
Miner Mohammad Ismail, 25, digs in a coal mine in Choa Saidan Shah, Punjab province, April 29, 2014. Workers at this mine in Choa Saidan Shah dig coal with pick axes, break it up and load it onto donkeys to be transported to the surface. Employed by private contractors, a team of four workers can dig about a ton of coal a day, for which they earn around $10 to be split between them. The coalmine is in the heart of Punjab, Pakistan’s most populous and richest province, but the labourers mostly come from the poorer neighbouring region of Khyber Pakhtunkhwa. Picture taken April 29, 2014. REUTERS/Sara Farid (PAKISTAN – Tags: BUSINESS SOCIETY ENERGY)
ATTENTION EDITORS: PICTURE 04 OF 24 FOR PACKAGE ‘COAL MINING IN THE PUNJAB’
TO FIND ALL IMAGES SEARCH ‘FARID COAL’
Penguatan harga batubara terus berlanjut memasuki hari ke enam beruntun. Meski begitu, analis menduga kenaikan harga yang terdulang saat ini tidak lantas membawa masa depan yang lebih cerah.
Mengutip Bloomberg, Senin (31/8) harga batubara kontrak pengiriman Oktober 2015 di bursa ICE Futures Exchange bergerak stagnan di level US$ 58,05 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Harga tersebut sudah melambung 4,87% sepanjang sepekan terakhir.
Guntur Tri Haryanto, Analis Pefindo menuturkan prospek harga batubara masih belum membaik karena produksi yang masih tinggi dan permintaan yang melemah. Bila memperhatikan harga batubara saat ini sudah terkikis 75% dari harga tertinggi pada tahun 2008 silam. “Saat ini permintaan China merosot seiring dengan lesunya prospek perekonomian negeri ginseng tersebut,” papar Guntur.
Belum lagi, arah kebijakan pemerintah China pun kian bergeser. Tujuannya sederhana, China ingin mengurangi polusi dan mulai beralih kepada penggunaan sumber daya energi yang ramah lingkungan. Jelas batubara bukan pilihannya.
Tidak hanya China. “Eropa pun terus menggenjot pemanfaatan energi terbarukan,” kata Guntur. Cara yang dilakukan Eropa adalah dengan meningkatkan bauran energinya. Selain tentunya tidak bisa dilupakan bahwa kini Eropa pun sedang bergelut dengan perekonomiannya yang lemah. Negeri Paman Sam pun ikut ambil bagian dalam upaya meningkatkan penggunaan energi terbarukan.
Berbeda cerita, India malah sedang menggenjot penggunaan batubara. Ironinya, itu dilakukan dengan menggalakkan produksi batubara dalam negeri. Yang mana rencananya memasuki tahun 2020 mendatang impor batubara India akan sangat minim. “Sedangkan industri batubara tanah air pun sangat goyah,” tambah Guntur.
Ekspor batubara Indonesia mengalami penurunan 18% sepanjang Januari hingga Juli 2015. Sebabnya, Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar batubara mengalami imbas terbesar dari pengetatan impor batubara dari China.
Berkaca dari keadaan yang ada ini, Guntur menganalisa prospek jangka panjang batubara masih akan kelabu. Permintaan yang lemah serta tingginya pencemaran udara yang dihasilkan batubara menenggelamkan komoditas turunan minyak ini.
Sumber : Kontan.com
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market