Terkadang yang membuat seorang trader gagal bukanlah karena mereka tidak bisa melakukan analisa atau analisa yang mereka lakukan salah, tetapi karena mereka kehilangan uang terlalu cepat. Modal yang mereka taruhkan di stock market tergerus sebelum mereka berhasil menemukan metode terbaik untuk diterapkan dalam trading mereka. Dan tanpa sadar hal inilah yang merusak mereka sehingga memaksa mereka untuk berhenti menjadi seorang trader.
Size is Everything
Banyak trader yang memulai masa pengenalan mereka dengan stock market melalui sebuah kesalahan, yaitu oversize position. Mereka menaruh posisi yang terlalu besar untuk satu saham sehingga mengakibatkan setiap pergerakkan yang terjadi membuat adrenalin dimanjakan.
Melalui harapan – harapan yang ditawarkan oleh otak kita untuk menghitung potensi keuntungan yang tidak masuk akal, sering kali kita kehilangan sense untuk melihat realita bahwa market bergerak secara random. Bahwa peluang market mungkin bisa memberikan keuntungan dan kerugian bagi kita adalah sama.
Pada dasarnya oversize position itu hanya memberikan sesuatu yang lebih untuk apapun hasil dari keputusan yang kita ambil. Sebagai contoh ketika kita memiliki Oversize position dan posisi kita memberikan hasil yang sesuai harapan, maka keuntungan yang dihasilkan membuat kita lebih senang dan lebih bangga dari biasanya, misalnya memberikan kita pemikiran bahwa market itu mudah dan kita berbeda dari yang lain.
Padahal jika hal tersebut berlaku ketika trade kita bergerak sesuai harapan, maka kita harus terima juga bahwa hal tersebut juga berlaku sebaliknya. Oversize position juga mampu membuat satu kesalahan yang kita buat di stock market menjadi suatu kesalahan yang melebihi pain tolerance kita.
Sebagai contoh, sebagai seorang trader, saya juga pernah berada disana. Pertama kali saya mengenal trading adalah di bursa valuta asing (forex). Di awal – awal saat mengenal trading, saya sangat excited dan coba untuk melihat market setiap hari, mengamati pergerakkan harga dan memprediksi market dengan kemampuan analisa yang seadanya.
Kala itu ada satu momen dimana market terlihat begitu baik, sehingga saya menggandakan uang dengan keuntungan 90% hanya dalam waktu satu minggu. Saya merasa “inilah bidang saya….”, “inilah tujuan hidup saya…”, “saya berbeda dari yang lain..”. Sempat terpikir bahwa tidak perlu modal besar untuk berhasil dalam trading. Secara sekilas market terlihat begitu baik, tapi disitulah kesalahan besar dimulai.
Di minggu berikutnya, ketika market dibuka, saya mulai meningkatkan lot dengan harapan market memberikan return yang meningkat juga. Harapan untuk bisa menghasilkan lebih banyak lagi dan lebih cepat lagi muncul sehingga mematikan pikiran rasional. Namun alhasil, hanya dalam waktu 3 hari, market merampas seluruh keuntungan yang sudah saya hasilkan dan lebih dari setengah modal hilang. Saya sadar bahwa saya melakukan sebuah kesalahan besar, namun learning nothing from the mistakes, is the mistakes.
Less Is More
Melalui pengalaman di kasus ini, salah satu pelajaran paling berharga yang bisa diambil adalah, Less is more. Bukan berarti kita membatasi keuntungan kita, tetapi lebih ke meminimalisir resiko. Sebab kita tahu, market bukanlah tempat yang mudah dan bersahabat bagi para trader. Butuh waktu yang cukup lama agar kita bisa fasih dalam menghasilkan profit di market.
Oleh karena itu, selama kita mencari metode yang terbaik, kita butuh mempertahankan modal kita. Sebab kunci pertama cara agar kita bisa berhasil di market adalah dengan tetap berada di dalam market. Begitu kita kehilangan modal kita, maka kita akan otomatis keluar dari market.
Salah satu cara paling mudah dan aman untuk tetap berada di dalam market adalah mengurangi lot dari saham yang kita beli. Dengan mengurangi lot, maka semakin minim resiko yang mungkin kita terima. Dan dengan semakin minim resiko yang kita pertaruhkan, maka akan semakin lama kita berada di market.
Minim Resiko
Pada dasarnya, seseorang melakukan kesalahan oversize position karena mereka tidak percaya terhadap potensi keuntungan dari minim resiko. Berpikir bahwa sebagai seorang trader, yang dinilai sebagai “risk taker”, berani mengambil resiko menjadi tolak ukur apakah kita seorang trader hebat atau tidak. Padahal sebenarnya kita tidak perlu mengambil resiko yang tidak perlu untuk mempertaruhkan suatu hal yang berharga di hidup kita.
Beberapa orang terlalu pesimis dengan potensi keuntungan yang bisa dihasilkan oleh sesuatu yang minim resiko. Setiap orang menganggap bahwa High Risk High Return, semua yang beresiko tinggi, akan menghasilkan return yang tinggi juga. Tidak ada yang salah dari kalimat tersebut, namun bagaimana jika yang kita terima adalah resikonya dan bukan returnnya.
Sama seperti cara orang memandang saham Blue Chip yang dikenal sebagai saham yang minim resiko, tidak sedikit orang yang mengatakan “blue chip gitu gitu aja…”, “blue chip ga bisa hasilkan return tinggi”, “trading saham blue chip bosenin, sahamnya ga gerak kemana – mana”. Namun jika kita boleh jujur satu sama lain, berapa banyak dari kita yang adalah seorang trader, yang kinerjanya tradingnya lebih tinggi dari kinerja saham blue chip seperti saham BBCA dalam 1 tahun? Sepertinya tidak banyak.
Demikian juga dalam mengatur portfolio saham yang minim resiko. Terlihat tidak menarik, keuntungan yang kecil dengan resiko yang kecil pula, seperti terlalu berhati – hati. Tetapi kami percaya, menjaga portfolio kita agar tidak kehilangan uang, adalah langkah awal yang sangat baik untuk profit berkepanjangan.
Seberapa besar saham yang boleh dibeli? Apakah semua modal yang ada di rekening RDI, langsung kita habiskan di satu posisi saja? Yang mungkin bisa menghasilkan return sangat besar dalam waktu singkat namun dengan resiko yang besar juga. Atau justru kita membagi resiko dengan cara memperkecil lot setiap kita entry di satu posisi, sehingga kita bisa entry di banyak saham dan di banyak posisi.
Kebanyakan orang akan bertindak tidak realistis jika ini menyangkut soal seberapa besar keuntungan yang mampu mereka hasilkan. Sehingga yang mereka lakukan di market umumnya adalah mengambil resiko tersebut.
Memang kebanyakan orang memandang resiko dari sudut pandang demikian. Namun perlu kita ketahui, terkadang mengambil resiko yang tidak perlu bukannya menambah return tapi malah menambah masalah.
Too Big = Less Choice
Seyakin apapun kita terhadap analisa kita, market bisa saja menunjukkan result yang berbeda walaupun dengan ciri – ciri yang ditunjukkan sangat identik. Itulah fakta dari market yang harus kita terima.
Seperti misalnya analisa yang saya tulis di artikel Too Big To Hide yang rilis awal tahun ini. Dalam periode penulisan, disaat kami melakukan analisa untuk artikel ini, semua ciri – ciri yang ada di saham ADRO pada saat itu menunjukkan bahwa saham ini akan naik. Inflow asing yang begitu kuat disertai akumulasi secara bandarmologi.
Tetapi kenyataan yang terjadi adalah seperti gambar dibawah ini. Market benar – benar melakukan hal yang berbeda dari prediksi. Sehingga membuat artikel ini dikenal bukan karena keberhasilannya memberikan keuntungan di saham tersebut, tetapi kerugian banyak pihak yang membaca artikel ini.
Analisa kita sangat mungkin untuk salah, oleh karena itu, hal terakhir yang menjadi point penting dari less is more adalah, Semakin kecil posisi kita, semakin besar kemungkinan kita untuk mengeruk keuntungan dari banyak tempat. Sebab kita tidak pernah tahu Analisa di trade mana yang benar – benar menghasilkan keuntungan untuk kita.
Too big, less choice. Saat kita mempertaruhkan terlalu besar untuk satu posisi di satu saham, maka semakin sedikit pilihan kita untuk mendapatkan posisi lain atau saham lain yang mempunyai potensi keuntungan lebih besar. Oleh karena itu, percaya bahwa dalam trading sehari – hari, less is more adalah jalan terbaik untuk tidak kehilangan uang di market, ditambah kesadaran bahwa semakin kita aman portfolio kita dari kehilangan uang, maka semakin besar potensi keuntungan yang bisa kita hasilkan.
Joseph Gabetua S.S.T.
Analyst of Creative Trading System. Relentless Trader and Part Time Investor. Huge dreams, Small me.
1 comment
Menohok sekali , cth nya ADRO seperti flashback kemarin 🙁 , terima kasih