeri yang memegang saham-saham blue chip tentunya berharap pada kebiasaan investor asing tahun-tahun sebelumnya yang sering melakukan akumulasi pembelian di awal tahun kembali terulang lagi di awal tahun 2020 nanti.
Namun sebelum memasuki tahun 2020 nanti, sebagai investor kita sebaiknya tidak melewatkan ‘hajatan besar’ di IHSG yang akan selalu diadakan di bulan Desember. Karena pada bulan Desember ada satu fenomena yang sangat terkenal, bukan hanya di Indonesia tapi juga terjadi di hampir semua bursa utama di dunia setiap tahun. Fenomena yang sering disebut “Window Dressing” atau “Santa Claus Rally” , dimana pada bulan Desember harga – harga saham dipercaya harus mengalami kenaikan.
Istilah “Window Dressing” sendiri diambil dari kata Window atau jendela yang identik dengan bagian dari rumah yang memungkinkan orang dari luar melihat kondisi di dalam rumah, dan dressing artinya mendekorasi supaya sesuatu terlihat rapi, dan baik tanpa banyak merubah kondisi sebenarnya dari rumah tersebut. Singkatnya jika kita terjemahkan ke bahasa Indonesia proses Window Dressing adalah proses mendekorasi beberapa bagian dari rumah supaya bisa terlihat bagus jika dilihat orang luar melalui Jendela”.
Kegiatan Window Dressing ini terjadi juga di sector financial, dimana di akhir tahun ketika perusahaan harus membuat laporan kinerja tahunan. Setiap perusahaan terutama perusahaan terbuka, ingin mempercantik kinerja perusahaannya di mata investor dan pemegang saham, sehingga beberapa perusahaan sengaja ‘mendekorasi’ beberapa indikator keuangan dari perusahaan agar tampil bagus pada laporan akhir tahun.
Kondisi yang sama juga terjadi bagi para manajer investasi, reksadana, asuransi, dana pensiun dan para pemain besar lainnya, kita tahu kinerja tahunan dana kelolaan umumnya selalu dijadikan ‘benchmark’ untuk tahun-tahun sesudahnya.
Salah satu contoh sederhana-nya adalah ketika kita ditawari salah satu produk investasi sebutlah reksandana saham, maka kita akan ditunjukan grafik pertumbuhan atau kinerja dari tahun ke tahun, artinya kinerja dana kelolaan yang akan diingat dan dipresentasikan adalah kinerja di penutupan tahun, dan apa yang terjadi sepanjang tahun tersebut akan dilupakan, setelah tahun tersebut berlalu.
Jadi adalah sesuatu yang wajar jika para manajer investasi berusaha untuk mengerek harga-harga saham yang yang ada di dalam portfolio mereka di bulan Desember, supaya di penutupan tahun kinerja portofolio yang mereka kelola akan terlihat baik.
Kedasyatan dari Effect Window Dressing, dapat terlihat dengan jelas pada kinerja IHSG di bulan Desember, seperti bisa kita lihat dalam tabel di bawah :
Dari tabel di samping kita bisa melihat bahwa sejarah membuktikan bahwa bulan Desember adalah bulan dimana probabilitas kenaikan IHSG yang paling tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya.
Kita bisa melihat dalam 20 tahun terakhir IHSG hanya sekali mengalami penurunan di bulan Desember, yaitu di tahun 2000. Bukan hanya itu bahkan di tahun-tahun dimana terjadi krisis koreksi besar di IHSG seperti di tahun 1998 dan 2008 pun IHSG tetap sanggup bergerak naik cukup signifikan di bulan Desember. Dalam 15 tahun terakhir IHSG tidak pernah mengalami penurunan sekalipun di bulan Desember.
Average kenaikan IHSG di bulan Desember juga bisa dikatakan luar biasa, dalam 20 tahun terakhir, rata-rata IHSG mengalami kenaikan 4.5% sepanjang bulan Desember, rata-rata kinerja bulan Desember ini jauh lebih besar dari rata-rata kinerja bulanan IHSG dari Januari – November dalam 20 tahun terakhir yang hanya naik 1% per bulan. Jadi tidak bisa dipungkiri lagi bahwa di bulan Desember tahun ini pun akan ada kesempatan yang sangat besar untuk IHSG bisa mengalami kenaikan.
Setelah melakukan riset cukup mendalam mengenai pergerakan IHSG di bulan Desember, kami menemukan satu fakta penting lainnya mengenai Effect Window Dressing, ternyata meskipun IHSG hampir pasti naik di bulan Desember namun kenaikan indeks tidak selalu langsung dimulai sejak awal Desember dan berakhir di bulan Desember seperti yang dianggap banyak orang. Setelah dipelajari kenaikan IHSG di bulan Desember umumnya hanya terfokus di 2 minggu terakhir menjelang penutupan tahun, bahkan bisa dikatakan kenaikan terbesar umumnya baru terjadi setelah libur Natal.
Statistik menunjukan dalam 10 tahun terakhir kinerja IHSG di minggu pertama bulan Desember justru paling buruk dibanding minggu-minggu lainnya di bulan Desember, hal ini sebenarnya cukup ironis karena justru di akhir November sampai awal Desember lah para analis-analis sekuritas sedang marak-maraknya membahas mengenai Effect Window Dressing. Sementara di minggu terakhir bulan Desember dimana kinerja IHSG jpaling baik, para analis sudah fokus liburan.
Kita tentunya tidak bisa menyalahkan para analis, karena bagaimanapun mindset ‘pegawai’ akan sangat berbeda dengan mindset pemilik usaha. Dan para analis adalah pegawai di pasar modal, jadi fokus mereka adalah mendapatkan gaji, kenaikan karir dan juga menikmati liburan. Mencari keuntungan di market jelas bukan tujuan para analis di stock market.
Sementara kita investor dan trader adalah ‘pemilik usaha’ di pasar modal, kita tidak mendapat gaji karena kita trading setiap hari, kita juga tidak dibayar kalau kita rajin menganalisa, jadi fokus kita adalah mencari untung, dan meningkatkan nilai asset kita.
Namun hal yang berbeda dialami oleh para Manajer Investasi, karena meskipun mereka juga pegawai yang digaji setiap bulannya, namun seperti dibahas di atas kinerja mereka akan dinilai berdasarkan kinerja di akhir tahun, jadi mau tidak mau mereka harus kerja terus sampai hari terakhir perdagangan di bursa, untuk memoles kinerja mereka sepanjang tahun. Momentum inilah yang bisa kita manfaatkan sebagai trader dan investor, tidak ada salahnya kita sedikit memaksakan diri kita untuk memanfaatkan momentum window dressing, dan menjadikan ini sebagai bonus akhir tahun kita.
Effect Window Dressing yang baru terasa dalam 2 minggu terakhir bulan Desember memang cukup bisa dimengerti karena kembali tujuan awal Window Dressing itu sendiri untuk mempercantik kinerja di putupan tahun, jadi apa yang terjadi di minggu-minggu awal Desember tentu tidak perlu terlalu diperhatikan. Selama harga-harga saham naik di penutupan tahun, maka proses Window Dressing sudah berhasil dilakukan. Sementara kalau naiknya di awal Desember tapi di akhir tahun turun lagi, maka percuma saja kenaikan tersebut.
Bukan hanya itu sama seperti analis, setelah libur Natal mayoritas investor ritel umumnya sudah masuk dalam masa liburan dan tidak sudah lagi aktif di market. Hal ini jelas membuat proses pengangkatan harga menjadi lebih mudah karena tidak ada tekanan jual yang signifikan dari para investor ritel yang profit taking, atau memenuhi antri jual.
Bukan cuma itu setelah dipelajari ternyata khusus di bulan Desember, Effect Window Dressing bahkan berulang kali terbukti lebih kuat dibanding aksi jual asing, dimana dalam beberapa tahun terakhir IHSG tetap berhasil naik meskipun di waktu yang sama investor asing melakukan aksi jual di IHSG.
Setelah dipelajari hal ini disebabkan karena di bulan Desember para fund manager lokal umumnya punya ‘jurus rahasia’ yang bisa digunakan untuk menaikan IHSG di akhir tahun. Jurus ini hanya bisa digunakan di akhir tahun,dan terbukti cukup sukses. Di lain kesempatan mungkin kami akan jelaskan jurus yang kami maksud tersebut.
Karena pada akhirnya Investor Asing juga tetap harus mencatat kinerja akhir tahun mereka, jadi kalau ketika mereka jualan, dan IHSG tetap naik, tentunya mereka pun tidak akan keberatan. Toh kalau mereka minat membanting IHSG, bantingan bisa dilakukan di awal tahun depan.
Kesimpulannya fakta-fakta yang terjadi di akhir tahun karena Effect Window Dressing ini jelas bisa kita manfaatkan sebagai investor ritel. Kita memang tidak perlu mencatat kinerja akhir tahun, dan kita juga tidak digaji karena trading di market. Namun di tengah-tengah masa liburan dan kesibukan di akhir tahun, kita tentunya masih bisa menyempatkan diri untuk membeli saham-saham yang biasa di kerek di masa window dressing.
Kita cukup beli di bulan Desember, dan membiarkan para Fund Manager yang berkepentingan yang mengurus sisanya dan menaikan harga saham yang kita beli, nanti di awal tahun depan kita tinggal profit taking sambil mengambil bonus akhit tahun kita.
Dapatkan Riset Window Dressing 2019 dari Creative Trader yang mempelajari pergerakan saham-saham di bulan Desember dalam 10 tahun terakhir, dan menggunakan pendekantan Statistik, kami menemukan puluhan saham saham-saham yang selalu naik di bulan Desember. Saham-saham yang baik disimpan sepanjang bulan Desember, sampai saham-saham yang selalu naik setelah Libur Natal, dan banyak lagi. Klik disini untuk mengetahui materi-materi lainnya yang terdapat pada Riset Window Dressing 2019.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
4 comments
Saya akan sabar untuk menunggu masa itu. Karena diantara masa beli dan jual, ada masa menunggu 😅
Market maker sudah tau akan adanya window dressing, dan banyak kepentingan dalam satu tujuan. Skrg sudah banyak Retail yang juga menunggu momentum window dress tsb, jd sangat memungkinkan pada moment2 tsb banyak inflow retail yang masuk, apakah ini tidak mengganggu strategi market maker pak Argha? Terimakasih
Kalau menurut kami selama ritelnya nggak banyak berulah, dan diam-diam saja ‘di dalam’ selama bulan Desember, harusnya mereka tidak terganggu, dan baik-baik saja. Karena tujuan window dressing bukan untuk cari profit, melainkan untuk mempercantik portfolio saja. Di bulan Januari kembali ke kondisi normal.
Kurang lebih seperti itu Pak Doddy.
Terimakasih Pak Argha insight nya