Bulan November seorang Analis dari Goldman Sachs mengatakan bahwa di tahun 2016 ini harga minyak akan bergerak mendekati level $20 / barrel, ketika harga OIL masih berada di kisaran $45 (pada saat itu sudah dianggap sebagai level $45 yang luar biasa rendah), karena itu tidak heran hampir tidak banyak yang pecaya OIL bisa turun serendah itu.
Namun tidak sampai 3 bulan setelah analisa tersebut dirilis harga OLI berhasil menembus level psikologis di $30 hari Jumat kemarin membuat banyak yang beranggapan bahwa OIL di $20 hanya tinggal menunggu saja.
Lalu bagaimana preidiksi harga OIL dalam jangka pendek ?!
Meskipun secara Psikologi jika level $30 per barrel berhasil ditembus, maka target selanjutnya ada di $20 namun penurunan dari $30 sampai $20 adalah koreksi sebesar 33%, dan menurut pandangan kami penurunan sedalam itu hampir mustahil terjadi. Salah satu alasan mengapa penurunan sampai ke level $20 hampir mustahil terjadi karena seperti kita ketahui karena penyebab kejatuhan harga minyak setahun terakhir ini adalah terus meningkatnya supply dan melambatnya permintaan. Namun di dengan semakin rendahnya harga minyak dunia maka masalah tersebut pun lama kelamaan akan selesai dengan sendirinya.
Menurut laporan saat ini Arab Saudi adalah satu-satunya negara yang memiliki biaya produksi di bawah $20 per barrel, sebagain besar produsen memiliki biaya produksi di atas $20 bahkan di atas $30 per barrel. Artinya supply minyak akan dengan sendirinya turun karena mayoritas produsen akan menghentikan produksinya jika harga jualnya sudah di bawah harga produksi.
Jadi secara fundamental sangat-sangat sulit harga minyak dunia bisa berada di bawah $25. Kepanikan memang bisa membuat harga turun di luar kewajaran namun meskipun hal itu terjadi kemungkinan tidak akan berlangsung lama. Jadi jika sekarang harga OIL di $29 maka bisa dibilang harga OIL sudah semakin dekat dengan level terendahnya.
Jika dilihat grafik penurunan harga OIL beberapa bulan terakhir selain terlihat bahwa trend penurunan harga saat OIL sangat kuat, namun kita juga mendapati bahwa harga oil memiliki kecenderungan mengalami rebound cukup besar setelah berhasil menembus level psikologis seperti di $40 dan $35, kami percaya ada potensi besar harga OIL akan kembali mengalami rebound besar minggu ini, setelah hari Jumat kemarin juga menembus level psikologis di $30.
Namun jika harga oil benar-benar rebound minggu ini kami menganggap kenaikan tersebut bukanlah sesuatu yang baik untuk jangka menengah, karena jika OIL kembali naik maka harganya akan kembali menjauh dari target terendahnya di $25 dan jika melihat trend bearish yang terjadi maka besar kemungkinan kenaikan tersebut hanyalah kenaikan jangka pendek. Pada akhirnya kemungkinan besar harga akan oil kembali lagi ke bawah $30.
Jadi kesimpulannya semakin cepat harga OIL turun, akan semakin baik, rebound jangka pendek hanya akan membuat krisis yang terjadi menjadi lebih lama lagi.
Namun kenaikan harga oil dalam jangka pendek bisa membuka peluang trading dalam jangka pendek di saham-saham komoditas yang harganya dalam beberapa minggu terakhir terus tertekan penurunan harga minyak dunia.
Dalam grafik di atas kami menampilkan Indeks CTS COAL3, yaitu indeks yang terdiri dari 3 saham batubara paling liquid ADRO,PTBA dan ITMG, dalam grafik di atas terlihat bahwa total market cap ketiga saham ini sudah turun hampir 10% di tahun ini saja, penurunan tajam ini membuat peluang rebound jangka pendek menjadi besar jika harga OIL naik sesuai prediksi kami di atas.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market