Pasca Tax Amnesty dana asing langsung membanjiri bursa kita, sejauh ini sudah 11.9 Triliyun uang yang masuk sejak hari disahkannya Tax Amnesty tanggal 28 Juni lalu. Arus dana saing ini menunjukan positifnya respon investor asing terhadap pengesahan peraturan perpajakan ini. Sebelumnya kami juga sempat membahas bahwa inflow yang terjadi pasca keputusan Tax Amnesty bahkan lebih besar dari Jokowi Effect (optimisme asing pasca terpilihnya Jokowi menjadi presiden). Jika selama ini anda menganggap bahwa dana asing yang masuk ini merupakan dana repatriasi yang masuk ke Indonesia karena kebijakan Tax Amnesty, maka anda salah. Dana yang masuk ini murni dana dari investor asing yang selama ini keluar masuk di bursa Efek kita. Dana Repatriasi sendiri kemungkinan baru akan mulai masuk ke bursa kita di bulan Agustus nanti,
Menurut kementrian keuangan target Dana Repatriasi yang pulang kampung karena Tax Amnesty ini sebesar 560 Triliyun, dan sebagai syarat untuk memperoleh pengampunan pajak, dana tersebut harus dibawa masuk ke Indonesia serta diinvestasikan dalam berbagai instrumen baik keuangan maupun sektor riil minimal dalam waktu 3 tahun.
Ekspektasi masuknya dana repatriasi tersebutlah yang kemungkinan menjadi alasan utama mengapa Investor Asing langsung menyerbu pasar modal kita, ketika RUU Tax Amnesty disahkan.
Asing langsung mengantisipasi masuknya dana segar ke bursa kita, dengan cara memborong saham-saham blue chip, jadi ketika dana repatriasi mulai masuk ke bursa, mereka tidak punya pilihan selain membeli saham-saham blue chip di harga yang sudah cukup tinggi.
RITEL MANFAATKAN AKUMULASI ASING
Sebagai investor ritel posisi kita justru lebih diuntungkan lagi dalam kondisi ini, dalam sebulan terakhir kita sudah menikmati kanaikan IHSG dari 4.800 – 5.200, kenaikan yang dimotori oleh terus masuknya dana asing, dan meskipun IHSG sudah menguat, investor asing masih sangat bergantung jumlah dana repatriasi yang masuk untuk dapat merealisasikan keuntungannya.
Sementara sebagai investor ritel kita bisa bebas keluar-masuk untuk merelisasikan profit kita memanfaatkan aksi akumulasi asing yang terjadi saat ini.
Jika proses Tax Amnesty berhasil dan dana repatriasi membanjiri bursa kita, barulah investor asing dapat merealisasikan keuntungannya, pada periode tersebut kemungkinan kita bisa melihat IHSG mengalami kenaikan tanpa disertai inflow dana asing, karena banyak dana segar yang siap membeli barang-barang yang dimiliki Asing. Sebagai investor ritel tentunya kita juga dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk kembali mendapatkan profit dari kenaikan IHSG.
Namun keuntungan kita sebagai investor ritel, sebenarnya justru lebih terlihat jika proses Tax Amnesty berjalan di bawah ekspektasi, jika dana segar yang masuk ternyata sedikit. Dalam kondisi ini investor asing akan kesulitan untuk mendapatkan pembeli yang mau membeli saham-saham yang mereka akumulasi diatas harga beli mereka. Selain itu efek gagalnya Tax Amnesty juga kemungkinan akan memberikan dampak negatif pada kondisi ekonomi dalam negeri.
ASING NYANGKUT DI HARGA ATAS
Jika hal tersebut terjadi bisa dibilang Asing akan ‘nyangkut di harga atas’, karena membeli selalu lebih mudah dibandingkan menjual, apalagi jika Investor Asing harus melakukan aksi jual di tengah sentimen negatif gagalnya Tax Amnesty.
Dalam kondisi ini jika Investor asing memilih melakukan aksi jual paksa, maka kemungkinan IHSG akan terjun bebas. Jika dana 11.9 Triliyun yang sebelumnya masuk ditarik lagi dari bursa IHSG kemungkinan akan turun sangat dalam, jauh lebih besar dari kenaikan yang terjadi karena masuknya dana tersebut.
Jika kita mengambil contoh kasus di tahun lalu, sepanjang bulan Mei sampai Agustus, dana asing keluar dari bursa kita sebesar 11 Triliyun, dan di saat yang sama IHSG mengalami penurunan sebesar 16.5%.
Jika koreksi yang sama terjadi saat ini, maka diprediksi IHSG bisa turun sampai ke level 4.300an, jika asing ingin mengeluarkan seluruh dana yang masuk karena optimisme Tax Amnesty, dan mengingat dana asing sebelumnya masuk pada saat IHSG di kisaran 4.800 – 5.200 maka bisa dikatakan investor asing akan mengalami kerugian yang sangat besar jika mereka memutuskan untuk jual paksa barang-barang yang mereka kumpulkan dalam 1 bulan terakhir.
Sementara jika kita kembali ke sudut pandang investor ritel, bukan hanya kita bisa dan sudah menunggangi masuknya dana asing dari level IHSG 4.800 sampai 5.200, kita juga bebas keluar dari bursa jika pelaksanaan Tax Amnesty ternyata di bawah harapan, tanpa harus memikirkan koreksi yang bisa terjadi di IHSG, jika kita memutuskan untuk keluar dari bursa.
Di sinilah kita bisa melihat, bahwa dalam kondisi-kondisi seperti ini menjadi investor ritel seperti kita justru jauh lebih enak dibandingkan dengan menjadi bandar / investor asing yang menggerakan harga.
Related : Ini adalah kesempatan yang baik, untuk dapat ‘menunggangi’ pergerakan dana asing, anda bisa mempelajari caranya dalam Workshop Foreign Flow yang akan diadakan di Jakarta dan Surabaya dalam 2 bulan kedepan.
PREDIKSI IHSG KEDEPAN
Sejauh ini kami tetap optimis bahwa proses Tax Amnesty akan berhasil, peningkatan liquiditas baik ke pasar modal maupun ke sektor riil akan dapat menjadi motor IHSG baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi ini pun akan membuat investor asing dan investor ritel lokal seperti kita dapat memperoleh keuntungan yang besar.
Tetapi jika Tax Amnesty ternyata gagal, sebagai investor ritel kita masih dapat memperoleh keuntungan, mempelajari apa yang terjadi pasca kenaikan Jokowi dua tahun yang lalu, pada saat itu optimisme tumbuhnya ekonomi dalam negeri tidak terjadi karena masa transisi pemerintahan, dan lesunya ekonomi global membuat asing terpaksa keluar lagi dari bursa setelah melakukan akumulasi besar-besaran.
Keluarnya Investor Asing terjadi secara perlahan dan disertai kondisi IHSG yang stabil tanpa adanya kepanikan, suatu manuver yang bisa menjebak investor ritel, namun sebenarnya bisa di antisipasi jika kita terus mengamati pergerakan dana asing.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market