BBNI menjadi salah satu saham perbankan besar yang cukup menarik perhatian dalam beberapa bulan terakhir karena penurunan harganya yang cukup di luar kewajaran dan membawa banyak trader ‘terjebak’ dalam penurunannya. Jujur kami pun terjebak dalam penurunan saham ini, karena pergerakannya yang cukup di luar kebiasaan.
Sejak bulan Februari lalu saham ini menjadi saham perbankan yang paling banyak dikumpulkan asing, dan yang membuat lebih menarik adalah harga saham ini sempat mengalami gap down di pertengahan bulan Februari dan penurunan tersebut tidak disertai dengan aksi jual asing yang signifikan, membuat harganya sudah berada di bawah average pembeli asing dari awal tahun. Secara Foreign Flow ini adalah kesempatan yang baik untuk melakukan pembelian karena resikonya cukup kecil.
Strategi tersebut sempat berhasil dalam beberapa minggu pertama ketika harganya bergerak naik dan berhasil mencapai targetnya di 5.400an, namun setelah mencapai targetnya harga BBNI kembali terkoreksi dan koreksi tersebut terus disertai dengan aksi beli asing, yang membuat para trader melihat ada kesempatan kedua untuk melakukan pembelian di bawah average akumulasi asing. Pembelian Asing terus berlangsung samapai akhir bulan Maret.
Keanehan mulai terjadi di bulan April di mana secara perlahan BBNI bergerak turun, dan penurunannya disertai dengan aksi jual asing yang semula kecil namun makin lama makin besar seiring dengan semakin turunnya harga. Pergerakan tersebut dikatakan aneh karena aksi jual tersebut dilakukan cukup jauh di bawah modal akumulasi sebelumnya.
Seperti kita lihat dalam grafik di atas bahwa aksi jual asing di mulai di harga 5.300 dab terus berlangsung meskipun harganya sudah berada di bawah 5.000an, padahal sejak awal tahun akumulasi asing di saham ini dilakukan di kisaran 5.000 – 5.700. Jadi bisa dikatakan bahwa asing sedang cutloss di saham ini. Jika kita hitung average penjualan asing sejak awal penurunannya sampai penutupan perdagangan kemarin, kita mendapati bahwa asing sudah menjual sebesar 1.8 juta lot dengan average penjualan asing ada di kisaran 4.793 dan saham tersebut sebelumnya di beli di kisaran 5.307. Jika kami hitung dari 1.8 juta lot yang dijual tersebut kerugian investor asing sudah mencapai 95 M hanya dalam waktu 2 bulan.
Namun pertanyaan besarnya adalah kenapa langkah tersebut dilakukan asing, hal ini terkadang bisa terjadi jika kinerja perusahaan tiba-tiba di bawah ekspektasi, seperti yang terjadi di beberapa saham property sebulan terakhir, namun jika melihat laporan keunangan BBNI kuartal pertama yang dirilis bulan lalu, kinerja perusahaan ini masih di atas konsesus. Jadi bisa dikatakan kalaupun ada alasan fundamental yang membuat asing tiba-tiba merubah strateginya, laporan keuangan bukanlah penyebabnya.
Dalam kondisi seperti ini kita harus berhati-hati karena bukan mustahil akan keluar berita negatif tentang BBNI secara tiba-tiba, terutama jika melihat aksi cutloss asing ini masih berlangsung sampai seminggu terakhir.
PREDIKSI KEDEPAN
Contoh kasus di BBNI ini adalah contoh dari resiko terbesar yang harus kita hadapi jika kita menggunakan analisa Foreign Flow, karena jika kita mengikuti pergerakan investor asing, kita mengasumsikan investor asingnya akan untung, namun ketika investor asingnya nyangkut, atau cut loss secara otomatis kita akan mengalami yang sama, hal ini memang jarang terjadi, namun kerena sudah terjadi berikut ini dua saran yang bisa kami berikan bagi rekan-rekan yang mengalami nasib yang sama dengan kami.
Jika keluar berita buruk, ketika asing melakukan aksi jual selama 1 bulan dalam posisi rugi maka umumnya ada penyebab yang cukup besar yang mendasari aksi tersebut, dan ada kemungkinan berita tersebut akan dirilis ke publik pada waktu yang ‘mereka’ anggap tepat. Namun rilis berita tersebut justru sering menjadi akhir dari aksi jual asing dan penurunan harganya. Jadi meskipun harganya umumnya turun dulu beberapa hari setelah keluarnya berita, namun tidak lama kemudian biasanya harga mulai rebound disertai aksi buyback asing.
Masalahnya kita tidak tahu kapan berita tersebut akan dirilis, jadi yang bisa kami lakukan dalam kondisi ini adalah dengan melakukan cutloss sebagian dari saham yang kami miliki, dan dananya disimpan sambil menunggu keluarnya berita buruk tersebut.
Jika asing me-markup harga, ketika asing melakukan cutloss, mereka tidak mungkin melakukannya sekaligus dalam 1 hari karena jumlah saham yang mereka miliki sangat besar, jadi dalam kondisi seperti ini investor asing umumnya akan mencari sentimen positif untuk mengangkat harganya dalam jangka pendek, dan pada saat terjadi rebound tersebut kita akan mendapat gambaran mengenai strategi asing kedepan, jika dalam kenaikan tersebut asing justru melakukan aksi jual lanjutan seperti yang terjadi di tanggal 18 April dan 3 Mei lalu, maka itu adalah indikasi kuat kalau investor asing masih akan terus melakukan aksi jualnya.
Dalam kondisi seperti saat ini dimana asing sudah rugi, aksi mark up kemungkinan akan sering dilakukan, jika terjadi peluang ini bisa digunakan untuk melakukan strategi cut loss sebagian yang dibahas di atas.
Atau sederhananya karena kita membeli BBNI, salah satu bank terbesar di Indonesia dengan harga yang cukup murah, kita bisa hold saja, dari data KSEI yang dirilis akhir bulan ini kepemilikan asing di saham ini sebesar 69%, dan kepemilikan investor ritel hanya 5.3% artinya meskipun asing dalam jangka pendek sedang melakukan cut loss namun kepentingan mereka tetap sangat besar di saham ini, mereka tidak mungkin akan membiarkan saham ini terus jatuh.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market
6 comments
Asing itu kan gak bisa dianggap 1 entitas saja. Gak tepat kalau mengeneralisasi pihak asing sbg 1 entitas.
Mungkin Asing yg jual/cut loss disini hanya asing tertentu dan yg menampungnya juga asing tertentu pula.
Dan bisa saja asing yg jual disini sudah 3 atau 4 tahun yg lalu pegang BBNI jadi dia sbenarnya malah TP bukan cut loss.
Atau bisa saja bnyak yg lepas BBNI karena adanya isu pembelian BNLI. BNLI sendiri sedang buruk2nya dan mengalami rugi bersi di Q1.
Terima Kasih untuk komentarnya Pak Ido
Kami sangat menghargai pendapat Bapak Ido
Namun karena kebetulan kami adalah pihak yang percaya akan keberadaan bandar di market, konsep dasar bandarmologi kami percaya berlaku juga pada konsep Foreign Flow, jadi kami selalu mengasumsikan kalau Asing di BBNI adalah satu entitas. Karena kalau kami tidak percaya konsep itu tidak ada gunanya kami menganalisa Foreign Flow.
Namun kami juga tahu kalau di market tidak semua pihak percaya akan keberadaan Bandar, jadi ini hanya soal keyakinan saja.
Salam Sukses Pak Ido
Bisa jadi asing merasa banyak “penumpang gelap” di BBNI Pak argha. Jadi harga nya diturunkan dulu supaya retail cut loss.
Pak Argha,
Maksud saya data yg kita lihat di broker kan adalah Net Buy dan Net Sell baik oleh Asing atau Domestik.
Namun tidak ada data siapa yg jual ke siapa secara detail.
Misalnya BBNI hari ini Trade value = 500B dan asing Net Sell sebesar 10B, pada trading day hari ini pasti ada saja asing yg menjual ke asing lainnya. Namun secara netto asing memang lebih banyak jual dari pada beli dan domestik sebaliknya. Kalau benar asing tsb adalah 1 entitas/bandar utk apa dia jual ke asing lainnya?
Artinya asing tidak bisa dianggap 1 entitas. Asing tsb bisa terdiri dari mutual fund, pension fund, investor retail atau investment bank dari berbagai negara. Jadi saya tidak setuju jika asing tsb dianggap sbg 1 entitas/bandar yg memiliki skenario menggerakkan BBNI disini. CMIIW.
Betul sekali Ido kita memang hanya bisa melihat broker dan asing atau domestiknya. Bukan siapa jual ke siapa.
Saya paham yang bapak maksud, namun karena saya termasuk investor yang percaya akan keberadaan bandar, dan karena kebetulan pernyataan bapak di atas bertentangan dengan prinsip dasar bandarmologi, jadi saya percaya market / harga tidak bergerak seperti yang bapak gambarkan di atas.
Sama sekali tidak beranggapan kalau pernyataan bapak salah, hanya berbeda kepercayaan saja 🙂
Pak maaf pertanyaan saya OOT, apa ada cara untuk mengetahui penjualan saham yg dilakukan broker itu sell / short sell? Terimakasih pak..