Di awal perdagangan kemarin para pelaku pasar dalam negeri dikagetkan dengan kejatuhan saham INDF dan ICBP, dimana secara tiba-tiba aksi jual asing di masa pre-opening membuat kedua saham group Indofood tersebut dibuka dalam posisi gap down. Otomatis kedua saham ini menjadi pusat perhatian dan pembahasan para investor ritel di forum-forum saham, bahkan para komentator saham pun tidak mau ketinggalan, dalam waktu singkat mereka menghubungkan kejatuhan saham INDF ini dengan rencana akusisi Pinehill yang diumumkan oleh INDF sebelumnya.
Bagi para pelaku pasar yang sudah berpengalaman tentunya sudah tahu, kalau berita tersebut hanya dihubung-hubungkan saja dengan kejatuhan harga INDF kemarin. Di Channel telegram kami kemarin pagi jam 10.12 am kami menjelaskan :
Para komentator saham menghubungkan penurunan INDF dan ICBP dengan berita rencana akuisisi Pinehill. Katanya kalau akusisi jadi dilaksanakan akan berpotensi menurunkan profit tahun ini. Masuk akal memang.
Tapi perlu kita ketahui alasan itu disampaikan oleh para komentator saham setelah kedua saham ini diputuskan untuk dibanting asing pagi ini.
Kalau strategi asing pagi ini adalah memborong saham INDF dan ICBP sehingga harga kedua saham ini terbang, maka para analis akan mengatakan akusisi Pinehill berpotensi meningkatkan profit di tahun-tahun yang akan datang. Masuk akal juga khan?
Intinya yang mengatur pergerakan harga kedua saham ini tetap investor asing, para analis tugasnya hanyalah mengomentari saja…
Perdagangan kemarin memang mengajarkan kepada kita bawah jika investor asing menginginkan, sangat mudah bagi mereka untuk menjatuhkan harga saham-saham bluechip di bursa kita. Kemarin saham INDF dan ICBP yang medapat giliran menjadi korban bantingan investor asing. Aksi jual asing di INDF bahkan mencetak record penjualan terbesarnya dalam 1 tahun terakhir.
Sebagai pemiliki 64% dari saham INDF yang beredar, investor asing memang punya kebebasan penuh untuk membanting harga INDF kapan pun mereka mau.
Apakah benar saham INDF jatuh karena BANDAR sudah keluar di harga atas ?!
Salah seorang investor memberikan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan di atas kepada kami kemarin, katanya ada seorang pakar saham yang mengklaim sudah mendeteksi kalau Bandar sudah keluar duluan di harga atas, sebelum harga INDF jatuh kemarin.
Well kita tahu semakin hari investor ritel sudah semakin pintar dan semakin sadar akan realita kalau harga saham diatur oleh Bandar dan tidak percaya lagi dengan analisa technical, karena tahu grafik harga tersebut dikendalikan oleh Bandar.
Itu sebabnya ada banyak pakar analisa candlestick mencoba untuk re-branding product mereka, dan mereka tidak lagi menyebut analisa candlesticknya sebagai analisa technical, namun sekarang disebut analisa Bandarmologi. Padahal yang dianalisa tetap candlestick yang sama, dan mereka sama sekali tidak menganalisa pergerakan Bandar, atau aksi jual beli Bandar, hanya fokus memperhatikan bentuk-bentuk candlestick saja.
Statement Bandar sudah keluar di harga atas, makanya harganya INDF jatuh kemungkinan juga disampaikan oleh analis yang banting setir tersebut, karena dari statementnya saja sudah jelas kalau analisnya tidak paham tentang dasar-dasar analisa Bandarmologi.
Karena jika paham dasar dari analisa Bandarmologi, analisnya harusnya tahu kalau Bandar (dalam kasus saham ini Investor Asing) adalah supir yang menyetir pergerakan harga saham, dan kalau tidak ada supir yang menjatuhkan harga INDF hari ini, tidak mungkin harga sahamnya jatuh dengan sendirinya kemarin. Kita menyaksikan sendiri dengan jelas kalau inveetor asing membanting saham ini sejak awal perdagangan kemarin. Jadi sangatlah lucu kalau dikatakan kalau Bandarnya sudah keluar di harga atas sebelum harganya turun, karena merekalah yang menurunkan harga INDF, jadi sudah jelas mereka masih ada di saham ini.
Bahkan kalau kita melihat data KSEI di akhir bulan Januari 2020 pun, kepemilikan asing di saham INDF masih di kisaran 64%, jadi meskipun asing terus jualan sepanjang bulan Februari ini, paling banyak kepemilikan asing hanya turun 1% sepanjang bulan ini. Jadi jelas-jelas Bandarnya belum keluar, dan masih ada di INDF, mereka hanya sendang lagi jualan sebagian saham miliknya saja.
Dalam grafik Foreign Flow di samping pun sudah terlihat jelas kalau memang sejak bulan Januari investor asing terus jualan di saham INDF. Yang membedakan penjualan kemarin dengan penjualan hari-hari sebelumnya adalah, penjualan kemarin dilakukan secara kasar, dan besar-besaran sehingga membuat harga INDF terjun bebas kemarin.
Namun hanya karena Investor Asing bisa menaik-turunkan harga INDF dengan mudah, bukan berarti mereka bisa mendapat keuntungan dengan sama mudahnya, karena untuk memperoleh keuntungan investor asing harus menjual saham yang mereka beli sebelumnya, di atas harga modalnya.
Dan tentunya dengan membanting harga secara kasar seperti dijelaskan di atas, justru akan membuat investor lokal menjadi takut untuk membeli, dan kalau investor lokal dalam kondisi takut, akan lebih sulit untuk mereka melanjutkan aksi jualnya.
Karena aksi jual asing idealnya dilakukan secara perlahan, dan kalau bisa disertai rumor-rumor positif, supaya investor lokal pun semangat membeli saham yang dijual asing, karena mengira harga saham yang mereka beli akan segera naik.
Jadi sebenarnya apa yang dilakukan investor asing kemarin justru akan menyulitkan mereka sendiri, kalau tujuan mereka jualan adalah profit taking. Namun memang terkadang ada alasan-alasan lain yang membuat investor asing melakukan tindakan extreme seperti yang mereka lakukan di INDF kemarin.
Mungkin ada sesuatu yang buruk terjadi di perusahaannya yang membuat mereka merasa jauh lebih baik mereka jualan dulu sekarang, dan nanti ketika harga sudah turun, berita negatifnya akan disebar ke publik, dan akan membuat investor lokal semakin panik, dan mereka bisa buyback di harga lebih murah.
Namun satu hal yang bisa menjadi pegangan kita, yang ingin mencari kesempatan di balik kejatuhan saham ini, apa pun aksi yang dilakukan oleh investor asing, sedalam apa pun mereka mau membanting saham ini, tetap saja kepemilikan mereka di saham ini masih lebih dari 60%, dan untuk menjual saham sebanyak itu ke Investor Lokal tidak cukup waktu 1-2 tahun.
Jadi pada akhirnya Investor Asing tetap punya kepentingan besar untuk menjaga harga saham ini dalam jangka panjang, jadi meskipun saat ini harga saham INDF sedang mereka banting, kalaupun memang ada berita buruk yang akan dirilis dalam beberapa hari kedepan, tetap saja nantinya asing akan kembali mem-buyback saham ini, dan kembali mengerek naik harga saham ini, karena pada akhirnya kalaupun mereka mau terus jualan, harga sahamnya tidak bisa terus dibiarkan jatuh seperti saat ini.
Karena seperti dikatakan di atas, investor lokal senang membeli saham yang mereka percaya akan segera naik harganya, jadi kalau asing mau jualan ke lokal, mereka harus berhasil membuat investor lokal percaya kalau harga INDF akan segera naik.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
5 comments
Sang pencerah di saat market gonjang ganjing,terima kasih Pak Argha atas pencerahan nya…semoga selalu dalam lindungan Tuhan.
terus baiknya gimana pak..apakah kita beli sedikit atau dibiarkan kondisi ni..?
Terima kasih
Jadi intinya:
1. harga turun bukan karena bandar udh jualan poll
2. bandar msh punya bnyk posisi di saham ini
3. gak tau juga kenapa harga turun drastis
4. karena point (2) jadi suatu saat bandar akan kerek juga harganya lagi
Pertanyaan saya terkait dengan judul artikelnya :” SETELAH DIBUANG ASING, BAGAIMANA NASIB INDF SELANJUTNYA ?!”
jawabannya oppo mas?? saya asumsikan di point ke 5 saja.
Artikelnya sangat muter2, penulisan tidak teratur membingungkan pembaca (mungkin disengaja, mungking juga tidak).
semoga bisa diperbaiki. Tapi apapun itu terima kasih atas informasinya
Hati-hati dengan asumsi bahwa asing hanya satu orang/ institusi tunggal, asing pasti untung.
Faktanya:
1. Asing ada banyak pihak
2. Asing pun sama bisa untung bisa rugi. Contoh asing beneran rugi seperti di saham AISA dan PGAS
3. Asing nominee, alias asiong atau aseng.
Jadi kita lokal pun bisa sama seperti perilaku asing, beli atau jual sesuka kita dalam suatu saham dengan time frame tertentu.
Kenapa dimark down sehari menjelang RUPS ya pak? Dan di media gak nemu liputan RUPS INDF