Para perusahaan pakan ternak menilai sejak adanya pengendalian impor jagung pada Agustus lalu, harga jagung lokal melompat hingga Rp 4.200/kg dari tingkat normal sebesar Rp 2.800-Rp 3.200/kg. Kondisi ini baik bagi petani, namun bagi konsumen khususnya industri pakan ternak mereka keberatan karena selama ini bergantung dari jagung impor
Pihak Kementerian Pertanian (Kementan) justru menilai harga jagung tahun ini masih lebih rendah dari 2014. Bahkan bila tak ada pengendalian impor harga jagung lokal tahun ini makin anjlok.
“Kalau nggak ada kebijakan pengendalian impor, harga jagung domestik 2015 akan jauh lebih rendah dibanding tahun 2014 sehingga dikhawatirkan mengurangi minat (petani tanam jagung). Apa mau, harga jagung lokal jatuh lagi?” kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Hasil Sembiring dalam konferensi pers di kantor Kementan, Jumat (23/10/2015).
Ia mengatakan, rata-rata harga jagung nasional tahun 2015 masih sama bahkan sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata harga tahun 2014. Data yang dikeluarkan Badan Ketahanan Pangan (BKP), harga jagung rata-rata nasional Bulan September 2014 tercatat Rp 3.430 per kg sedangkan pada September 2015 tercatat Rp 3.268/kg.
“Harga jagung tertinggi tahun 2014 terjadi pada bulan Juni Rp 3.576 sedang harga tertinggi 2015 terjadi pada bulan Juli yaitu Rp 3.408. Jadi masih lebih rendah dari tahun 2014,” katanya.
“Kalau ada klaim harga mencapai Rp 4.000 per kg hanya terjadi di Banten dan pola harga ini serupa dengan pola tahun-tahun sebelumnya jadi sudah biasa diantisipasi oleh indutri pakan di Banten,” katanya.
Ia menegaskan, Kementan akan tetap melakukan kebijakan pengendalian impor. Kebijakan pengendalian impor dimaksudkan untuk memperbaiki pola impor yang selama ini tidak respek pada pola produksi jagung lokal. Tahun ini impor jagung melonjak saat musim panen.
“Data Maret 2014-Juni 2015 (sebelum kebijakan) menunjukkan volume impor bulanan relatif tetap bahkan pada puncak panen raya. Harga jagung pada saat puncak panen raya (Februari-Maret-April) selalu melemah dan naik lagi pada periode sesudahnya,” katanya.
Hasil mengatakan ketersediaan jagung Indonesia masih cukup, dimana produksi jagung (ARAM I 2015) mencapai 20,6 juta ton, dengan total kebutuhan jagung sebanyak 19,43 juta ton, neraca produksi kumulatif masih surplus.
Sumber: detikfinance.com
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market