Dalam beberapa hari terakhir, kami terus mengamati pergerakan saham ini. Jujur, sebagai trader, potensi di saham ini memang terbuka luas. Harga saham ini sudah turun lebih dari 40% (14 November 2018) tahun ini. Dan bila melihat pola pergerakkan harga dalam beberapa bulan terakhir, analis teknikal pasti sudah bisa melihat bahwa ada pola double bottom yang terbentuk.
Awalnya, kami melihat ini sebagai peluang yang sangat baik, karena di masa penurunan, kami menilai semua ini terjadi karena aksi profit taking Investor Asing saja, dan bukan karena alasan Fundamental. Sehingga kami beranggapan cepat atau lambat, saat harga sudah murah, mereka akan segera masuk kembali, dan harga saham ini bisa segera naik kembali.
Namun ternyata tidak semudah itu. Faktanya saat ini, penurunan tak kunjung berhenti, dan kami juga tidak melihat baik Investor Asing maupun Bandar Lokal, berminat pada saham ini meskipun harga sudah sangat murah.
Hal ini yang membuat kami penasaran dan melakukan sedikit riset tentang kondisi perusahaan ini dan apa yang terjadi sehingga Bandar tidak terlihat berminat pada saham ini.
Fundamental
Bila melihat annual report dari JSMR sendiri, kita bisa lihat bahwa perusahaan ini justru terus bertumbuh di tahun ini. Revenue dari JSMR sendiri bertumbuh 18% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya di periode yang sama. Secara kasat mata, kami hanya menemukan sedikit peningkatan pada beban oprasional sehingga net profit dari JSMR turun sebesar 6%. Selain itu, tidak banyak hal yang berubah, kami tidak melihat ada potensi beban lain yang mungkin menggangu fundamental JSMR.
Kami tidak melihat faktor ini menjadi hal krusial mengapa Bandar tidak mau membeli saham ini, faktanya JSMR pernah mengalami hal yang serupa (bahkan lebih parah) di tahun 2013 dan penurunan harga yang terjadi tidak sedalam yang terjadi sekarang. Oleh karena itu, penurunan yang terjadi sekarang ini, cukup diluar dugaan kami, itu yang membuat kami menilai bahwa ini bukan faktor utama mengapa Bandar terlihat tidak berminat.
Jika melihat sentimen yang sedang ramai diperbincangkan saat ini, yaitu free float, kami juga melihat bahwa seharusnya ini tidak terlalu berpengaruh pada JSMR. Karena memang porsi JSMR di LQ45 cukup kecil bila dibandingkan dengan market cap saham lain yang ada di indeks ini.
Kami melihat memang terjadi penyusutan porsi dari 0,77% ke 0,66%, hal ini dikarenakan porsi saham likuid dari JSMR hanya 30%, sisanya dimiliki oleh Pemerintah RI. Namun jika melihat dari market cap, kami menilai efek free float ini mungkin lebih pas jika dihubungkan dengan UNVR dan HMSP yang market cap-nya lebih besar, dan porsi pemegang saham utamanya juga jauh lebih besar (HMSP 92,5% dimiliki oleh Philip Morris, UNVR 84,99% dimiliki oleh Unilever Indonesia).
Ritel vs Bandar
Oleh karena kedua alasan diatas menurut kami kurang kuat untuk menjelaskan mengapa Bandar tidak mau masuk, kami terus melanjutkan riset kami kepada bidang yang kami dalami, yaitu melakukan analisa Bandarmologi.
Kami mencoba memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi pada saham JSMR, dengan melihat bagaimana aksi Bandar dan Ritel saat ini.
Dimulai pada perbincangan singkat saat sedang membahas saham – saham yang masih belum diangkat, JSMR cukup menarik perhatian kami karena sedang menuju support. Saat itu, kami coba melihat apa yang sedang dilakukan Bandar dan bagaimana reaksi Ritel.
Dan kabar buruknya adalah, Bandar justru terus distribusi besar – besaran. Ini cukup membuat kami kuatir akan masa depan saham ini. Pada masa – masa menuju support, kami pikir, Bandar akan segera melakukan akumulasi, karena saat saham ini jatuh, Bandar terlihat hanya melakukan markdown. Disaat itu, kami berpikiran saham ini akan segera diakumulasi dan naik. Namun semakin mendekati support, distribusi malah semakin membesar.
Namun hal mengerikannya tidak berhenti sampai disitu, jika melihat broker summary dari JSMR, dalam beberapa hari sebelum support ini jebol, Investor Ritel malah melakukan akumulasi. Dan saat support jebol diawal minggu ini, akumulasi dari Investor Ritel malah semakin menggila. Berikut adalah perbandingan reaksi Investor Ritel saat saham ini menuju support dan setelah menembus support:
Hal ini cukup menjelaskan mengapa Bandar tidak bisa melakukan akumulasi di fase ini, karena Investor Ritel sedang gila.
Saya cukup paham mengapa Investor Ritel banyak melakukan akumulasi di fase tersebut. salah satu faktor yang saya tangkap adalah, hampir semua dari mereka melihat potensi yang sama, yaitu support terendah sejak 2 tahun terakhir. Kami tahu, ilmu Bandarmologi sendiri belum banyak dimengerti oleh trader & Investor di Indonesia. Oleh karena itu, mereka hanya melihat apa yang terjadi secara teknikal (mayoritas trader menggunakan pendekatan ini), sedangkan dibalik pergerakkan harga ini, menceritakan banyak hal yang berbeda.
Harga saham JSMR saat ini berkisar Rp 3830, JSMR pernah menyentuh harga serendah ini pada tanggal 6 Desember 2011, yap, 7 tahun yang lalu. Dan bila melihat aksi Bandar dan Investor Ritel ini, saya cukup yakin, penurunan ini masih akan terus berlanjut sampai waktu yang tidak bisa ditentukan.
Di kondisi ini, jika Bandar memaksa untuk tetap akumulasi, siapa yang harus jualan? Atau kalaupun mereka berhasil melakukan akumulasi bersama, siapa yang siap menampung aksi profit taking mereka nantinya?
Jika melihat dari sudut pandang Bandar, bukan langkah yang bijak jika mulai melakukan akumulasi sekarang ini. Justru dengan membiarkan harga terus jatuh, Bandar mendapatkan 2 keuntungan, pertama, mereka bisa menurunkan Average Accumulation mereka. Kedua, dengan membiarkan harga saham ini terus turun, mereka memperbesar loss yang diterima Investor Ritel, dan itu juga akan memperbesar dan memperpanjang efek trauma ketika akhirnya Investor Ritel harus menyerah dengan saham ini.
Dengan itu, langkah mereka untuk mengerek harga saham ini akan lebih mudah untuk dilakukan. Oleh karena itu, bagi Bandar mungkin lebih bijak bila membiarkan harga saham ini untuk terus turun dalam beberapa waktu kedepan.
Kesimpulan
Sampai sejauh ini, kami melihat saham ini masih sangat mengerikan, distribusi ini masih sangat mungkin untuk dilanjutkan dengan kondisi seperti saat ini. Skenario yang paling mungkin dalam waktu dekat adalah, saham ini akan di markup di akhir minggu ini karena sudah terlalu lama turun, dan kembali dijatuhkan dalam beberapa waktu kedepan.
Atau jika kita melihat banyak Investor Ritel yang mulai melakukan cut loss, mungkin situasinya bisa berbeda. Jika kami boleh memberikan kesimpulan menggunakan bahasa yang sedikit tidak menyenangkan, mungkin akan seperti ini, “Jika anda mau JSMR naik, silahkan cut loss”
Joseph Gabetua S.S.T.
Analyst of Creative Trading System. Relentless Trader and Part Time Investor. Huge dreams, Small me.