Hari Jumat lalu kami membuat voting bertajuk ‘Anda Pilih Gorengan-nya, Kami buatkan Analisa-nya’. Dalam voting tersebut kami memberikan 6 pilihan saham mid-small cap yang sedang HOT saat ini seperti CNKO, TAXI, CPRO, BKSL, KIJA dan SRIL Dari 570 suara yang masuk SRIL memperoleh 240 suara.
Ini bukan pertama kalinya SRIL terpilih dalam voting-voting yang kami lakukan, namun kemenangan SRIL dengan margin hampir 50% dari peringkat kedua ini kembali membuat kami kaget, karena dibandingkan saham-saham lainnya SRIL bukanlah saham yang volume transaksinya paling besar, kenaikannya paling tinggi, atau trendnya paling baik, namun tetap saja SRIL menjadi saham menjadi saham favorit yang diminta para FOLLOWER LINE kami untuk dianalisa.
Jika kita melihat pergerakan harga sahamnya sepanjang tahun ini kinerja SRIL cukup buruk, pada saat IHSG menjadi indeks terbaik di dunia, saham ini justru turun lebih dari 30% tahun ini, penurunan harga ini memang didorong oleh aksi jual bandar yang tidak henti-hentinya dalam 1 tahun terakhir.
Aksi distribusi bandar di saham ini bisa dibilang cukup ‘lihai’, sehingga kita tidak bisa menggunakan metode-metode bandarmologi sederhana yang biasa kami share di website ini.
Kelihaian bandar SRIL dalam mendistribusi sahamnya memang pantas diacungi jempol, salah satu buktinya adalah bagaimana bandar saham ini bisa membuat saham SRIL terus menarik perhatian investor ritel, meskipun saham ini sudah turun 50% dalam 1 tahun terakhir.
Kemenangan SRIL dalam voting yang kami adakan minggu lalu juga menjadi bukti, kalau saham ini tetap sangat populer di mata para trader di Indonesia bahkan jauh lebih populer daripada saham-saham yang memiliki potensi kenaikan jauh lebih baik seperti TAXI atau BKSL, padahal selama ini kita tahu fokus perhatian investor ritel umumnya terpusat pada saham-saham yang sedang naik, atau baru saja turun pasca kenaikannya, dan bukan saham yang sudah terus turun seperti SRIL.
Dari pengamatan team research kami ada beberapa strategi yang terus dilakukan bandar di saham ini, yang membuat saham ini menjadi sangat populer di mata investor ritel, terlepas dari pergerakannya yang terus negatif, antara lain :
FUNDAMENTAL PERUSAHAAN YANG TERUS DIPROMOSIKAN
Salah satu alasan yang membuat investor ritel mau menampung saham yang terus turun seperti SRIL adalah kepercayaan investor terhadap fundamental perusahaan, dan SRIL bisa dibilang sangat berhasil membangun image positif publik terhadap fundamental perusahaan ini. Jadi meskipun harga saham ini sudah di 500an seperti tahun lalu, investor tetap yakin kalau saham ini akan terus naik, dan optimisme kenaikan juga masih bertahan meskipun harganya sudah turun ke 270an seperti sekarang.
Kami melihat selain publikasi yang dilakukan oleh pihak direksi yang memang cukup sering tampil di berbagai media, bandar juga cukup berperan serta dalam membangun image positif tersebut salah satunya di berbagai forum saham yang ada.
SERING TERJADI REBOUND-REBOUND PALSU
Fundamental yang baik saja umumnya tidak membuat suatu saham populer di mata investor ritel, di bursa kita ada puluhan saham yang fundamentalnya baik, namun tidak banyak peminatnya karena bandarnya tidak aktif ‘membandari’ saham yang bersangkutan, sehingga sahamnya tidak liquid dan jarang bergerak. Dalam kasus SRIL, bandarnya punya strategi yang sangat baik untuk terus mempopulerkan saham ini meskipun mereka sedang dalam fase distribusi dalam 1 tahun terakhir, salah satu yang sangat terlihat di saham ini adalah seringnya terjadi ‘rebound palsu’.
Rebound ini sering terjadi ketika saham ini sedang berada dalam trend bearish sejak tahun lalu, dan juga sampai saat ini dimana sedang berada dalam trend sideways. Seperti kita lihat beberapa kali harga SRIL meloncat, dengan karakteristrik yang kurang lebih sama.
Setiap kenaikan selalu disertai dengan candlestick dan volume transaksi yang besar, seperti kita bisa lihat pada grafik di atas, secara technical pergerakan seperti ini memberikan indikasi lahirnya trend bullish, namun di saham SRIL kenaikan tersebut selalu disertai dengan penurunan secara perlahan, dan disertai dengan aksi distribusi yang besar.
Pergerakan seperti ini memang sering kali menjebak para teknikalis, namun secara bandarmologi sebenarnya bisa dijelaskan secara logis.
Bearish Mark Up
Menurut teori Bandarmologi kenaikan ini disebut Bearish Mark Up, sebuah kenaikan yang terjadi dalam trend bearish dan fase distribusi bandar. Alasan mengapa terjadi ‘rebound-rebound’ palsu seperti ini sebenarnya sangat sederhana, seperti kita ketahui investor ritel di Indonesia tidak diperbolehkan untuk short selling, sehingga jika suatu saham terus turun seperti yang terjadi di SRIL, maka cepat atau lambat saham ini akan kehilangan peminatnya, karena investor ritel tidak bisa lagi memperoleh keuntungan jangka pendek di saham ini. Hilangnya peminat (investor ritel) membuat bandar mengalami kesulitan untuk melanjutkan aksi distribusinya di saham ini karena tidak ada yang mau membeli.
Dalam kondisi tersebut salah satu strategi yang paling digunakan oleh Bandar jika mereka masih mau melanjutkan aksi distribusinya di masa yang akan datang adalah dengan membuat rebound-rebound palsu seperti yang terjadi di SRIL saat ini, rebound palsu tersebut berguna untuk kembali menarik perhatian investor ritel ke saham ini. “Mengingatkan” kembali investor ritel akan ‘potensi’ yang ada di saham ini, sehingga mau kembali berbondong-bondong membeli saham yang memang sedang berusaha dijual bandar.
Bearish Mark Up juga berfungsi untuk kembali membangkitkan para ‘nyangkuters’ sehingga mereka tidak meng-cut loss saham mereka, suatu aksi yang terkadang bisa menggangu strategi bandar yang sedang melakukan aksi distribusinya.
Salah satu ciri utama dari Bearish Mark Up adalah kenaikan harian yang terjadi dengan candle dan volume yang besar, dan yang paling penting adalah kenaikan tersebut meskipun volumenya besar, namun tidak disertai dengan akumulasi yang dilakukan oleh bandar.
Sayangnya memang aksi ini tidak bisa di deteksi menggunakan technical analysis yang memang hanya berfokus pada data harga, dan volume dan bukan data perpindahan kepemilikan dari satu beroker ke broker lain yang menjadi fokus utama dari analisa Bandarmologi.
Related : Pembahasan di atas, adalah sebagian kecil dari Teori Bandarmologi yang diajarkan di Workshop Bandarmologi yang kami adakan, jika anda berdomisili di Jakarta dan Surabaya anda memiliki kesempatan untuk mempelajari teori lengkapnya. Baca infonya disini.
KESIMPULAN
Jika melihat pergerakan SRIL baik secara Technical dan Bandarmologi sampai saat ini, kami melihat bahwa fase distribusi bandar masih terus berlangsung, artinya dalam jangka pendek akan sangat sulit untuk SRIL mengalami kanaikan yang signifikan dan masuk ke trend bullish. Bahkan sampai kenaikan yang terjadi minggu lalu pun terindikasi sebagai Bearish Mark Up yang artinya bandar masih berusaha melanjutkan aksi jualnya di saham ini.
Jadi dalam jangka pendek kami belum menganggap SRIL menjadi saham yang menarik untuk dibeli, jadi kecuali anda seorang fundamentalis yang siap menunggu beberapa bulan bahkan tahun, kami melihat ada banyak saham second liner lainnya yang lebih menarik dibandingkan dengan saham ini.
Bagi anda para trader yang mengandalkan Technical Analyst saran kami sebaiknya menunggu indikasi kenaikan yang benar-benar kuat di saham ini baru memutuskan untuk masuk, karena memang ada indikasi yang kuat Bandar sedang menggambar grafik untuk terus melanjutkan distribusinya. Sementara bagi anda yang memahami analisa Bandarmologi, silahkan menunggu sampai ada indikasi bandar mengakumulasi saham ini baru memutuskan untuk masuk ke saham ini.
UPDATE 5 OKTOBER 2016
Melihat harga SRIL yang saat ini berada dekat di kisaran PSIKOLOGIS 200an, maka kami cukup percaya kalau potensi BANDAR kembali menggambar SRIL lagi dalam waktu dekat cukup terbuka. Namun melihat aksi distribusi bandar yang masih terus berlangsung, kenaikan yang terjadi kemungkinan sifatnya jangka pendek, sama seperti kenaikan-kenaikan yang dibahas dalam artikel di atas.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market
2 comments
I really need this kind of information
Salam perkenalan dahulu pak Argha
Saya banyak menyimak pembahasan bandarmology bapak
Saya coba untuk urun rembug di saham SRIL ya. barangkali saja akan bisa mengakhiri cornering yang di lakukan bandar. karena memang sudah 1,5 tahun lebih pembentukan harga untuk menekan retail sudah di lakukan. dari level harga 450 menjadi harga terendah awal oktober di 208.
Seperti kita bisa ketahui laporan pemegang saham tiap bulan yang di laporkan ke BEI.
Pemegang utama adalah Huddleston alias pak Iwan Lukminto sendiri sebesar 54 %, kemudian turunan nya bisa di baca Prudential dlsb.
Siapakah bandar ini ? Menurut saya adalah orang mempunyai kemampuan keuangan untuk membentuk harga, dan tentu nya dengan” ijin pemangku kepentingan utama” yaitu pak Iwan.
Jadi menurut saya bukan pak iwan lukminto sendiri, tapi hanya expert di bidang saham yang mempunyai modal.
Begini menurut saya , kira kira pecakapan di belakang layar nya.
Permainan saham ada 3 pihak yang berkepenngan
1. Bandar ( B : Bos Iwan saham SRIL mohon ijin di goreng boleh nggak ya ? I : Ok silakan tapi asal tidak mengganggu , sebab tahun depan saya mau terbitkan obligasi SRIL / alias hutang
B : Ok Bos Iwan beres, dead line tanggal sekian kira kira beres dan selesai gorengannya.
I : Ok silakan go aheadpak Welly Salam tolong tolong release berita eksport kita bulan depan naik 10 % ya. )
2. Retailer / trader
( Wah saham sril naik nich kita beli yuk , menurut berita dan laporan keuangan nya bagus loh, untung terus perusahaan ini .Untuk trading boleh , untuk investasi juga boleh . Barusan SRIL kan masuk saham Idola juga menurut ndoro BEI , yang tentunya ndoro BEI juga di bayar untuk release itu berita )
3 OJK / BEI ( B : Mohon Ijin pak Tito , Sril mau gua goreng ya .
T : ok silakan , yang penting transaksi naik , kita juga seneng kok , lumayan fee transaksi nya bisa ngangkat bursa. Bodo amat dengan retail , emang gua pikirin , gitu ya pak Tito ? )
Jadi Pihak Bandar inilah yang memainkan saham SRIL itu nyata , Saat ini saham sril masih dilakukan cornering , antara YP , LG , CC , ZP , PC
Benar kata pak Argha, false rebound sering di lakukan , untuk menekan retail agar akumulasi terjadi .
dan harga tiap hari setelah false rebound , di tekan 2 – 4 % dengan cornering sekuritas tersebut.
Terus kenapa bisa terlalu lama sampai 1,5 tahun lebih SRIL turun di titik 208 , kemungkinan besar dari big player juga yang ikut numpang kereta saat harga 450 , jadi pertarungan agak alot, sehingga butuh waktu tahunan.
Intinya dari semua itu retail yang di rugikan , bahkan pemerintah pun dalam hal ini ndoro BEI juga menghalalkan.
Ibarat Gajah Bertarung , belalai mati ditengah,ya di tambah Juri pertandingan tutup mata, EGP.
Begitu ulasan saya pak Argha.
Semoga bisa di baca Bandar dan timbul belas kasihan-nya ke Retail yang notabene berharap dengan investasi ke saham bisa untung lebih bsar dari deposito.
Lain waktu kita bahas CNKO dan Benny Cokro nya. ini orang Solo juga
Salam
old friend wong solo.
Edhi Purwanto