
Sektor poultry menjadi salah satu sektor yang menjadi pembahasan hangat di beberapa forum-forum saham karena pergerakan harga sahamnya yang sangat volatile. Terlihat rata-rata penurunan harga saham-saham poultry dari titik tertingginya sekitar 39%.

Dari beberapa sumber yang kami baca penurunan di sektor ini disebabkan oleh masalah oversupply, bagi anda yang sudah mengenal bisnis Poultry tentunya tahu kalah masalah oversupply ini bukan kali ini saja terjadi, bahkan bisa dibilang merupakan masalah yang selalu terjadi dari waktu ke waktu terutama karena selalu naik turunnya demand dari konsumsi ayam masyarakat Indonesia dari waktu ke waktu.
Namun yang membuat masalah oversupply ini menjadi heboh karena harga saham ke 3 emiten poultry ini turun drastis. Jadi para analis sekuritas yang memang tugas utamanya adalah mencari alasan atau menjadi komentator terhadap kenaikan atau penurunan harga mau tidak mau harus mem-blow-up berita oversupply ini supaya penurunan harga saham-saham yang terjadi seakan-seakan ‘make sense’.
Dari ke-3 saham poultry yang ada fokus dan perhatian kami tertuju kepada saham JPFA. Karena selain berita oversupply saham ini juga dilanda ‘berita’ aksi profit taking yang dilakukan KKR, yang merupakan salah satu pemegang saham terbesar di JPFA. Hal ini pun telah kami bahas pada artikel kami sebelumnya yang berjudul “APAKAH INI ALASAN DI BALIK KEJATUHAN SAHAM JPFA”.
Pada artikel tersebut kami membahas bagaimana KKR melakukan profit taking dengan menjual sebanyak 385.000.000 atau 3,85 juta lot. Kurang dari sebulan KKR kembali melakukan penjualan di saham JPFA sebanyak 396.000.000 lembar saham pada harga yang sama yaitu 2.200. Namun meskipun aksi jual yang dilakukan oleh KKR memang sudah tercatat, dan sudah tercermin pada turunnya data pemegang saham JPFA. Namun tetap saja banyak hal yang bisa dikatakan ‘aneh’ dari aksi ini. Salah satu yang paling menarik adalah aksi jual mereka dilakukan di pasar nego dan bukan reguler. Artinya aksi mereka tidak mempengaruhi pergerakan harga, jadi aksi tersebut sama sekali tidak menjelaskan mengapa harga JPFA turun.
Selain itu kami juga menemukan beberapa kejanggalan dari aksi yang dilakukan KKR tersebut, dan untuk menjawab pertanyaan tersebut kami melakukan riset dan menemukan beberapa fakta menarik dibalik kejatuhan saham JPFA dan penjualan KKR ….
INVESTOR ASING SUDAH TAU DULUAN
Seperti kita ketahui penjualan pertama KKR di saham JPFA terjadi pada tanggal 14 Februari 2019 dengan volume dan value seperti dibawah ini.

Transaksi penjualan KKR terjadi pada tanggal 18 Februari, namun berita baru muncul pada rentan tanggal 19-26 Februari, bahkan hal yang paling menarik yaitu keterbukaan informasi dari KKR dibuat pada tanggal 1 Maret dan keterangan resmi dari JPFA dibuat tanggal 4 Maret terlampir seperti gambar dibawah ini.

Pertanyaannya MEDIA TAU DARIMANA ?? Jika pasar memang efisien harusnya urutan informasinya yaitu KKR -> JAPFA & OJK -> Bursa Efek Indonesia -> Media -> Publik (Investor Lokan dan Investor Asing). Hal lain yang menarik yaitu sebelum tanggal 18 Februarti terlihat investor asing sudah melakukan penjualan di saham JPFA seperti pada grafik dibawah ini:

Dari grafik foreign flow diatas terlihat Investor Asing melakukan melakukan penjualan total sebesar 230 Miliar selama periode markup sebelum keluarnya pemberitaan ke publik. Apakah investor asing sudah tau duluan KKR akan jualan ? Kita tentunya tida bisa tahu secara pasti yang jelas sesama institusi dan sesama asing seharusnya dapat dengan mudah bertukar informasi.
TUJUAN PENJUALAN KKR DISAHAM JPFA
Seperti kita ketahui penjualan pertama KKR disaham JPFA terjadi pada tanggal 18 Februari 2019 dan 14 Maret 2019 dengan volume dan value seperti dibawah ini.

Dari perhitungan yang ada pada gambar diatas ktia dapat melihat bahwa KKR menjual saham JPFA sebanyak 2x, dengan masing-masing presentase sebesar 3,28% dan 3,38%. Sementara total akhir kepemilikan KKR di saham JPFA saat ini sebesar 4,99%.
Beberapa bulan terakhir kami sedang mempelajari dan mendalami regulasi serta hal-hal mengenai go public dan kami teringat akan 1 peraturan keuntungan dari perusahaan terbuka yaitu akan mendapatkan tambahan penurunan pajak sebesar 5% dengan memenuhi beberapa persyaratan dibawah ini

Jika melihat peraturan insentif pajak di atas, maka mungkin saja itulah alasan sebenarnya di balik penjualan yang dilakukan oleh KKR kepada 2 pihak yang sampai sekarang masih misterius indentitasnya (karena memang tidak perlu dilaporkan ke publik identitasnya karena kepemilikannya kurang dari 5%).
Karena dengan penjualan tersebut kepemilikan KKR turun menjadi 4.99%, dan 2 pihak yang membeli dari KKR masing-masing memiliki 3.28% dan 3.38% yang artinya tidak ada satu pihak pun yang memiliki lebih dari 5%, dan memungkinkan JPFA mendapat insentif pajak.
Bisa saja kedua pembeli tersebut adalah “PT KKR 2′ dan ‘PT KKR 3’ yang notabene mereka-mereka juga, namun aksi memecah menjadi 3 pihak ini memungkinkan JPFA mendapat insentif pajak, yang pada akhirnya menguntungkan perusahaan dan juga pemegang saham.
BAGAIMANA NASIB JPFAEDEPAN
Jika benar bahwa penjualan KKR di saham JPFA karena demi keperluan tambahan insentif pajak, yang justru berdampak positif pada keuntungan perusahaan, maka bisa disimpulkan bahwa kejatuhan JPFA dalam beberapa bulan terakhir kemungkinan besar sama sekali tidak ada hubungannya dengan aksi yang dilakukan KKR tersebut.
Sementara masalah oversupply jelas hanya alasan yang dihubung-hubungkan analis saja menanggapi turunnya harga JPFA. Lalu sebenarnya apakah yang menjadi alasan kejatuhan saham JPFA saat ini ?!
Untuk menjawabnya secara lebih mendalam, kami akan membuat artikel lanjutan yang akan kami posting minggu depan yang berjudul :
Hubungan Kesuksesan Program Yuk Nabung Saham, dengan Kejatuhan saham JPFA
Tunggu kehadiran artikel ini dalam beberapa waktu kedepan, semoga bermanfaat,,,
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market
7 comments
Mantap pak terimakasih untuk pembahasannya, iya ya masalah over-supply datanya dari mana ya? Kalo tidak ada data yg reliable, apakah bisa dibilang hoax?
Halo Pak, terima kasih.
Untuk data oversupply biasanya ada asosiasi yang berhubungan dengan induistrinya yang khusus merelease data bulanan mengenai kondisi industri tersebut. Namun data tersebut umumnya tidak mudah didapatkan apalagi oleh kita (investor ritel).
Terimakasih gan.. Sangat membuka wawasan trader pemula
ditunggu artikel selanjutnya pak, mantab tulisannya
Fair and clear analysis
Looking forward to read your fair and clear analysis
menurut saya analisis yang bapak lakukan sangat tajam .. saya sebagai investor pemula banyak sekali mendapat pencerahan diluar yang saya bayangkan sebelumnya. selama ini dari pihak BEI selaku tempat dimana saya mendapat ilmu soal saham jarang membahas terkait ini. selalu saja mereka membuat workshop analisis teknikal dan fundamental terus.