Market Crash adalah sesuatu yang wajar terjadi di bursa saham dan secara rutin terjadi dari waktu ke waktu, karena Market Crash memang disebabkan oleh 2 hal yang melekat pada pasar modal itu sendiri.
Pertama sifat dasar manusia yang selalu ingin memperoleh keuntungan setelah membeli suatu saham, tidak peduli apapun kondisinya dan berapapun harga sahamnya, hal tersebut membuat market akan selalu bubble dan akhirnya pecah, hanya tinggal menunggu waktu saja.
Kedua karena bursa saham di-design supaya bisa dikendalikan oleh para pemodal besar (market maker) dan bagi market maker jauh lebih menguntungkan kalau dari waktu ke waktu market di-restart supaya pergerakannya selalu menarik dalam jangka panjang. (Hal ini pernah kami bahas secara mendalam dalam gathering online bulan Agustus lalu)
Itu sebabnya bursa saham di dunia sudah berulang kali mengalami market crash, meskipun kalau dipelajari penyebab market crash akan selalu berbeda dari waktu ke waktu.
Pada setiap krisis/market crash yang terjadi akan selalu ada ‘kambing hitam’, yang diangkat oleh para akademisi dan komentator saham yang disebut sebagai penyebab dari kejatuhan market dunia. Jika dipelajari, penyebab dari market crash tidak pernah sama. Yang sama hanyalah kejatuhan harga sahamnya saja. Namun, terlepas dari apa dan sebarapa besar ‘kambing hitam-nya’, satu hal yang menarik dan selalu konsisten terjadi dalam setiap market crash, yaitu timing kejatuhan market dunia yang selalu terjadi secara tiba-tiba, dan tidak bisa diprediksi oleh para investor ritel.
Hal ini dikarenakan pada waktu terjadinya market crash, itu murni keputusan para market maker, bukan keputusan investor ritel, bukan juga keputusan para akademisi di kampus-kampus, atau keputusan para komentator saham.
Itu sebabnya jika kita belajar secara mendalam mengenai sejarah pergerakan bursa saham di Amerika Serikat, kita akan menemukan ada hari-hari yang dikenang karena secara tiba-tibar market maker di Amerika Serikat memutuskan untuk menjatuhkan indeks Dow Jones.
Kita tentunya pernah mendengar kejadian tentang Black Friday (24 September 1869) di Amerika Serikat, dan juga Black Monday and Tuesday (28-29 October 1929), kejatuhan market yang mengawali The Great Depresion di US, dimana pada 2 hari tersebut Dow Jones secara tiba-tiba turun 12% dan 11%.
Jika kita belajar dari krisis terakhir yang terjadi di tahun 2008 lalu pun, kita menemukan kondisi yang sama. Para akademisi sepakat untuk memilih krisis subprime mortgage sebagai kambing hitam dari market crash tahun 2008 lalu. Namun, perlu diketahui krisis subprime mortgage sudah terjadi selama lebih dari 2 tahun sebelum dimulainya kejatuhan market di US. Pada periode tersebut, para maket maker memilih untuk tidak menjatuhkan indeks Dow Jones, sebaliknya malah terus dikerek naik seiring memburuknya krisis kredit perumahan di Amerika Serikat tersebut. (Kejadian ini sudah terdokumentasi dengan baik, bahkan dibuat filmnya berjudul The Big Short.)
Lalu kapan sebuah krisis di dunia riil akan ber-impact pada bursa saham ?
Itulah yang merupakan keputusan dari Market Maker, perlu kita ketahui tidak semua krisis di sektor riil akan berujung pada kejatuhan di bursa saham. Setahun terakhir ini saja kita bisa melihat contohnya di Hongkong, dimana negaranya terkena resesi, dan rusuh selama berbulan-bulan, namun bursa sahamnya tetap dijaga dan tetap baik-baik saja. Sepanjang tahun 2019 lalu media sibuk meributkan dan menganalisa efek negatif perang dagang antara US dan CHINA, tapi kenyataannya bursa Dow Jones malah terus naik.
Kondisi terkini juga terjadi di China, meskipun China adalah negara yang terkena impact paling besar karena CoronaVirus. Namun, bursa saham di negaranya terus dikerek naik sampai minggu lalu.
Jadi, jatuh atau tidaknya market memang murni keputusan Market Maker, kapan market akan jatuh juga murni keputusan mereka. Sebagai ritel, kita hanya bisa melihat dan mengalami saja dimana secara tiba-tiba market collapse, baru setelahnya para komentator saham dan para akademisi akan melakukan berbagai analisa untuk mencari kambing hitamnya.
Meskipun tidak bisa diprediksi kapan market akan jatuh, jika kita fokus menganalisa pergerakan market maker, maka kita akan menemukan ciri-ciri market yang akan jatuh. Karena menjelang dijatuhkannya market, tentu para market maker akan siap-siap dulu. Mereka akan berusaha jualan dulu sebelum marketnya dijatuhkan.
Pada krisis tahun 2008 lalu aksi market maker ini juga didokumentasikan dengan baik dan dibuat film berjudul Inside Job, pada film dokumenter kontroversial yang diperankan oleh Matt Damon tersebut diceritakan bahwa sebelum market crash di tahun 2008, para petinggi dari Investment Banking di Amerika Serikat lebih dulu menjual sahamnya dalam jumlah yang sangat besar, dan menyarankan para investor ritel yang menjadi nasabahnya untuk memborong saham.
MENGAPA CORONA VIRUS OUTBREAK MENJADI SANGAT MENGERIKAN UNTUK BANDAR?
Mari kita belajar dari contoh tahun 2008 lalu ketika bursa Amerika jatuh karena orang-orang di Amerika tidak bisa membayar kredit rumahnya. Hal itu jelas tidak membuat orang-orang di luar Amerika Serikat juga secara tiba-tiba tidak bisa mencicil rumahnya. Jadi, impactnya sebenarnya relatif jauh lebih kecil untuk orang di luar Amerika Serikat. Kepanikan yang terjadi hanya bagi orang-orang yang ada di lingkungan pasar modal saja, di sektor riil sebenarnya tidak terlalu banyak impactnya. Meskipun sempat terjadi krisis liquiditas selama beberapa bulan, setelahnya pemerintah Amerika Serikat langsung mem-bail-out, sehingga market kebanjiran uang baru.
Kondisi saat ini jelas sangat berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya. Krisis sebelumnya bisa direncanakan dan diatur timelinenya oleh market maker, tetapi dalam krisis saat ini tidak ada seorang pun yang bisa mengatur timeline dari penyebaran CoronaVirus Outbreak ini.
Dua minggu yang lalu tidak ada seorang pun yang meyangka kalau seluruh negara Italia akan di lockdown per tadi malam. Keputusan ini akan melumpuhkan kegiatan Ekonomi di sana dan tidak ada seorang pun yang tahu 2 minggu ke depan apa yang akan terjadi dalam penyebaran virus ini.
Ada kemungkinan virusnya tiba-tiba mati atau melemah karena perubahan cuaca atau penyebab lainnya, tapi ada juga kemungkinan kalau minggu depan akan ada negara lain yang di lockdown, bukan mustahil lebih besar dari Italia. Kalau kita melihat lebih panjang lagi, saat ini kita melihat penyebaran Covid-19 di China tampak sudah terkendali. Bahkan hampir berhenti, tapi perlu dipahami, saat ini sebagian aktivitas Ekonomi di China masih dirumahkan, jika nanti kembali normal, apakah ada yang bisa yakin kalau virus yang sama tidak akan menyebar kembali?
Inilah yang membuat kondisi saat ini bisa dikatakan kondisi paling menakutkan dan paling penuh dengan ketidakpastian bagi pelaku pasar paling tidak dalam 50 tahun terakhir. Karena ada potensi kekacauan yang bisa terjadi diseluruh dunia kalau kondisi seperti ini terus berlanjut.
Kondisi ketidakpastian ini tentu sangat menakutkan bukan hanya bagi pengamat Ekonomi, tapi juga bagi semua orang di dunia, dan sebulan terakhir kita mulai melihat dampaknya terhadap berbagai sektor. Awalnya sektor yang berhubungan dengan pariwisata dan Export – Import dari China, kemarin dua Exportir Minyak Bumi dunia ribut, dan menyababkan harga minyak dunia turun 30% dalam 1 hari.
Kejadian-kejadian lain mungkin bisa terjadi dalam waktu-waktu yang akan datang, karena dalam kondisi krisis dan penuh ketidakpastian seperti ini orang umumnya bertindak di luar kebiasaan.
Sebagai Bandar, kondisi seperti ini sangat menyulitkan, karena mereka tidak bisa mengatur timelinenya. Jadi, mereka tidak bisa keluar sebelum dimulainya krisis, karena tidak ada seorangpun yang bisa tahu semua ini akan terjadi bulan November lalu atau tidak ada seorangpun tahu kalau 2 bulan lagi krisis ini akan berakhir atau justru memburuk.
Bukan hanya itu, para market maker juga sulit untuk keluar sekarang, karena saat ini kepanikan juga terjadi secara real time. Seluruh media fokus membahas hal ini. Sebagai contoh, para market maker tidak bisa menutupi informasi kalau seluruh Italia di lockdown tadi malam, sehingga hari ini mereka bisa jualan dulu, dan investor ritel masih mau beli, karena kita tidak tahu apa-apa.
POTENSI MARKET MAKER SUDAH KELUAR DULUAN
Mungkin inilah yang menyababkan mengapa kalau kita melihat timeline penyebaran virus dengan kejatuhan market, kita menemukan ada banyak yang kurang pas waktunya. Sebagai contoh, virus ini mulai menyebar di China di akhir bulan Desember, dan pada tanggal 10 Januari dilaporkan kematian pertama karena virus ini, dan baru menjadi heboh di seluruh dunia pada tanggal 22 Januari setelah pemerintah China memutuskan untuk me-lockdown Wuhan.
Kejatuhan market dunia, baru dimulai 1 bulan setelah Lockdown tersebut, Dow Jones baru mulai jatuh pada tanggal 24 Februari 2020, bahkan di tanggal 12 Februari lalu bursa Dow Jones masih mencetak record tertingginya sepanjang sejarah, padahal sudah puluhan ribu orang terjangkit virus Covid-19 pada saat itu.
Jadi, kita melihat ada periode lebih dari 1 bulan antara kejatuhan market dunia dengan heboh CoronaVirus. Seperti sudah dijelaskan di atas, timing kejatuhan market memang diputuskan oleh market maker, dalam periode itu mungkin saja market maker mencoba untuk menenangkan market, dan mencoba untuk keluar dulu dari market, sambil berharap penyebaran virus ini tidak bertambah.
Sayangnya virus ini terus menyebar bahkan sekarang 110 dari 195 negara dunia sudah terkena kasus virus ini, termasuk Indonesia. Jadi, di tanggal 24 Februari lalu market maker di Amerika Serikat memutuskan untuk tidak menahan lagi bursa Dow Jones dan membantingnya. Kemungkinan karena Market Maker merasa sangat berbahaya jika mereka menahan indeks lebih lama lagi. Karena kepanikan semakin menyebar di seluruh dunia, cepat atau lambat pada saat orang terancam kesehatan dan masa depannya, mereka akan mulai berpikir untuk berhenti berinvestasi, bahkan kalau bisa mencairkan investasinya.
Dan seperti kita ketahui setelah market dibiarkan jatuh, semuanya seperti efek bola salju, kepanikan semakin menyebar, terutama karena CoronaVirus pun semakin menyebar dan bursa dunia bertumbangan seperti tahun 2008 lalu. Bahkan kemarin IHSG turun 6,5%, tadi malam bursa Dow Jones turun 7,8%.
Dalam kondisi sama-sama panik seperti sekarang, memang market akan sangat rawan untuk terjun bebas. Tingkat ketidakpastian sangat besar dan ketakutan menyebar dimana-mana. Namun, menariknya kondisi ketakutan ini bisa hilang begitu saja karena seperti belajar dari kasus SARS, virusnya tiba-tiba mati tanpa pernah ditemukan vaksinnya.
Jadi, mungkin ini periode yang unik dimana seluruh dunia hanya bisa berdoa supaya virus tersebut segera hilang. Karena dunia medis jelas-jelas mengatakan paling cepat vaksin corona ditemukan dalam waktu 12 bulan, dan tidak ada yang tahu apa jadinya dunia ini kalau virus Covid-19 terus menyebar ke seluruh dunia dengan kecepatan seperti sekarang sampai 10 bulan kedepan.
Anda bisa memfollow Channel Telegram kami disini : Creative Trader Telegram Channel
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God