Hasil PiLeg tanggal 9 April kemarin bisa dibilang cukup mengejutkan, meskipun PDI-P naik namun persentasi suara yang didapatkan sangat mengecewakan, yaitu hanya 19% jauh di bawah prediksi sebagian besar pengamat politik yang memprediksi suara di kisaran 25 – 35%, hasil suara kemarin bahkan tidak cukup untuk mengusung Jokowi sebagai CaPres tanpa membangun koalisi, bahkan meratanya perolahan suara membuat kemungkinan koalisi yang terbentuk akan terdiri dari banyak partai, tidak berbeda dengan kepemimpinan SBY dalam 10 tahun terakhir.
Hasil ini kemungkinan akan menjadi sentimen negatif bagi market, baik dalam jangka pendek maupun jangka menengah sampai Pemilu Presiden bulan July nanti. Kami akan mencoba menuliskan beberapa faktor yang dapat menjadi sentimen negatif setelah keluarnya hasil Quick Count.
Kesanggupan Jokowi Memenangkan Pilpres mulai diragukan.
Seperti kita ketahui 3 calon kuat Presiden yang kemungkinan akan maju di pemilu nanti adalah Jokowi, Aburizal Bakrie dan Prabowo Subianto, tidak sulit untuk menebak calon mana yang diinginakan oleh pelaku pasar. Aburizal Bakrie dikenal sebagai pemilik Bakrei Group yang semua sahamnya turun bahkan lebih dari 95%, selain itu namanya juga buruk karena cara keluarga Bakrie mengelola perusahaan dianggap tidak terbuka, dan menjadi penyebab utama kehancuran perusahaan-perusahaannya di bursa. Jika tokoh seperti ini menjadi Presiden RI, tentu akan memberikan sentimen yang buruk pada market.
Prabowo, adalah tokoh yang selalu menjanjikan ekonomi kerakyatan, pro rakyat kecil, dan sepertinya tidak suka dengan investor asing, bahkan dalam statement terakhirnya beliau mengatakan bahwa dia tidak suka dengan para investor di pasar modal. Kemenangan Prabowo juga dapat mendatangkan kejatuhan bagi pasar modal.
Sementara Jokowi dikenal dengan kemampuannya dalam mereformasi birokrasi, pembangunan dan perbaikan infrastuktur, dan juga sebagai politikus yang bersih dan disukai rakyat banyak. Itu sebabnya banyak pengamat memprediksi bahwa keberhasilan Jokowi menjadi Presiden hanya tinggal menunggu waktu saja. Namun fakta yang kita lihat pada Pemilu Legislatif adalah keberadaan Jokowi hanya sanggup mengangkat suara PDI-P sebanyak 5% dari Pemilu sebelumnya, sangat jauh jika kita bandingkan dengan popularitas SBY 5 tahun lalu, yang berhasil mengangkat perolehan suara Demokrat sebanyak 13% dibanding Pemilu sebelumnya.
Hasil mengecewakan ini secara otomatis meningkatkan Resiko Politik Indonesia terutama di mata investor asing, karena kekhawatiran akan terus bertumbuhnya popularitas Prabowo secara otomatis meningkat, jika sebelumnya di prediksi kondisi Politik Indonesia akan cukup stabil sampai akhir tahun karena PDI-P dan Jokowi dianggap akan menang signifikan, namun sejak keluarnya hasil quick count kemarin, maka keyakinan tersebut akan berkurang cukup signifikan.
Peta Koalisi Masih Belum Jelas
Dengan jumlah perolehan suara 3 partai teratas tidak sampai 50%, maka koalisi mau tidak mau harus dibentuk, kemungkinan kita akan melihat Pasangan Capres dan Cawapres dari 2 partai yang berbeda, disertai banyak posisi menteri yang harus dibarter dalam koalisi. Harapan market sebelumnya melihat kabinet yang murni dipilih berdasarkan kompetensi di bidang masing-masing tampaknya harus dilupakan.
Khusus untuk Jokowi hasil ini mengurangi kemungkinan Jokowi akan dipasangkan dengan Trah Soekarno yaitu Puan Maharani atau Prananda Prabowo, namun juga mengurangi kemungkinan dipasangkan dengan tokoh non partai , seorang profesional yang dapat melengkapi Jokowi terutama di sisi Ekonomi Makro dan Hubungan Luar Negeri.
Dalam 3 bulan kedepan peta koalisi dapat memberikan pengaruh pada market, sesuatu yang sebelumnya tidak terlalu dikhawatirkan oleh pelaku pasar sekarang menjadi sesuatu yang penting dalam memprediksi kondisi Indonesia untuk 5 tahun kedepan.
Pada intinya pelaku pasar selalu ingin sebuah kejelasan, terutama jika mengenai politik dan kebijakan-kebijakan pemerintah, hasil quick count kemarin gagal memberikan ketenangan bagi Investor terutama bagi mereka yang mengharapkan Jokowi menjadi Presiden. Mari kita lihat bagaimana reaksi market menanggapi hasil ini, juga bagaimana reaksi investor asing yang sebelumnya sudah melakukan belanja besar-besaran setelah pencalonan Jokowi menjadi Presiden (ulasan lengkapnya bisa dibaca disini).
Quote of The Day :
Don’t ever stop dreaming, no matter how old you are. Even if you’ve had some shattered dreams in your life, I want to encourage you to dream again.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market
3 comments
Pendapat (pribadi) saya, kemenangan mutlak PDIP belum tentu menjamin bahwa pemerintahan yang terbentuk akan bebas dr interest interest yng menggangu, justru kalo berkuasa penuh sebuah pihak akan menjadi ‘otoriter’, apalagi di negara yang masih membangun demokrasi spt indonesia. Pelaku pasar (asing) saya rasa punya kecenderungan ‘myopia’ , menyamakan keadaan di negara lain (emerging-developing democrazy) dengan pengalaman di negara nya yg kebanyakan adl developed – mature democracy..yah gitulah ‘nasib’ kita yang masih sangat tergantung pada asing, we have no say on our own fate..
Saya setuju dengan pendapat Ibu Liz, kemenangan mutlak PDI-P juga bukan otomatis membuat Indonesia lebih baik terutama di sector riil, namun untuk di pasar modal sendiri melihat hanya ada 3 kandidat kuat, rendahnya perolehan suaran PDI-P secara otomatis memperbesar peluang kedua lawan politiknya yang memiliki profile lebih buruk untuk pasar modal dibanding Jokowi.
Resiko Politik Indonesia otomatis akan bertambah terutama bagi pemodal di pasar modal yang sangat peduli terhadap sentimen jangka pendek, apalagi hasil survey juga sepertinya sulit dipercaya sekarang, melihat cukup jauhnya hasil survey dengan kenyataan di lapangan.Kondisi ini kemungkinan akan membuat pelaku pasar lebih berhati-hati untuk masuk ke bursa kita, atau bahjan mencoba untuk keluar dari dulu dalam jangka pendek.
sekarang saatnya tiarap dulu sampai pilpres