Harga minyak turun cukup tajam sejak tingkat tertingginya pada Juni 2014 lalu. Perusahaan minyak mulai goyah keuangan. Tahun lalu, di Amerika Serikat (AS), ada 42 perusahaan pengeboran minyak didaftarkan bangkrut. Kondisi ini makin parah pada tahun ini.
Menurut sejumlah ahli, krisis minyak saat ini mirip dengan kondisi di 1986 lalu, di mana ada 27% perusahaan minyak yang tak sanggup membayar utang alias default.
Sementara di Desember lalu, ada 11% perusahaan minyak yang tak sanggup membayar utang alias berstatus default, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar 0,5% jumlahnya. Tahun depan, jumlahnya bisa naik dua kali lipat.
Tak heran, bank-bank besar di AS saat ini mulai mencadangkan uangnya untuk mengantisipasi ketidaksanggupan perusahaan minyak membayar utang-utangnya.
Untuk diketahui, perusahaan minyak meminjam banyak uang saat harga minyak berada di atas US$ 100/barel. Perusahaan ini yakin bisa membayar utangnya, bila minyak sudah didapat. Namun sekarang, harga minyak hanya sekitar US$ 30/barel. Pusinglah perusahaan minyak membayar utang-utangnya.
“Faktanya, tak ada yang membayangkan harga minyak akan jatuh di bawah US$ 100/barel seperti saat ini. Banyak orang membuang-buang uangnya karena berpikir harga minyak tidak akan turun,” kata Analis, Mike Lynch, dilansir dari CNN, Senin (25/1/2016).
Pada hari terakhir di 2015, Sift Energy – sebuah perusahaan migas asal Houston – menjadi perusahaan pengebor ke-42 yang didaftarkan bangkrut. Perusahaan tersebut kesulitan membayar utang senilai US$ 1 miliar, atau sekitar Rp 14 triliun. Karena pendapatannya jatuh 70% tahun lalu.
Banyak pihak menilai, saat ini ada perang minyak antara Arab Saudi dan AS. Arab merasa tersaingi oleh shale oil yang banyak diproduksi AS. Karena itu, Arab memacu produksinya dan menekan harga hingga murah. Sekarang tinggal adu kuat saja, siapa yang bisa bertahan dengan harga rendah seperti saat ini.
Tampaknya perusahaan AS yang akan keluar dari bisnis ini. Negara OPEC tidak punya banyak pemain kecil seperti di AS. Karena, di OPEC biasanya pemerintah yang mengontrol produksi minyak.
Sumber: detik.com
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market