Bulan Januari sudah berakhir, dan seperti kita ketahui bulan pertama di tahun 2019 ini menjadi tahun yang cukup luar biasa bagi IHSG, aksi borong saham investor asing memanfaatkan momentum keragu-raguan investor dalam negeri karena panasnya kondisi politik dalam negeri, dan keluarnya berita negatif mengenai neraca perdagangan. Kekhawatiran Invesot lokal tersebut benar-benar dimanfaatkan oleh investor asing sehingga membuat IHSG naik secara perkasa sepanjang bulan Januari lalu.
Tidak terasa saat ini IHSG sudah berada di level 6.500an, padahal tentunya kita masih ingat 4 bulan yang lalu di bulan Oktober, kita semua masih dilanda kekhawatiran kalau IHSG masih akan turun ke level 5.500an karena pada saat itu asing terus jualan. Namun pada akhirnya semua kekhawatiran tersebut hilang dengan sendirinya setelah Investor Asing kembali lagi ke bursa kita, dan seperti bisa anda lihat pada Grafik IHSG di samping, terbukti kembali masuknya dana asing berhasil mendorong IHSG naik hampir 20% sejak awal akumulasi Asing di akhir bulan Oktober lalu sampai saat ini.
Sekarang pertanyaan selanjutnya adalah : Apakah IHSG akan sanggup naik ke 7.000 sebelum pilpres bulan April seperti yang kami bahas di awal bulan Januari lalu ?
Jika kita melihat bahwa Investor Asing bisa menaikan IHSG bisa naik hampir 20% hanya dalam waktu 3 bulan, maka untuk mereka menaikan IHSG ke 7.000 hanya dibutuhkan 462 point lagi yang setara dengan kenaikan 7% dari level penutupan IHSG hari Jumat. Dan mengingat masih 2 1/2 bulan lagi menjelang Pemilu bulan April maka tentunya kita bisa cukup yakin IHSG bisa dinaikan ke 7.000 sebelum Pilpres seperti kami katakan sebelumnya.
Namun meskipun jika kita membandingkan dengan kenaikan 3 bulan terakhir, harusnya tidak sulit untuk menaikan IHSG ke 7.000, namun pada prakteknya harusnya tidak semudah itu. Karena jika kita belajar dari sejarah IHSG, kita akan mendapatkan ada 2 komponen yang perlu terjadi dalam setiap kenaikan IHSG di masa lalu, 2 hal yang harus terjadi dalam setiap kenaikan signifikan yang terjadi di IHSG di masa lalu.
KOMPONEN PERTAMA : MASUKNYA INVESTOR ASING KE BURSA KITA.
IHSG hanya bisa bergerak naik jika saham-saham Super Cap seperti BBRI, BBCA, BMRI, ASII, TLKM, UNVR, HMSP dan beberapa saham besar lainnya bergerak naik. Dan sudah menjadi rahasia umum bahwa investor asing memegang kendali penuh akan pergerakan harga saham-saham tersebut. Itu sebabnya selama ini Investor Asing selalu menjadi pihak yang memutuskan apakah IHSG akan mereka bawa naik atau akan mereka bawa turun. Fakta ini memang tidak disukai banyak investor dalam negeri terutama mereka yang belum memahami ilmu foreign flow, namun suka atau tidak kita semua bisa merasakan bagaiamana IHSG akan selalu bergerak mengikuti arah pergerakan investor asing.
Jika kita melihat pergerakan dana asing sejak awal kenaikan IHSG dan awal masuknya dana asing di akhir bulan Oktober lalu, total investor asing sudah melakukan pembelian sebesar 15 Triliun. Memang uang asing yang masuk ke IHSG sudah cukup besar, namun kami yakin tidak seorangpun ragu kalau uang yang saat ini dipegang investor asing masih sangat banyak, karena sejak Januari sampai Oktober 2018 lalu saja investor asing sudah berhasil menjual sahamnya ke investor lokal sebesar 47 Triliun. Artinya kalau seluruh uang tersebut kembali masuk lagi ke IHSG maka masih ada sekitar 32 Triliun lagi yang siap digunakan untuk memborong saham-saham di bursa kita. Kalaupun hanya setengahnya saja yang masuk pun, harusnya masih cukup untuk mengangkat IHSG ke 7.000
Jika anda bingung apa alasan investor asing masuk ke bursa kita ? Jawabannya sangat sederhana, setiap kali investor asing memborong saham di bursa kita, alasannya cuma ada 1, yaitu untuk mencari keuntungan, cara Investor Asing memperoleh keuntungan juga sebenarnya cukup sederhana, yaitu dengan membeli di harga bawah, jual saham yang mereka beli di harga atas.
KOMPONEN KEDUA : KEKHAWATIRAN / AKSI JUAL INVESTOR LOKAL
Kita tahu investor asing memang bisa memiliki kekuatan untuk menaikan atau menurunkan IHSG, saat ini mereka punya uang puluhan Triliun yang bisa dibelikan saham. Namun terlepas dari kekuatan investor asing yang begitu besar, IHSG tetap saja sangat sulit naik kalau di waktu yang sama para investor lokal enggan menjual sahamnya ke investor asing.
Jadi komponen kedua yang bisa menyebabkan IHSG naik adalah kekhawatiran atau keragu-raguan investor dalam negeri yang dapat mendorong para investor lokal menjual sahamnya ke investor asing.
Jika kita melihat awal fase akumulasi asing di bulan Oktober – November tahun lalu kita bisa melihat kondisi pada saat itu memang ‘sangat kondusif’ untuk investor asing melakukan pembelian dari investor lokal.
Pada saat itu media-media dipenuhi oleh berita negatif yang ditebar para analis, ada yang membahas mengenai perang dagang antara USA dan CHINA, ada yang membahas kebijakan The Fed, ada yang sibuk mengamati data neraca perdagangan Indonesia, ada juga yang mengatakan pelemahan IHSG akibat panasnya kondisi politik dalam negeri menjelang pemilu, sampai twit-twit Donald Trump pun sering dihubung-hubungkan memberikan dampak negatif untuk IHSG.
Jadi memang kondisi dimana para investor dalam negeri sedang takut dan ragu tersebut sangatlah kondusif untuk investor asing memborong saham dari para investor lokal, di akhir tahun lalu. Namun kondisi yang sama tidak terjadi saat ini, karena IHSG sudah naik hampir 20%, sejak akhir bulan Oktober lalu.
Dan dalam kondisi IHSG terus naik para analis umumnya akan merubah alasannya, karena mereka pun tidak ingin terlihat bodoh dengan mengatakan : “Kenaikan IHSG bulan Januari ini ni disebabkan oleh ketegangan politik dalam negeri, dan buruknya data neraca perdagangan dalam negeri.”
Karena kita tahu yang memutuskan naik turunnya IHSG bukanlah para analis, tugas analis adalah mencari berita buruk, ketika IHSG turun, dan mencari berita baik ketika IHSG naik. Itulah sebabnya dalam beberapa minggu terakhir kita tidak banyak mendengar berita-berita negatif di media, karena memang saat ini tugas para analis adalah mencari berita positif.
Masalahnya ketika berita positif tersebar di market, para investor lokal umumnya jadi ikut optimis dan membuat mereka berhenti menjual sahamnya ke investor asing, dan memilih untuk mem-buyback saham-saham yang sebelumnya mereka jual di harga bawah. Kalau ini yang terjadi berarti komponen kedua kenaikan IHSG tidak terpenuhi, dengan kata lain IHSG justru akan sulit untuk bergerak naik. Karena di bursa saham ketika ada yang membeli harus ada yang menjual jadi ketika 2 pihak Asing dan Lokal sama-sama ingin membeli, transaksi tidak bisa terjadi, artinya IHSG pun tidak bisa bergerak sama sekali.
Ditambah lagi fakta bahwa IHSG baru saja menembus level 6.500, hal ini akan membuat para analis technical akan beramai-ramai membahas IHSG menembus level RESISTEN di 6.500, dan IHSG berpotensi melanjutkan kenaikannya, dan berbagai prediksi positif lainnya. Dan tebak siapa yang paling banyak menggunakan analisa technical, investor lokal tentunya !!
BAGAIMANA CARA MEMBUAT INVESTOR LOKAL JUALAN KE INVESTOR ASING ?
Melihat kondisi di atas, jika kita percaya kalau Investor Asing akan terus masuk ke bursa kita sehingga mengangkat IHSG ke 7.000 sebelum pemilu. Menurut anda kira-kira apa yang akan dilakukan oleh investor asing supaya dalam 2 1/2 bulan kedepan untuk ‘membuat’ investor lokal mau menjual sahamnya ke mereka ?!
Jawabannya sederhana, Investor Asing tentunya akan berusaha menakut-nakuti investor lokal, untuk memadamkan optimisme di kalangan para investor dalam negeri yang saat ini sedang tinggi. Hal yang paling mudah dilakukan oleh asing untuk menakut-nakuti orang lokal adalah dengan menurunkan IHSG.
Kita tahu dalam 2 bulan kedepan kondisi politik dalam negeri hanya akan bertambah panas, jadi kalau investor asing mau menakut-nakuti investor lokal, mereka cukup menurunkan IHSG selama 2-3 hari. Dan seperti dijelaskan di atas bahwa di bursa kita ada ratusan analis yang tugasnya adalah mencari berita negatif ketika IHSG sedang turun. Jadi jika Investor Asing menurunkan IHSG beberapa hari tentunya secara otomatis akan keluar berita kurang lebih seperti ini :
“IHSG mengalami koreksi karena ketidakpastian politik dalam negeri, dan kekahwatiran akan berlangsungnya pemilu bulan April.”
Berita-berita seperti inilah yang dapat membangkitkan ketakuan di kalangan investor dalam negeri, dan dapat membuat mereka mau menjual saham mereka ke investor asing dalam 2 bulan kedepan.
Kalau kedepannya keluar berita-berita negatif lain seperti kebijakan The Fed, Brexit, atau Twit-Twit Donald Trump tentunya akan lebih baik lagi, karena sampai saat ini masih banyak investor dalam negeri yang percaya kalau harga saham di Indonesia dipengaruhi oleh apa yang terjadi di Amerika, Jepang, Inggris, dan banyak negara lainnya.
APA YANG AKAN DILAKUKAN INVESTOR ASING KEDEPAN
Jika melihat untuk IHSG bisa naik ke 7.000 hanya dibutuhkan kenaikan 7%, artinya untuk naik ke 7.000 IHSG hanya perlu naik sebesar 1% selama 6 hari dari level penutupan hari Jumat. Dan mengingat masih ada waktu 2 1/2 bulan lagi sebelum pelaksaan Pilpres, maka masih banyak waktu untuk investor asing mengatur skenario pergerakan harga untuk membuat investor lokal bersedia menjual sahamnya ke mereka.
Selain itu hasil riset menuntujan rata-rata hanya dibutuhkan inflow sebesar 600M untuk membuat IHSG naik lebih dari 1% artinya kalau hanya dibutuhkan 6 kali kenaikan harian IHSG sebesar 1% maka dana yang masuk bisa hanya 3.6 Triliun. Jauh lebih sedikit dari dana keluar tahun lalu yang masih tersisa sekitar 30 Triliun. Jadi tentunya kalau investor asing ingin membeli jauh lebih banyak dari itu, mereka perlu manaik-turunkan IHSG di masa akumulasi mereka 2 bulan kedepan supaya mereka tidak perlu membeli di harga yang terlalu tinggi.
Jadi kami memprediksi meskipun kami optimis kalau IHSG bisa ke 7000 sebelum pilpres, namun pergerakan IHSG kedepan akan berjalan lebih lambat dari bulan Januari ini, IHSG kemungkinan akan segera di MARK DOWN asing terutama setelah investor lokal mulai kembali optimis. Selain itu kamu juga sangat berharap kalau dana asing yang masuk dalam beberapa bulan kedepan juga cukup besar, lebih dari 10 Triliun. Jadi untuk hal tersebut menjadi kenyataan, aksi akumulasi harus dialkukan secara lebih lambat, supaya tidak mebangkitkan optimisme di kalangan investor lokal.
Karena semakin banyak uang asing yang masuk, semakin tinggi pula mereka perlu mengangkat IHSG sebelum mereka mulai jualan, supaya mereka bisa menjual di atas rata-rata harga modal mereka sejak akhir bulan Oktober lalu. Hal inilah yang tentu diharapkan oleh para pengguna sistem Foreign Flow, demi mendapat kentungan yang se-maksimal mungkin dalam mengikuti pergerakan investor asing.
Hal lain yang bisa kami SHARE, umumnya ketika IHSG berada dalam masa cooling down, bandar-bandar lokal di saham second liner justru akan menunjukan kekuatannya dalam menggoreng saham-saham second liner yang pergerakannya tida banyak mempengaruhi IHSG.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God