PT Bukit Asam Tbk (PTBA) meraih laba bersih sebesar Rp 2 triliun pada 2015, meningkat sebesar 11,1 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1,8 triliun. Perolehan tersebut tampak dari tingkat perolehan laba bersih (net profit margin/ NPM) perseroan tahun lalu sebesar 14,8 persen.
Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Joko Pramono mengungkapkan, capaian tersebut merupakan hasil dari langkah strategis perseroan dalam efisensi untuk menekan biaya produksi. Biaya produksi perseroan tahun lalu tercatat sebesar Rp 356.866 per ton, atau lebih rendah 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Langkah strategis yang menghasilkan efisiensi biaya optimal adalah dengan memperpendek jarak angkut di lokasi tambang, menurunkan angka nisbah kupas, meningkatkan prioritas pemakaian dan peralatan operasional tambang dengan menggunakan tenaga listrik yang dihasilkan PLTU sendiri.
“Serta menyesuaikan market branding produk yang sejalan dengan tuntutan kebutuhan pasar dan menyinergikan penggunaan kontraktor jasa penambangan milik sendiri untuk menggantikan sebagian pekerjaan kontraktor pertambangan dari luar,” jelas Joko dalam keterangan resminya, Rabu (2/3).
Sementara itu dari sisi pendapatan, Bukit Asam berhasil mencapai peningkatan sebesar 6 persen menjadi sebesar Rp 13,8 triliun. Pada 2014 pendapatan perseroan tercatat sebesar Rp 13 triliun.
Pendapatan tersebut berasal dari penjualan batu bara sebanyak 19,1 juta ton, 6 persen lebih tinggi dibandingkan dengan volume penjualan tahun sebelumnya sebesar 18 juta ton. Komposisi penjualan batu bara perseroan terdiri atas 53 persen untuk pasar domestik dan 47 persen untuk memenuhi pasar impor.
Joko mengungkapkan, meskipun harga batu bara dunia turun 29 persen pada tahun lalu dengan optimasi penambangan yang menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar maka harga rata-rata Bukit Asam sebesar Rp 707.052 per ton, dibandingkan sebesar Rp 723.635 pada 2014.
Peningkatan volume penjualan merupakan kontribusi dari peningkatan produksi perseraon sebesar 18 persen menjadi 19,2 juta ton. Selain itu, terdapat juga pembelian batubara sebanyak 1,4 juta ton.
Tahun ini, Bukit Asam berencana menjual batu bara sebanyak 29,1 juta ton atau 51 persen lebih tinggi dari realisasi volume penjualan tahun lalu. Perseroan juga akan meningkatkan volume produsi menjadi sebanyak 19,2 juta ton.
Diversifikasi dan Pengembangan Usaha
Tahun lalu Bukit Asam telah menyelesaikan proyek peningkatan kapasitas pelabuhan Tarahan dari 13 juta ton per tahun menjadi 25 juta ton per tahun. Saat ini pelabuhan Tarahan memiliki tambahan dermaga yang dapat disandari kapal dengan bobot 210.000 DWT.
Bukit Asam berpotensi menaikan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini menjadi Rp 5 triliun, dari semula Rp 3,5 triliun. Kenaikan capex tersebut dengan asumi konstruksi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Banko Tengah dimulai tahun ini.
Joko mengatakan, realisasi capex tahun lalu kemungkinan hanya mencapai Rp 2 triliun lantaran banyak proyek pembangkit listrik yang tertunda. Program elektrifikasi perseroan bakal banyak digarap pada tahun ini.
Saat ini, perseroan masih menunggu lengkapnya letter of intent (LoI) transmisi listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sesuai rencana, jika tiga LoI sudah diterbitkan PLN, perseroan baru bisa memulai konstruksi PLTU Banko Tengah atau Sumsel 8 berkapasitas 2×260 megawatt (MW) di mulut tambang Tanjung Enim.
“Sementara kita alokasikan Rp 3,5 triliun, tapi kalau Bangko Tengah bisa dimulai tahun ini, capex akan melonjak signifikan, mungkin bisa Rp 5 triliun,” jelas dia, beberapa waktu lalu.
Selain menggunakan ekuitas, salah satu pendanaan Banko Tengah berasal dari The Export-Import Bank of China (Cexim) senilai US$ 1,2 miliar. Facility loan agreement (FLA) telah diteken sejak 27 Maret 2015. Perjanjian PLTU ini berlaku selama 10 tahun, di luar masa tenggang selama 45 bulan masa kontruksi proyek.
“Pinjaman Cexim ini akan ditarik secara bertahap. Sebelumnya, PLN sudah menjanjikan seluruh LoI terbit pada September 2015, tapi ada kendala, jadi kami harap bisa lengkap tahun ini,” kata Joko.
Sejauh ini, Banko Tengah telah masuk ke tahap pematangan lahan. Jika kontruksi berjalan mulus, PLTU tersebut akan beroperasi secara komersial pada 2019.
Lebih jauh, kata Joko, sebagian capex tahun ini akan digunakan untuk membeli sebagian saham Ignite Energy Resources Ltd asal Australia. Perseroan menyiapkan dana sekitar US$ 30 juta untuk aksi akuisisi yang akan dieksekusi oleh anak usaha, PT Bukit Energi Investama,
Sebagai informasi, Ignite Energy memiliki teknologi Coal Liquefaction (batubara cair) dan Coal Up Grading (peningkatan kualitas batubara). Untuk pengolahan batu bara , IER Ltd. menggunakan teknlogi Cat-HTR (Catalic Hydro-Thermal Reactor) yang dapat mengolah batu bara menjadi minyak mentah sintetis.
Hasil pengolahan tersebut lebih lanjut dapat diurai menjadi minyak diesel, avtur dan gasoline, serta menghasilkan batu bara kalori tinggi.
Hingga kini, Bukit Energi Ignite Resources telah mencapai kesepakatan dari sejumlah Condition Presedence (persyaratan) yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. Sebelum akhir tahun ini, proses akuisisi diharapkan rampung, baik itu jumlah saham yang akan dibeli maupun nilai sahamnya.
Sumber : Investor Daily
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market