Masa kritis pertama perpolitikan Indonesia sudah berakhir dengan majunya 2 calon Presiden dan Wakil Presiden minggu lalu. Majunya duet Jokowi – JK dan Prabowo – Hatta merupakan suatu perkembangan positif terutama untuk IHSG.
Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari kedua pasangan yang maju dan juga peta koalisi yang terbentuk sampai sekarang.
Setelah kegegalan PDI-P memperoleh suara lebih dari 25% dalam Pileg kemarin, padangan ini adalah duet yang dianggap paling ideal oleh market. Kedua pasangan ini memiliki track racord yang cukup baik di pemerintahan sebelumnya. Keduanya menjanjikan pemerintahan yang cepat tanggap, dan disertai oleh perbaikan-perbaikan dalam hal birokrasi dan juga infrastuctur. Pasangan ini menjanjikan perubahan dari pemerintah yang saat ini.
Selain itu hal-hal lain yang bisa kita pelajari :
KOALISI YANG KECIL
Dalam pembentukan koalisi PDI-P dan Jokowi hanya menggaet mitra strategis saja, diawali dengan koalisi dengan Nasdem, koalisi ini membuat Jokowi mendapat dukungan dari Metro TV selain itu koalisi Nasdem juga menjaga status Jokowi yang ingin mempertahankan image sebagai negarawan yang bersih. Selanjutnya PKB digaet, dengan upaya memperoleh massa NU, dan partai Islam. Keberhasilan PKB memperoleh suara terbesar di antara Partai Islam yang ada menjadikannya sebagai pilihan pertama untuk diajak koalisi. Dan yang terakhir Hanura memilih untuk join dengan PDI-P hanya beberapa hari sebelum pendaftaran Capres dan Cawapres. Namun bergabungnya Hanura juga disertai pecahnya duet Wiranto – HT, dan MNC group memilih untuk mendukung Prabowo.
Dari koalisi yang ada Jokowi masih bisa mempertahankan niat sebelumnya untuk membangun koalisi diisi oleh para profesional, dan bukan dipenuhi oleh barter-barter politik. Menurut pendapat saya pribadi, Jokowi sudah lulus test pertamanya dalam pembentukan koalisi ini.
JUSUF KALLA SEBAGAI WAKIL
Pemilihan JK sebagai wakil juga bisa dibilang langkah yang cerdas dalam pembentukan koalisi ini, seperti kita ketahui bahwa JK tidak didukung oleh Golkar dalam pencalonannya ini. Majunya JK tidak disertai dengan barter kabinet dengan Golkar.
Namun seperti kita ketahui bahwa Golkar bukanlah partai yang suka menjadi oposisi, jadi jika Jokowi berhasil menang, besar kemungkinan kelompok pendukung Ical akan tergusur dari Golkar, dan Golkar akan kembali bergabung dengan PDI-P di Parlemen selama 5 tahun kedepan. Namun tentunya posisi tawar Golkar setelah di Pilpres akan jauh lebih kecil dibanding sebelum pilpres.
Kejadian serupa pernah terjadi 10 tahun yang lalu ketika JK berduet dengan SBY sementara Golkar mendukung Wiranto sebagai Presiden. Setelah SBY menang, JK berhasil merebut kepemimpinan Partai Golkar dari Akbar Tanjung dan berhasil menjadi ketua umum.
Selain itu popularitas JK juga dianggap lebih besar dari Hatta Rajasa, jadi untuk saat ini keunggulan popularitas Jokowi akan bertambah besar dengan bergabungnya JK.
MARKET FRIENDLY
Jokowi memutuskan untuk datang ke kantor Bursa Efek ketika IHSG sedang mengalami koreksi, memang kedatangannya kemungkinan hanya bersifat simbolis, namun hal tersebut tentu membuat market beranggapan bahwa Jokowi memiliki kepedulian terhadap keberadaan pemodal asing, dan stabilnya IHSG.
Hatta Rajasa adalah satu dari banyak pilihan yang dimiliki Prabowo, pemilihan Hatta tidak banyak merubah kekuatan Prabowo dalam Pilpres atau dalam pemerintahan nanti. Hatta Rajasa memang merupakan politikus serba bisa dan mau disuruh jadi apa saja. Dari menteri perhubungan – sampai perekonomian. Dari Ketua Umum Partai sampai Besan Presiden, semuanya dia lakoni.
Namun di mata rakyat popularitasnya biasa-biasa saja, masih kalah jika dibanding Manfud MD, Dahlan Iskan, apalagi JK.
Selain itu hal-hal lain yang bisa kita pelajari :
OBRAL KOALISI
Prabowo mungkin menyadari bahwa popularitasnya belum cukup untuk mengalahkan Jokowi, sehingga dia memilih untuk melakukan Obral Koalisi, siapa mau gabung dia terima. Itulah pesan yang kita dapat dari perkembangan sampai saat ini. Image Prabowo yang selama ini dibangun sebagai negarawan yang Pro Rakyat, dan tegas sedikit dipertanyakan dengan pembentukan koalisi ini.
Karena dengan pembentukan koalisi sebesar ini, kesan yang kita dapatkan adalah Prabowo yang memiliki prinsip ‘semua bisa dikompromikan, semua bisa di atur’ , tidak jauh dengan strategi yang digunakan SBY saat ini.
Strategi ini bisa menguntungkan Prabowo atau sebaliknya, bersatunya mesin partai Golkar, Gerindra, PAN, PKS, PPP dapat menambah perolehan suara Prabowo. Namun itu juga berarti kabinet yang akan mengatur Indonesia 5 tahun kedepan jika pasangan ini menang akan menjadi kabinet ‘gado-gado’, hal ini dapat membuat pendukung Prabowo malah berpindah.
BERGABUNGNYA GOLKAR
Bergabungnya Golkar di koalisi Gerindra jelas bukanlah sesuatu yang didapat dengan cuma-cuma, Jokowi mengatakan bahwa Ical meminta 11 posisi menteri di kabinet untuk partai golkar, sebagai syarat dukungan Partai Golkar. Jika itu benar, maka kemungkinan permintaannya ke Gerindra akan lebih besar lagi, karena suara Golkar yang lebih besar di parlemen. Sejak semula Ical sudah dijanjikan posisi penting di kabinet menunjukan besarnya pengaruh Golkar dalam koalisi ini.
PRABOWO YANG ANTI PASAR MODAL
Akhir pekan ini keluar lagi berita bahwa Prabowo kembali menunjukan ketidaksukaannya dengan pasar modal dalam kunjungannya di UI. Entah apa tujuan Prabowo, tapi hal ini tentu saja akan meningkatkan kekhawatiran market, apalagi investor asing jika Prabowo menang.
Sejauh ini beberapa hal tersebutlah yang bisa kami pelajari dari peta perpolitikan Indonesia. Kedua pasangan tampak mulai dan menunjukan jati dirinya masing-masing. Yang pasti masih ada 1 bulan pertarungan ini akan berlangsung, peluang kedua pasangan masih terbuka, dan stock market akan mengamati semua perkembangan yang ada, tentu sambil mencoba ‘mencuri start’ sebelum Pemilu 9 Juli nanti. Mari kita simak bersama.
Quote of The Day :
Bad habits have short-term benefits but long-term consequences.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market
1 comment
kenapa ya pak,asing terus masuk sejak Januari 2014. Apakah mereka tidak kuatir jika salah satu kandidat menang (“yg kurang disukai pasar”) akan terjadi koreksi yg mungkin sangat dalam. Apa yang menjadi pertimbangan mereka masuk terus, thanks