Kenaikan Audience Share SCMA
Pagi ini muncul data Audience Share atau pangsa pasar penonton Media TV dari Nielsen untuk bulan Juli 2017. Dari grafik di bawah, terlihat bahwa Audience Share SCMA (warna magenta) terlihat menguat setelah dua bulan berturut – turut turun. Namun sejak awal 2017, Audience Share SCMA terlihat meningkat yang disebabkan oleh diakuisisinya Sinemart oleh SCMA. Pindahnya Sinemart yang sebelumnya berada di RCTI (grup MNCN) membuat Audience Share MNCN terus turun dari sejak Jul’16. Dengan demikian, Audience Share SCMA dalam tren meningkat yang terutama disebabkan oleh Sinemart. Penurunan Audience Share mulai dari di Apr’17 disebabkan adanya berita tuntutan hukum dari MNCN terhadap Sinemart.
SCMA sejak awal 2017 berhasil naik dari level Rp2,900 menuju Rp3,100 di Mar’17 sebelum turun kembali menuju Rp2,200 di akhir Jul’17. Tentu saham SCMA telah naik dari Rp2,200 di Nov’16 ketika berita akuisisi Sinemart oleh SCMA ramai diberitakan. Dengan kata lain, pasar sejak Rp2,200 di Nov’16 hingga Rp3,100 di Mar’17 dikarenakan harapan akan peningkatan Audience Share SCMA paska akuisisi Sinemart sedangkan penurunan dari Rp3,100 ke Rp2,200 saat ini disebabkan karena adanya tuntutan hukum terhadap Sinemart dan penurunan Audience Share.
Selling Climax di Rp2,200
Secara teknikal, dapat terlihat bahwa level Support di Rp2,200 (di Nov’16 dan Jul’17) merupakan Support yang sangat kuat. Dilihat dari Trading Value yang relatif tinggi ketika SCMA menyentuh Rp2,200 dapat dianggap bahwa SCMA mengalami Selling Climax di level tersebut. Adanya Selling Climax tersebut membuat saham SCMA sangat Oversold di area tersebut.
Berdasarkan valuasi sederhana (Price to Earning Trailing Twelve Month atau PE TTM atau PE dengan menggunakan Earning 12 bulan terakhir dari 2Q17), PE TTM SCMA di level Rp2,200 sebanyak 22x dan berada di -2SD dalam tiga tahun terakhir. -2SD sering kali digunakan untuk melihat kondisi Oversold dalam termin Analisis Fundamental.
Kinerja 2Q17 dan 1H17
Laba bersih SCMA di 1H17 atau 6M17 mencapai Rp839 miliar, relatif sama dengan 1H16. Namun kinerja 2Q17 SCMA pun terlihat membaik dengan pendapatan yang naik sebesar Rp1.41 triliun yang mana naik 40% QoQ dan 11% YoY sehingga laba bersih tercatat sebesar Rp538 miliar, naik 79% QoQ dan 13% YoY. Ada terlihat momentum kenaikan pendapatan dan laba bersih di 2Q17 yang berpotensi terus berlanjut sampai 3Q17 dan 4Q17. Marjin keuntungan SCMA pun terus meningkat sehingga menunjukkan profitabilitas yang meningkat.
Kesimpulan
SCMA di level Rp2,400 masih dapat dianggap murah. Dari -2SD dari PE TTM, SCMA berpotensi naik sampai -1SD PE TTM yaitu di Rp2,600an. Bahkan bila SCMA diasumsikan akan kembali ke PE rata – rata selama tiga tahun yaitu di 30.5, maka target SCMA wajar di Rp2,800an.
Level harga SCMA di Rp2,600 adalah Support penting sejak 2017 sebelum terjadi Breakdown di Jul’17 dan level Rp2,600 menjadi Resistance. Level Rp2,800 adalah level Lower Peak di bulan Jun’17 yang membuat SCMA berada dalam Downtrend jangka pendek sejak Mei’17 (dari level Rp3,000an).
Kontributor : MM Dandytra CFTe
Berpangalaman kerja di pasar modal sejak tahun 2009. Penulis pernah menjadi Equity Sales di sekuritas BUMN sembari menyelesaikan program S1 Akuntansi. Memiliki pengalaman luas sebagai Analis Teknikal di beberapa sekuritas lokal.
Penulis memegang gelar Certified Financial Technican (CFTe) sejak 2011 dan mendapatkan penghargaan internasional, Bronwen Wood Award, sebagai peserta dengan nilai tertinggi pada ujian esai CFTe.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market