Pengamat ekonomi Ichsanudin Noorsy melihat penurunan harga minyak dunia akibat adanya perang ideologi ekonomi. Perang ideologi ini menggunakan komponen ekonomi yaitu nilai tukar, komoditas, suku bunga serta inflasi dan dimaksudkan untuk mempertahankan dominasi kekuatan Amerika di dunia dari segi ekonomi.
“Dampak bagi Indonesia adalah pemerintah tidak lagi dapat menggunakan asumsi harga minyak sesuai APBN 2016. Penurunan harga minyak ini akan membuat menurunnya pendapatan sehingga pertumbuhan ekonomi pun diperkirakan hanya sekitar 5%,” katanya dalam acara Talkshow Bisnis terhangat Konngkow Bisnis PAS FM di Tawangmangu Terrace (Batik Semar/Maxx Coffee), Tomang, Jakarta, Rabu malam.
Harga minyak dunia jatuh per Rabu siang di kisaran US$ 30 per barel, bahkan beberapa hari lalu sempat berada di bawah US$ 27 per barel, untuk pertama kalinya sejak 2003. Investor merasa khawatir bahwa pasokan minyak mentah kelebihan pasokan bisa bertahan lebih lama.
Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (21/1) minyak telah jatuh lebih dari 25% sepanjang tahun ini, atau penurunan paling dalam sejak krisis keuangan. Namun, mereka terus memompa lebih banyak minyak sehingga pasar kelebihan pasokan.
Meski demikian, pemerintah yang pada Desember lalu sudah menurunkan harga BBM beberapa ratus rupiah, sepertinya belum berencana menurunkan harga BBM lagi. padahal, penurunan harga BBM diharapkan sejumlah kalangan bisa menaikkan daya beli masyarakat yang pada akhirnya bisa meningkatkan perekonomian bangsa.
Tidak hanya itu, bahkan, kemungkinan harga BBM akan naik lagi karena pemerintah berencana menerapkan pungutan tambahan di komponen harga BBM yaitu pajak karbon untuk setiap liter BBM yang dibeli masyarakat.
Dalihnya, pajak karbon itu untuk menjaga agar penggunaan BBM tidak terlalu berlebih. Padahal, saat ini sudah ada 5 komponen pajak dan retribusi yang dikenakan ke konsumen. Yakni Margin Keuntungan SPBU Rp 270 per liter, Margin keuntungan Pertamina Rp 324 per liter, pajak daerah Rp 100 per liter, PPN 10%, dan Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 5%.
Sementara menurut Wakil Ketua Bidang Distribusi dan Logistik Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia Kyatmaja Lookman, meskipun komponen terbesar untuk pengiriman barang adalah BBM, yaitu sekitar 30 hingga 40%, penurunan harga bbm tidak berdampak signifian.
Menurut Kyatmaja hal ini akibat penurunan bbm tidak membuat harga produk-produk lain seperti produk minyak pelumas dan ban mengalami penurunan. Kyatmaja menambahkan bila ingin meningkatkan daya beli masyarakat maka yang harus dilakukan adalah mengatur tata kelola logistik. Salah satunya adalah membuat barang yang akan diangkut itu adalah barang jadi.
Direktur Pembinaan Program Migas Kementrian ESDM, Agus Cahyono Adi yang juga hadir dalam perbincangan menyebutkan over supply minyak yang terjadi saat ini akibat dampak dari tingginya produksi minyak di Amerika sejak beberapa tahun lalu, serta faktor geopolitik lainnya seperti masuknya minyak irak ke pasar. Selain melemahnya perekonomian di beberapa negara juga memicu menurunnya harga minyak.
Agus Cahyono menjelaskan saat ini pihak ESDM dan Kementrian Keuangan sedang berhitung harga minyak untuk pengajuan APBNP. Agus juga menambahkan dirinya cukup optimis target produksi minyak dapat terpenuhi, meskipun rendahnya harga minyak membuat beberapa KKS skala kecil sudah mengurangi operasinya.
Sumber: Berita Satu
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God