Wakil Presiden Jusuf Kalla kembali mengeluarkan pernyataan menghebohkan kemarin, beliau mengatakan bahwa Pasar Saham di Indonesia 70% nya dikuasai oleh Investor Asing, karena itu beliau berpendapat aksi buyback yang diinstruksikan kementreian BUMN tidak akan ada gunanya karena tidak akan sanggup menahan aksi jual Investor Asing terus terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
Pernyataan bahwa Investor Asing menguasai pasar modal kita memang bukanlah pernyataan yang baru, bahkan buktinya dapat kita lihat sendiri dimana pergerakan IHSG selalu mengikuti pergerakan aliran dana asing di bursa. Ketika dana asing keluar dari bursa, IHSG cenderung akan turun, sementara ketika dana asing masuk IHSG cenderung akan naik.
Namun ini adalah pertama kalinya pernyataan tersebut dikeluarkan oleh pejabat setingkat Wakil Presiden. Sebagai pakar Foreign Flow di Indonesia kami akan mengupas lebih lanjut mengenai pernyataan Wakil Presiden tersebut, apakah pernyataan tersebut didukung oleh fakta, atau hanya ‘ceplas-ceplos’ biasa ala Jusuf Kalla.
Pernyataan Wapres bahwa “Pasar Saham kita 70% Asing” bisa dimengerti dari dua sudut pandang:
PENDEKATAN TRANSAKSI HARIAN
Sudut pandang pertama adalah melalui pendekatan transaksi harian, yang berarti 70% dari transaksi saham yang terjadi di bursa kita dilakukan oleh Investor Asing. Jika melihat dari sudut pandang tersebut pernyataan Wakil Presiden itu tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
Seperti dapat kita lihat dalam grafik di atas Indicator IHSG Foreign Participation dalam system kami, menunjukan rata-rata partisipasi investor asing dalam di bursa kita hanya berada di kisaran 36%-39% dalam 4 tahun terakhir. Artinya transaksi di bursa saham Indonesia umumnya dilakukan oleh investor lokal, dengan persentasi lebih dari 60%.
Namun meskipun demikian kekuatan Investor Asing selalu terlihat lebih kuat dalam pergerakan harga harian karena investor asing bergerak terintegrasi satu dengan yang lain, berbeda dengan investor domestic yang umumnyA bergerak sendiri-sendiri. Kekuatan investor asing juga terlihat jelas dari korelasi pergerakan IHSG terhadap aliran dana asing seperti yang terlihat pada grafik di atas.
PENDEKATAN KEPEMILIKAN SAHAM
Selain dari pendekatan transaksi, pernyataan Jusuf Kalla juga bisa dipahami dari sudut pandang kepemilikan saham. Karena besarnya transaksi tidak secara otomatis menjelaskan komposisi kepemilikan suatu saham. Untuk menganalisa kompisisi kepemilikan tersebut system kami juga terintegrasi dengan data Kustodian dari KSEI. Dari data yang dirilis KSEI akhir bulan Agustus lalu tercatat komposisi kepemilikan asing di bursa kita senilai 62.8% dari total valuasi saham di bursa kita.
Hal ini lebih menggambarkan bahwa investor asing memang menguasai Pasar Modal Indonesia, selain itu dalam grafik di atas kita juga dapat melihat grafik kepemilikan investor asing terus turun sejak IHSG berada di puncaknya pada akhir bulan Maret 2015. Dalam periode tersebut tercatat kepimilikan asing turun DARI 64.5% ke 62.8%. Aksi jual sebesar 1.7% ini berdampak pada penurunan IHSG dari 5.500 ke level 4.500, dan outflow investor asing dari bursa sebesar 24 Triliyun dalam periode tersebut.
Data KSEI bulan Agustus lalu juga mencatakan adanya peningkatan persentasi kepemilikan Investor Local Individual dari 5.63% di akhir bulan Maret 2015 ke 5.97% di akhir bulan Agustus 2015, artinya investor ritel domestic menjadi salah satu pihak yang ‘menampung’ aksi jual investor asing tersebut.
Jika kita menggunakan rasio yang sama dengan jumlah outflow investor asing, maka jumlah dana investor lokal individual yang masuk ke bursa dalam periode April – Agustus 2015 senilai 4.8 Triliyun. Sesuatu yang ironis karena jumlah dana sebesar itu justru masuk ketika IHSG mengalami kejatuhan terbesarnya dalam 6 tahun terakhir.
Kembali ke pernyataan Jusuf Kalla di atas, jadi meskipun angka 70% tidak akurat, namun inti dari perkataan wakil presiden tersebut bahwa Pasar Modal Indonesia dikuasai oleh Asing adalah benar adanya. Jika aksi jual 1.7% saja dapat membuat IHSG turun dari 5.500 ke 4.500 dan outflow sebesar 24 Triliyun, maka seberapa besarpun dana yang dikeluarkan BUMN untuk melakukan buyback saham tidak akan cukup untuk menahan kejatuhan bursa kita jika Investor Asing terus melakukan aksi jual di bursa kita.
Aksi buyback kemungkinan hanya akan sanggup menahan penurunan indeks untuk beberapa waktu saja, alokasi dana buyback sebaiknya dikembalikan untuk pelaksanaan project infrastuktur dan project pembangunan yang dicanangkan pemerintah, dan biarkan asing melihat hasilnya dan kembali ke pasar modal kita.
Informasi mengenai penawaran paket berlangganan CTS Foreign Flow System seperti yang digunakan di atas anda baca disini.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market
1 comment
Ulasan yang menarik Pak, kalau menurut Bapak, saat ini sentimen asing masih negatif dan berpotensi asing masih ingin lepas dari pasar modal kita atau kondisinya sudah mulai berbalik? Jika dilihat dari IHSG, IHSG masih tertahan diatas 4000.
Salam,
http://www.pemegangsaham.com/