Jika anda adalah salah seorang trader/investor yang aktif bergabung dalam group chat atau di sosial media khusus pemain saham, kemungkinan pertanyaan di atas pernah atau bahkan sering muncul di kepala anda. Kenapa saham ‘tetangga’ selalu lebih hijau daripada saham yang anda miliki ?
Pertanyaan yang sama juga sering muncul di pemikiran saya beberapa tahun yang lalu ketika saya baru 1-2 tahun trading saham, pada saat itu saya sangat aktif mem-follow orang-orang yang saya terlihat sukses di pasar modal, mereka yang setiap membeli saham harganya naik puluhan persen. Mereka yang punya setiap saham gorengan yang sedang naik, dan berhasil profit taking sebelum harganya anjlok, untuk pindah ke saham gorengan yang manggung selanjutnya.
Sementara pengalaman yang saya alami justru sebaliknya, meskipun sering kali saya bermain di saham-saham gorengan yang sama dengan mereka, namun ketika mereka untung 20% sehari, saya justru masuk ketika harga sahamnya anjlok. Trader-trader tersebut seringkali bisa memilih saham yang sedang turun atau sideways namun dalam 1-2 hari harganya terbang, sementara saham-saham yang saya kira bakal terbang, namun ternyata malah terus turun atau tidur berbulan-bulan.
Pada saat itu saya menyadari kalau ada sesuatu yang sangat salah dalam gaya trading saya, tidak peduli seberapa banyak buku yang saya pelajari, seberapa banyak waktu yang saya habiskan untuk menganalisa saham-saham yang mau saya beli, tetap saja saham tentangga selalu lebih hijau dari saham yang saya miliki.
Dari waktu ke waktu saya mencoba mencari tahu metode apa yang digunakan trader-trader tersebut. Karena sepertinya metode yang mereka gunakan tidak berhasil saya temukan di buku-buku analisa saham yang saya pelajari.
Research yang saya lakukan pada trader-trader tersebut dipersulit karena mereka umumnya tidak mau mengajarkan metode yang mereka miliki baik dalam Workshop atau seminar. Sebagian dari trader-trader tersebut juga umumnya menggunakan nama samaran dalam akun-akun sosial medianya. Seandainya ada acara-acara kopi darat pun, sering kali saya sedikit kecewa ketika bertemu dengan ‘tokoh-tokoh’ sosial media tersebut, karena paling tidak dari penampilannya mereka tidak se’wah’ yang saya bayangkan sebelumnya.
Namun sebagai trader muda yang baru lulus kuliah dan punya segudang waktu dan energi untuk melakukan research, saya tidak menyerah, saya menghabiskan cukup banyak waktu untuk mempelajari beberapa sosok – sosok misterius sosial media untuk mempelajari teknik yang mereka gunakan dalam memilih saham.
Saya coba pelajari saham-saham yang dimana mereka berhasil mendapatkan keuntungan puluhan persen dalam waktu singkat, saya coba pelajari kapan mereka masuk dan kapan mereka keluar di suatu saham, bagaimana mereka bisa menemukan timing yang tepat untuk masuk sebelum sahamnya terbang, dan keluar sebelum sahamnya tumbang.
Saya mempelajari trader-trader misterius tersebut satu demi satu, mencoba menemukan metode yang mereka gunakan, akhirnya setelah melakukan research beberapa lama, saya menemukan satu kesamaan di hampir semua trader misterius yang saya pelajari.
Kesamaannya adalah hampir semua trader misterius yang saya teliti tidak memiliki metode yang konsisten dalam membeli atau menjual saham yang mereka miliki, satu hari mereka membeli saham pada saat harganya breakout (naik signifikan), di hari lain mereka membeli saham pada saat harganya anjlok, terkadang mereka juga membeli saham pada saat harganya sideways. Satu-satunya yang konsisten dalam trading mereka adalah terlepas dari metode apa yang sedang mereka gunakan, saham-saham yang mereka beli umumnya naik signifikan, dan mereka juga berhasil profit taking sebelum harga saham tersebut anjlok.
Penemuan tersebut membuat saya tambah bingung, karena di buku-buku yang saya pelajari, di workshop-workshop yang saya ikuti, dan dari pengamatan saya pada trader-trader yang saya kenal dan sukses di pasar modal, semuanya mengajarkan konsistensi dan disiplin adalah sesuatu yang sangat penting untuk memperoleh kesuksesan dalam trading saham. Namun trader-trader misterius tersebut seakan-akan berhasil melawan semua teori yang ada namun berhasil memperoleh keuntungan yang bahkan jauh lebih besar.
Namun setelah berpikir cukup lama, akhirnya saya menemukan jawaban, kenapa Saham tentangga selalu terlihat lebih hijau ?
Jawabannya terletak dari profil demografi dari para trader-trader saham itu sendiri, setelah dipelajari hampir semua group saham yang ada sebagian besar anggotanya adalah trader-trader dengan profile demografi yang serupa, umumnya Pria dengan kisaran usia 20-35. Bahkan dari research yang kami lakukan beberapa waktu yang lalu, kami menemukan lebih dari 80% pembaca website kami adalah pria, dan dari data peserta workshop yang kami miliki lebih dari 80% adalah Pria, dan lebih dari 70%nya berumur 20-35, dan mereka yang berada di luar kategori tersebut umumnya mengaku tidak banyak bergabung dalam group-group saham di sosial media atau group chat, kalaupun mereka bergabung umumnya sebagai silent member.
Apa yang bisa kita dapatkan dari data tersebut ? Pada usia 20-35 adalah sesuatu yang natural seorang Pria membanggakan keberhasilannya jika mereka berkumpul dengan pria-pria lainnya, hal-hal tersebut tidak hanya kita temukan di group-group saham, tapi juga di hampir semua komunitas lainnya yang mayoritas diisi oleh member dengan profil demografi yang serupa.
Terlepas dari seberapa sulit perjuangan pria tersebut, sebarapa banyak kegagalan yang mereka alami dalam kehidupan dan karirnya, ketika bergabung dengan pria-pria lainnya yang umumnya tidak terlalu mereka kenal, secara natural mereka akan berusaha meng-highlight keberhasilan yang mereka peroleh, dan menutupi kegagalan yang mereka alami.
Itulah sebabnya di berbagai group saham kita menemukan begitu banyak trader yang terlihat atau mengaku selalu untung besar dalam trading saham meskipun metode trading meraka terlihat bertolak belakang dengan metode yang selama ini diajarkan oleh banyak trader yang sudah terbukti sukses. Saya tidak mengatakan mereka sedang berbohong, namun kemungkinan trader-trader tersebut hanya menceritakan keberhasilan mereka, dan menutupi kegagalan masing-masing.
Pembelajaran ini akhirnya memotivasi saya untuk lebih berfokus pada proses yang saya alami, dan tidak cepat iri atau minder ketika melihat keberhasilan-keberhasilan yang dialami trader lain. Trader adalah profesi yang cukup berat dari dari sisi mental dan psikologi, jangan biarkan keberhasilan orang lain membuat kita justru lebih tertekan secara mental, dan membuat kita mengambil keputusan yang emosional karena melihat keberhasilan trader-trader lainnya. Selalu akan ada pembelajaran, informasi, dan ilmu baru yang bisa anda dapatkan dengan bergabung dalam suatu komunitas saham, namun di sisi lain adalah sesuatu yang natural jika muncul perasaan iri hati, atau minder jika kita melihat kesuksesan orang di tengah proses berat yang sedang kita alami sebagai trader. Sering kali perasaan tersebut justru membuat kita mengambil keputusan-keputusan emosional dalam trading yang sering kali justru mendatangkan kerugian untuk kita sendiri. Itulah sebabnya saya menemukan banyak trader berpengalaman yang saya kenal justru tidak banyak bergabung atau bersuara di sosial media atau group-group saham yang sedang ‘hot’.
Jadi sebagai trader kita harus bisa memilah-milah group atau komunitas mana yang memberikan nilai positif untuk kemajuan anda sebagai trader, dan group mana yang terlepas dari informasi dan ilmu yang dibagikan di dalamnya, justru lebih banyak membuat kita stress dan mengambil keputusan emosional.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market
4 comments
Menarik sekali tulisan bpk ini. Tetapi kalau boleh saya bertanya pak, saya masih belum mengerti maksd bpk di paragraf ini : “Penemuan tersebut membuat saya tambah bingung, karena di buku-buku yang saya pelajari, di workshop-workshop yang saya ikuti, dan dari pengamatan saya pada trader-trader yang saya kenal dan sukses di pasar modal …” dan ini :”sebagian besar anggotanya adalah trader-trader dengan profile demografi yang serupa, umumnya Pria dengan kisaran usia 20-35″. Apa itu berarti, mereka memiliki informasi dengan bandar tentang saham yang akan digoreng? Atau ada special treatment dari teknikal analisis yang mereka gunakan? Terima kasih sebelumnya pak.
Kemungkinan sih simply karena trader-trader tersebut hanya meM-besar-besarkan keuntungan yang mereka dapatkan, dan tidak cerita mengenai pilihan-pilihan salah yang mereka buat, jadi sebenarnya mereka adalah trader-trader yang kurang lebih sama dengan kita semua… hanya saja pengalaman ‘nyangkut’ mereka tidak mereka ceritakan.
Kemungkinan dapat info khusus dari bandar memang juga ada, tapi that is another story, for another article (maybe)
Thanks buat apresiasinya pak…
Salam
Saya terkesan dengan artikel anda. Artikel ini mengingatkan saya mengenai member saham berbayar milik seorang pakar saham di Indonesia. Dia menceritakan kehebatan dalam menebak harga suatu saham yang akan meroket, maupun yang akan menukik. Member saham tersebut dikutip iuran bulanan dan diiming – imingi akan memperoleh informasi saham – saham yang akan profit. Dan memang tidak terdengar ada kesalahan – kesalahan atau komentar member yang diceritakan di member saham tersebut.
Terima kasih pak Argha atas sharing nya
Artikel yang bagus pak Argha, selama ini saya lebih konsen dengan analis dan pakar saham (mereka menyebutnya begitu) yang meramal dengan tepat dan tidak menghiraukan lagi dengan analis atau pakar saham (mereka menyebutnya begitu) yang salah, dan saya tidak akan mendengarkan sama sekali dengan orang yang hanya menceritakan hanya keberhasilannya saja, memang harus berhati2 dalam menyaring informasi yang masuk, bursa memang buas dengan orang yang tidak pernah mau belajar, dan memperhatikan informasi yang beredar, apalagi cuma hanya dengan mengikuti rekom tanpa menganalisa lebih lanjut…..