Bulan Mei berakhir sudah, kekhawatiran mengenail mitos “sell on may and go away” berhenti sudah, secara total index di bulan Mei lalu masih menguat sebesar 48 point atau 0.9%, kenaikan dipimpin oleh sector property yang secara luar biasa masih tumbuh 17% dalam bulan Mei lalu. Selain itu Consumer + 13% dan sector Agriculture untuk pertama kalinya dalam tahun ini bertumbuh sebesar 9% di bulan Mei. Sementara saham-saham Mining masih terus terkoreksi dan turun 12% bulan Mei, dimotori oleh penurunan saham-saham batubara.
Namun bagaimana kelanjutan IHSG setelah bulan Mei berlalu, seperti saya bahas di awal bulan lalu, ‘sell in may and go away’ bukan hanya mengindikasikan saham-saham akan bergerak turun di bulan Mei, melainkan dimulai bulan Mei sampai bulan Oktober. Artinya Sell on May bisa saja kita lakukan hari Jumat lalu, dan go away sampai bulan Oktober nanti sambil menunggu koreksi di bursa.
Pertanyaannya bagamana prediksi pergerakan IHSG sampai akhir Oktober nanti ?! Haruskah kita keluar dari market melihat aksi jual investor asing yang dilakukan selama bulan Mei.
FOREIGN FLOW BULAN MEI
Selama bulan Mei dana asing yang keluar adalah sebesar 7,8T jumlah ini adalah outflow bulanan kedua terbesar sepanjang sejarah, di awal bulan lalu total dana asing yang masuk sejak awal tahun sebesar 18,5T, artinya sebesar 42% dari yang sudah masuk sepanjang tahun 2013 keluar sepanjang bulan Mei.
Jadi meskipun index tidak turun signifikan tapi SELL IN MAY sudah dilakukan oleh investor asing. Namun apakah efeknya terhadap IHSG setelah asing jual besar-besaran di bursa, apakah index masih akan mengalami kejatuhan dalam waktu dekat, atau kah indeks akan bertahan saja ? Sesuatu yang sering dibilang dengan istilah asing’ dikalahkan lokal.
Di atas saya tunjukan korelasi pergerakan IHSG dengan keluar masuk harian dana asing sejak tahun 2007 – sampai saat ini. Secara sekilas kita bisa melihat besarnya korelasi dana asing dengan pergerakan IHSHG, jika anda memiliki kesempatan untuk melihat lebih detail anda akan melihat betapa besarnya korelasi keduanya. Itu sebabnya foreign flow selalu menjadi acuan utama saya untuk menganalisa IHSG, dan sejauh ini sangat jarang mengecewakan saya.
TRANSISI KEKUATAN
Penjualan yang dilakukan asing tidak membuat IHSG otomatis jatuh, pergerakan selama bulan Mei adalah buktinya. Saat ini kondisi IHSG yang masih kondusif sehingga dana-dana lokal masih sanggup menahan IHSG di atas level 5.000. Namun keluarnya dana asing dalam jumlah yang besar berarti beralihanya fondasi dan motor IHSG dari Big Player kepada Smaller Player.
Dan berbeda dengan Big Player yang terfokus dan terencana dan memiliki kekuatan yang besar, smaller player umumnya lebih reaktif dengan kekuatan yang lebih kecil namun tersebar dan dan lebih mudah panik. Contohnya kita bisa lihat secara langsung di pergerakan IHSG dalam kuatal pertama tahun ini kita melihat IHSG yang terus bergerak naik tanpa terlihat terpengaruh dengan naik turunnya bursa asing, atau sentimen-sentimen negatif lainnya. Hal itu disebabkan karena di awal tahun investor asing sedang mengumpulkan barang, melakukan akumulasi yang terlihat dengan arus inflow besar-besaran. Itu sebabnya IHSG tampak kokoh melanjutkan trend bullishnya, tanpa terpengaruh faktor-faktor eksternal.
Namun saat ini kondisinya berbeda “kekuatan” sudah berpindah ke investor local, dimana IHSG masih kokoh di atas level 5.000 namun dana asing sudah keluar 40% dari yang masuk sepanjang tahun ini, dan seperti kita bisa melihat dalam grafik di samping kita bisa melihat jika kita kembali ke level foreign flow yang sama di tahun ini, maka seharusnya IHSG sudah berada di level 4.600. Artinya jika kita sederhanakan modal yang “mengangkat” index dari 4.600 sampai ke level saat ini adalah modal lokal.
IHSG yang dimotori investor lokal memiliki karakteristik yang berdeda dengan yang dimotori asing, hal ini disebabkan karena lokal terdiri dari puluhan ribu investor, besar dan kecil yang tersebar di seluruh Indonesia, artinya ribuan atau puluhan ribu ide dan trading strategi yang berbeda satu sama lain. Itu yang menyababkan IHSG akan menjadi lebih reaktif dan lebih rawan koreksi dan hal itulah yang kita lihat dalam beberapa minggu terakhir, IHSG sering mengalami koreksi yang lebih dalam dari kewajaran, volatilitas IHSG juga terlihat meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Melihat kondisi tersebut saya memiliki 2 skenario kemungkinan pergerakan IHSG dalam beberapa bulan kedepan, bahkan sampai akhir tahun.
SKENARIO PERTAMA: ASING MELAKUKAN MASSIVE SELLING IHSG BISA KE 4.500
Seperti dibahas di atas, asing sudah melakukan aksi jual besar-besaran dan hal tersebut membuat IHSG rawan koreksi, karena asing tidak memiliki kepentingan yang besar untuk menjaga indeks di atas level saat ini, dan kondisi terus masih tetap berlangsung selama IHSG masih berada di atas level 4.600.
Jadi sentimen-sentimen negatif baik dari dalam maupun dari luar dapat dengan seketika menjatuhkan indeks dalam jumlah yang cukup dalam. Kita sudah melihat bahwa beberapa minggu terakhir IHSG sangat reaktif terutama jika terjadi koreksi di bursa Amerika atau Jepang.
Jika kita melihat index Amerika masih bergerak kokoh, namun melihat kenaikannya yang sudah cukup besar sepanjang tahun ini koreksi 5-10 persen dalam beberapa bulan kedepan masih bisa kita anggap dalam batas kewajaran, dan jika hal itu terjadi dalam kondisi saat ini sangat besar kemungkinan IHSG akan mengalami koreksi yang sama besar bahkan lebih besar dari yang terjadi di Amerika.
Namun IHSG juga dapat terkoreksi tanpa adanya sentimen buruk dari luar negeri, dengan melakukan aksi jual besar-besaran dalam beberapa hari berturut-turut, dalam 2-3 hari indeks kemungkinan akan jatuh karena ritel tidak sanggup untuk menampung aksi jual besar-besaran tersebut.
Selama bulan Mei aksi jual besar-besaran sudah terjadi namun hal ini tidak dilakukan secara berturut-turut aksi jual sering disertai dengan penguatan IHSG secara cepat dalam beberapa hari selanjutnya (tanpa disertai dengan masuknya dana asing kembali), hal ini dilakukan supaya tidak terjadi kepanikan di market dan Asing masih terus bisa melanjutkan aksi distribusinya.
Namun jika Asing melakukan aksi jual secara terus menerus selama 1 minggu berturut-turut kekuatan beli investor lokal akan habis dan akan muncul kepanikan yang disertai dengan gelombang cut loss oleh investor ritel. Dan pada punckanya index bisa jatuh sebesar 3-4% dalam 1 hari.
Dalam keadaan seperti ini umumnya media akan menghubung-hubungkan koreksi IHSG dengan salah satu berita lokal yang ada seperti inflasi, kenaikan BBM atau berita-berita lainnya. Namun yang sebenarnya terjadi hanyalah aksi profit taking pemodal besar.
Hal itu sudah beberapa kali terjadi selama saya mengamati pergerakan foreign flow, namun pada akhirnya aksi jual besar-besaran tersebut hanyalah merupakan aksi profit taking sekaligus upaya menjatuhkan harga sehingga asing dapat membeli saham yang sudah mereka jual sebelumnya di harga yang lebih murah. Pada akhirnya harga selalu kembali dan asing kembali melakukan pembelian, seperti kita lihat di atas jumlah dana asing masih terus tumbuh pasca krisis 2008.
Hal yang sama saya prediksikan jika terjadi koreksi saat ini, saya melihat belum ada alasan asing untuk meninggalkan bursa kita, aksi jual yang mereka lakukan hanyalah aksi profit taking, hal tersebut sudah mereka lakukan sepanjang bulan Mei, dan merupakan hal yang sangat wajar jika asing ingin membeli saham yang mereka jual di harga lebih murah, dan mereka memiliki kekuatan untuk membuat itu bisa terjadi.
Meskipun hal ini terjadi saya masih optimis IHSG masih dapat melanjutkan trend bullishnya sampai akhir tahun, grafik di samping menunjukan range pergerakan IHSG yang saya prediksi. Dalam grafik bulanan IHSG, kita melihat IHSG berada dalam trend bullish yang sangat kuat sejak tahun 2009, dan saya sangat optimis trend tersebut masih akan terus berlangsung sampai dengan akhir tahun ini.
Melihat grafik tersebut kita mendapatkan target IHSG di akhir tahun ada di kisaran 5.000 – 5.600. Di sisi lain trend tersebut juga menunjukan IHSG memiliki potensi koreksi sampai ke level 4.500 di tahun ini tanpa keluar dari trend bullish jangka panjangnya, jadi jika skenario pertama ini yang berlangsung prediksi saya:
Jika investor asing melakukan aksi jual besar-besaran diiringi ”mark down’ terhadap IHSG setelah melakukan aksi profit taking besar-besaran di bulan Mei maka indeks dapat terkoreksi sampai ke level 4.500 dalam 1- 3 bulan kedepan, namun meskipun demikian besar kemungkinan indeks masih dapat ditutup di atas level 5.000 di akhir tahun.
SKENARIO KEDUA: ASING ‘BUYBACK’ SAHAMNYA DAN IHSG BISA KE 6.000 DI AKHIR TAHUN
Seperti kita ketahui hanya dalam bulan Mei asing berhasil melakukan aksi jual dengan total 7T, jika dana tersebut masuk kembali saat ini maka besar kemungkinan indeks bisa naik sampai ke level 5.500 an.
Jika asing kembali masuk secara besar-besaran di level di atas 5.000 saya cukup optimis IHSG bisa tumbuh sampai ke atas 6.000.
Skenaio ini juga sudah sempat terjadi beberapa kali dalam 5 tahun terakhir, namun tentu harus didukung dengan kondisi yang kondusif baik dari dalam maupun luar negeri.
KESIMPULAN
Jika melihat kondisi saat ini saya berpendapat skenario pertama lebih besar kemungkinannya, potensi penguatan yang sudah cukup terbatas di indeks regional dan juga Indonesia sepertinya membuat indeks layak untuk terkoreksi dalam beberapa bulan kedepan.
Koreksi mungkin tidak sampai ke level 4.500, namun saya masih cukup optimis kalau indeks akan kembali bergerak di bawah 5.000 dalam 1-2 bulan kedepan.
Jika mengamati 15 saham dengan kapitalisasi terbesar di bursa yang memiliki bobot lebih dari 60% dari IHSG hanya HMSP yang dalam kondisi baik secara Foreign Flow, ke 14 lainnya dalam trend distribusi oleh investor asing.
Jika memang terjadi pembalikan arah sinyalnya akan terlihat di saham-saham perbankan, jika asing mulai melakukan net buy lagi di saham-saham perbankan hal itu mengindikasikan Skenario kedua mungkin terjadi.
SECTOR PILIHAN BULAN JUNI
Stockpick saya di bulan Juni yang saya berikan di Investor Gathering masih terfokus di sector Property, bubble saham-saham sector ini kemungkinan masih bisa berlangsung sampai 1 bulan kedepan. Saya juga menyarankan untuk menjauhi saham-saham Big Caps, dan tidak terburu-buru mengoleksinya ketika indeks terkoreksi.
Hanya 2 saham Big Caps yang menurut saya layak buy on weakness dalam jangka pendek, UNVR dan GGRM.
Analisa selengkapnya akan dibahas di Investor Gathering Jakarta, hari Sabtu, 8 Juni 2013. Daftarkan diri anda segera.
Quote of The Day:
God doesn’t just want to give you strength—He wants to be your strength!
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market
2 comments
payah prediksinya meleset jauhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Terima kasih sudah baca pak Ridwan…. Sayang bapak baca dan comment nya di akhir Agustus jadi kondisi dan keadaannya sudah berubah…. kalau boleh saya sarankan bapak bisa lebih sering masuk ke blog ini sehingga dapat analisa yang lebih baru dan dengan informasi yang lebih relevan dengan keadaan saat ini.
Kalau bapak bandingkan dengan analis lain, umumnya target IHSG di periode yang sama saat posting ini dibuat ada di kisaran 5500. Artinya mereka lebih meleset lagi hehehe…..
Pembaca setia blog ini sudah membaca IHSG di bawah 4000 sudah saya katakan sebulan sebelum kejadian, jadi saya sama sekali tidak merasa analisa saya meleset jauh pak 🙂
Sukses selalu…