Emiten sektor properti diprediksi memasuki pemulihan tahun ini setelah melambat sepanjang tahun ini. Penjualan unit properti (marketing sales) diproyeksikan tumbuh 5% menjadi Rp 33,17 triliun tahun 2016, dibandingkan perkiraan tahun lalu sebesar Rp 31,5 triliun dan realisasi 2014 mencapai Rp 31,71 triliun.
Ekspektasi marketing sales tersebut dihitung dari lima emiten besar di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Alam Sutera Tbk (ASRI), PT Ciputra Surya Tbk (CTRA), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Intiland Development Tbk (DILD).
Analis RHB OSK Securities Lydia Suwandi mengatakan, sektor properti tetap menggiurkan didukung fakta bahwa kekurangan ketersediaan perumahan di dalam negeri. Solusi pemerintah menggelontorkan dana subsidi perumahan nampaknya belum bisa menjadi solusi mengatasi backlog akibat terkendala ketersediaan lahan dan infrastruktur.
“Kami memperkirakan kekurangan hunian tidak terselesaikan dalam jangka pendek. Selain itu, penetrasi kredit perumahan masih di bawah target sesuai dengan besarnya jumlah penduduk berusia produktif. Hal ini membuat sektor properti tetap menjanjikan dalam beberapa tahun mendatang,” tulisnya dalam riset yang diterbitkan di Jakarta, belum lama ini.
Secara ekonomi, dia menjelaskan, Indonesia diawali dengan outlook perekonomian lebih baik. Hal ini ditunjukkan atas peningkatan daya beli masyarakat, seiring penurunan harga minyak. Terbukanya kemungkinan peringkat Indonesia dinaikkan bisa menjadi sentimen positif terhadap investasi.
Selain itu, dia menjelaskan, reformasi sektor ekonomi yang digulirkan pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla diharapkan mulai menggeliat tahun ini. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, investasi, dan belanja pemerintah cenderung meningkat, sehingga berpotensi dongkrak perekonomian nasional tahun ini. Diproyeksikan produk domestik bruto (GDP) naik sekitar 5,1% tahun ini dan tingat suku bunga kemungkinan diturunkan menjadi 7%.
Selain faktor ekonomi, dia menjelaskan, beberapa pengembang yang memiliki proyek properti di luar Jawa masih tetap menarik, yakni Makassar, Manado, dan Samarinda. Pengembang yang memiliki proyek di berbagai kota itu tentu akan diuntungkan. Sedangkan kota dengan ekspektasi peningkatan permintaan properti terjadi di Surabaya. Kota ini diharapkan mengalahkan tingkat permintaan properti di Jakarta. “Meski demikian, kami memperkirakan harga jual lahan di kota Jakarta dan kota penyangganya akan meningkat di atas rata-rata. Kenaikan didukung atas pengembangan LRT dan tol baru,” terangnya.
Sumber: Berita Satu
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market