Pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2015 kemungkinan bisa lebih rendah dibanding realisasi triwulan pertama yang hanya mencapai 4,7 persen, atau sangat jauh dari asumsi pemerintah maupun para ekonom.Demikian pandangan Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual, saat dihubungi di Jakarta, baru-baru ini.Menurut dia, pesimisme tersebut didasarkan pada sejumlah indikator yang ada, seperti masih rendahnya konsumsi masyarakat, begitu pula dengan penyerapan anggaran pemerintah.
Dari indikator konsumsi masyarakat, kata David, pada kuartal kedua terlihat lebih rendah, mulai dari penjualan kendaraan bermotor, ritel, maupun properti. Bahkan, dia menyebutkan, untuk sektor ritel terlihat tidak bergerak seperti sebelumnya, karena meski ada momen hari besar keagaamaan, konsumsi masyarakat tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya. “Saya agak pesimistis target pemerintah (pertumbuhan ekonomi kuartal kedua) di kisaran 4,8 hingga 5 persen bisa tercapai. Saya kira mirip kuartal pertama, malah sepertinya lebih rendah lagi. Karena kalau lihat leading indicator, kita lihat lebih rendah dari kuartal pertama, seperti penjualan motor, mobil, ritel, bahkan rumah anjlok,” kata David. David mengakui, memang terjadi peningkatan investasi pada kuartal kedua, juga ada dorongan neraca perdagangan yang surplus, namun tetap saja belanja pemerintah dan konsumai masyarakat belum menunjukkan perbaikan. Dengan demikian, tutur dia, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun ini harapannya hanya di kuartal ketiga dan keempat. “Harapannya belanja pemerintah maksimal pada semester kedua. Pemerintah pun sudah merevisi target pertumbuhan tahun ini 5,3-5,4 persen. Saya kira tidak mungkin juga (mencapai target). Paling sekitar 5,01 persen, mirip tahun lalu,” ujarnya. Senada dengan David, Kepala Ekonom PT Bank Woori Saudara Tbk, Rully Nova, menilai sangat mustahil pertumbuhan ekonomi kuartal kedua bisa mencapai angka lima persen. Sebab pendorong utama perekonomian belum menunjukkan perubahan cukup signifikan. Namun, kata dia, pada kuartal ketiga dan keempat ada harapan belanja pemerintah lebih baik dan mendorong pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun. “Pertumbuhan ekonomi kuartal kedua saya kira tidak bisa terlalu berharap banyak. Tidak akan jauh beda dengan kuartal pertama, karena hingga pertengahan tahun ini saja belanja pemerintah masih rendah. Jadi pertumbuhan ekonomi kuartal kedua ini tidak bisa lima persen,” ungkap Rully. (Fitriya/ef) (Sumber: IPOTNEWS) |
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market