Jika dilihat dari sudut pandang popularitas Lo Kheng Hong bisa dikatakan investor paling terkenal di bursa saham Indonesia, dan mendapat julukan Warren Buffett-nya Indonesia. Sosok Lo Kheng Hong (LKH) memang adalah sosok yang unik dan pantas dikagumi.
Saya pribadi pernah beberapa kali bertemu beliau, bahkan kami pernah sama-sama menjadi nara sumber di satu seminar, dimana beliau menjelaskan mengenai Analisa Fundamental, dan saya menjelaskan mengenai Analisa Bandarmologi.
Sebenarnya Lo Kheng Hong bukan satu-satunya investor kaya di Indonesia. Ada puluhan orang yang bahkan lebih kaya dari beliau, namun orang-orang tersebut umumnya menutupi dirinya, supaya tidak dikenal publik. Itulah bedanya sosok LKH dengan investor-investor sukses lainnya, beliau tidak keberatan dirinya di expose media, dan tidak malu malu menunjukan kesuksesanya, ke publik, demi mendapatkan popularitas. Karena sosok LKH adalah sosok yang sangat tergerak untuk meng-edukasi para investor, dan beliau tentunya tahu tanpa popularitas beliau tidak bisa mempengaruhi dan mengedukasi para investor-investor lainnya. Merubah mind-set para investor ritel yang selama ini salah, dan berpotensi mendatangkan kerugian bagi investor tersebut.
Namun di balik sosok yang bersahaja dan penuh karisma tersebut banyak pihak yang juga mempertanyakan mengenai kunci kesuksesan beliau di bursa saham, saya sering ditanya mengenai siapakah sosok Lo Kheng Hong yang sebanarnya . Apakah beliau seoarang Bandar Saham, sama seperti Thanos, atau beliau adalah investor ritel seperti kita-kita ?!
Well jujur meskipun sudah beberapa kali bertemu beliau saya belum memiliki keberanian untuk menanyakan secara langsung kepada beliau : “Apakah Bapak LKH itu BANDAR atau Ritel ? “
Namun saya banyak mendengar pengalaman-pengalaman beliau dalam trading, tips-tips yang beliau berikan. Dan mendengar cerita-cerita beliau tersebut saya 90% yakin kalau beliau tidak berprofesi sebagai Bandar, sama seperti saya LKH adalah investor ritel juga, hanya beda di modal saja, modal beliau puluhan bahkan mungkin ratusan kali lebih banyak dari kita-kita. Namun terlepas dari modal yang begitu besar, beliau tidak mengatur pergerakan harga saham-saham yang dimilikinya, seperti layaknya bandar-bandar saham lainnya.
Karena pada akhirnya itulah perbedaan utama antara Bandar dan Ritel, Bandar adalah orang, atau sekumpulan orang yang mengatur pergerakan harga saham, kita tahu setiap hari saham bergerak naik atau turun, dan pergerakan harga itulah yang diatur oleh Bandar saham tersebut.
Sementara kita investor ritel tidak mengatur pergerakan harga, itu sebabnya di kalangan investor ritel sering sekali muncul pertanyaan-pertanyaan seperti : “Kapan saham A naik? Atau kenapa saham B terus turun ? “
Karena memang investor ritel tidak memiliki kemampuan untuk mengatur pergerakan harga saham, jadi kita hanya bisa berharap atau menebak-nebak kemana harga saham yang kita miliki akan bergerak, tetapi tetap Bandarlah yang memutuskan.
Itu sebabnya setiap saham yang dimiliki banyak investor ritel (contoh BUMI, BEKS, POSA) , harganya akan turun dan terus turun, karena semakin banyak kepemilikan investor ritel, juga berarti semakin sedikit kepemilikan Bandar, dan kalau Bandar punya sedikit saham, maka bandar tidak memiliki kepentingan menaikan harga saham tersebut. Dan kalau Bandar tidak mau menaikan harga, jelas harga saham tersebut tidak bisa naik.
Jika memahami prinsip dasar Bandarmologi tersebut kita bisa paham kalau Lo Kheng Hong jelas bukanlah seorang Bandar yang mengendalikan harga saham.
Salah satu contoh yang sangat populer adalah Kisah Sukses Lo Kheng Hong memperoleh keuntungan di saham BUMI, dimana pada tahun 2012 lalu dalam beberapa kesempatan LKH mengatakan beliau sedang membeli saham BUMI, dan pada saat itu harga saham BUMI ada di 1000an, pada saat it harga BUMI sudah turun dari 3000an ke 1000an di tahun tersebut, itu sebabnya sebagai Value Investor beliau melihat penurunan harga tersebut adalah sebuah kesempatan. Beliau menganggap BUMI sudah SALAH HARGA. Itu sebabnya beliau bukan hanya membeli saham tersebut, tapi juga menyarankan banyak investor ritel lainnya untuk membeli saham tersebut, di berbagai kesempatan dan seminar-seminar saham selama beberapa tahun.
Namun kembali lagi Lo Kheng Hong bukanlah Bandar saham BUMI yang bisa mengatur kemana harga saham BUMI sesuai dengan keinginannya, jadi meskipun beliau menganggap BUMI sudah salah harga, namun bandar saham BUMI punya kebebasan penuh membuat harga sahamnya lebih salah lagi. Dan sejarah membuktikan di tahun 2012 tersebut harga saham BUMI sempat diturunkan BANDAR dari 1000 sampai ke 500an. Dan meskipun sempat rebound menjelang akhir tahun, harga saham BUMI di tahun 2013 kembali diturunkan oleh Bandar BUMI, dari 800an, ke 700an, lalu ke 500an dan di akhir tahun sudah di level 300an.
Meskipun harga sahamnya sudah turun begitu dalam, Bandar masih memilih untuk terus menurunkan harga saham BUMI lebih dalam lagi di tahun 2014, dari 300 turun ke 200an, dan sempat cukup lama stabil di 200an, sampai akhirnya diturunkan lagi ke 50.
Jadi meskipun LKH dianggap sebagai tokoh Value Investing di Indonesia, dan dianggap paling hebat mencari saham yang salah harga, namun dia bisa begitu salah dalam menebak pergerakan harga BUMI. Dari kasus ini kita bisa mengambil pelajaran, kalau harga yang salah bisa terus semakin salah bahkan sampai beberapa tahun setelahnya. Karena salah atau benar hanyalah persepsi setiap investor ritel, sementara harga saham dikendalikan oleh Bandar.
Lalu kalau Bapak Lo Kheng Hong hanyalah seorang Investor Ritel dan bukan Bandar yang bisa mengatur pergerakan harga BUMI, lalu bagaimana beli cara beliau memperloleh keuntungan di saham BUMI, dan banyak saham lainnya, sehingga saat ini beliau bahkan bisa dikatakan lebih kaya dari banyak bandar-bandar saham di Indonesia ?
Jawabannya sebenarnya sederhana, kehebatan LKH bukanlah menganalisa, karena beliau adalah investor, bukan analis. Kehebatan beliau adalah ketahanan mental, dan modal yang tidak pernah habis.
Jadi meskipun beliau kemungkinan mulai membeli BUMI di harga 1.000, namun pembelian beliau tidak berhenti di situ, semakin harganya turun, beliau terus beli,mungkin di 700an pun beliau membeli lebih banyak lagi dari sebelumnya karena kalau di 1000 saja sudah salah, berarti di 700 lebih salah lagi. Tidak berhenti di situ ketika di 500 juga membeli lebih banyak lagi, begitu terus sampai 200an, bahkan ketika saham BUMI parkir di 50 selama lebih dari 1 tahun juga beliau kemungkinan terus melakukan pembelian lebih banyak lagi di pasar nego di bawah harga 50.
Modal yang tidak habis-habis tersebutlah yang sebenarnya menjadi kunci keberhasilan LKH, bukan kemampuan analisanya, itu juga yang menjadi alasan mengapa banyak investor yang membeli saham yang sama dengan beliau, atau mempelajari Ilmu Value Investing yang sama, namun justru malah NYANGKUT PARAH. Karena mereka tidak memiliki modal yang terbatas, tidak seperti LKH yang bisa terus Average Down meskipun harga terus turun selama berhatahun-tahun.
Jadi bayangkan jika anda berada di posisinya Bandar BUMI, kita tahu salah satu strategi yang biasa digunakan oleh Bandar untuk mengusir investor ritel (yang mencoba mencari keuntungan di saham yang mereka kendalikan) adalah dengan menjatuhkan harga saham tersebut, lalu menunggu ritel cut loss, baru menaikan harganya kembali.
Namun strategi tersebut tidak mempan diberlakukan pada LKH, meskipun harga BUMI sudah diturunkan dari 1000 ke level paling rendah di 50, namun LKH bukannya takut atau cut loss malah membeli dalam jumlah lebih, semakin murah harganya, semakin banyak di beli.
Bukan cuma itu salah satu KEKUATAN BANDAR lainnya adalah mengetes kesabaran investor ritel, dengan cara membiarkan harga sahamnya tidur atau di suspend selama ber-bulan-bulan bahkan bertahun-tahun, karena umumnya hal tersebut akan sangat menyiksa investor ritel, dan akhirnya akan cut loss.
Namun strategi tersebut juga tidak mempan untuk LKH, meskipun harga BUMI sudah parkir setahun lebih di 50, dan juga sudah sempat beberapa kali di suspend, beliau tetap bertahan dan dengan sabar menunggu. Kita tahu LKH bahkan berulang kali mengatakan beliau siap untuk menunggu selama 5-10 tahun sekalipun.
Bayangkan jika anda menjadi Bandar BUMI dan kedatangan Investor Ritel seperti LKH, kira-kira strategi apa lagi yang bisa anda lakukan untuk memaksa LKH untuk cutloss ?
Itulah sebenarnya Jurus Rahasia Lo Kheng Hong untuk mengalahkan BANDAR, bukan analisa yang membuat beliau sukses tetapi kekuatan mentalnya, kesabaran menunggu tanpa batas waktu, menuggu 5 tahun, 10 tahun, bahkan seumur hidup.
Selain itu juga kemampuan money management tentunya, kemampuan mereka mengatur modal untuk terus membeli, ketika harga saham yang dimilikinya terus turun harganya selama bertahun-tahun turun dari 1000 ke 50, kemampuan money management yang tentunya harus didukung oleh modal trading yang sepertinya tidak pernah habis.
Dan kita tahu setelah nyangkut selama 5 tahun di saham BUMI, seperti juga diberitakan di berbagai media di awal tahun 2017 lalu, investor yang mendapat julukan Warren Buffettnya Indonesia ini berhasil memperoleh keuntungan yang besar dari saham BUMI dengan menggunakan jurus rahasianya tersebut ketika saham BUMI sempat bangkit lagi ke harga 500.
Lo Kheng Hong memang tidak menggunakan Analisa Bandarmologi untuk mengikuti pergerakan Bandar, beliau memilih menggunakan Ilmu Kesabaran untuk mengalahkan Bandar, memang benar Bandar punya kekuatan menggatur pergerakan harga, mereka bisa menaikan atau menurunkan harga semau mereka. Namun kalau harga saham terus mereka turunkan, bagaimana mereka bisa cari untung ? Dan kalau ritelnya siap menunggu 10 tahun seperti LKH, apakah Bandar punya kesabaran lebih dari itu untuk menunggu ritel tersebut cut loss, baru kembali menaikan harganya ?
Dan pada akhirnya Bandar pun akan tetap berpegang pada ‘Teori Sendal Jepit’, dimana ketika kondisi perusahaan sudah membaik, mereka akan lebih berani untuk menaikan harga, karena yakin bisa memperoleh keuntungan dari ritel-ritel lainnya meskipun LKH tidak cut loss.
Dari kasus ini kita bisa banyak belajar, bahwa untuk sukses di market kita tidak harus selalu mengikuti pergerakan Bandar menggunakan Analisa Bandarmologi, kita juga bisa menang dengan melawan pergerakan Bandar seperti yang dilakukan Lo Kheng Hong.
Terutama jika anda dikaruniai kesabaran tanpa batas seperti beliau, dan tentunya dengan strategi money management yang baik, yang memungkinkan anda terus membeli dalam jumlah yang lebih besar meskipun harga sahamnya turun selama bertahun-tahun dan atau turun sampai 90% lebih seperti kasus saham BUMI ini.
Jika dikaitkan dengan kondisi aktual kita tahu dalam beberapa minggu terakhir terus memberitakan mengenai LKH yang sedang mengumpulkan beberapa saham batubara yang memang dalam beberapa bulan terakhir terus turun harganya karena Investor Asing yang merupakan Bandar saham-saham ini, terus melakukan aksi jual.
Jadi momentum ini tentunya merupakan kesempatan buat rekan-rekan yang memiliki modal besar, dan memiliki level kesabaran seperti yang dimiliki bapak Lo Kheng Hong, untuk terus mengumpulkan saham-saham di sector ini, selagi Bandarnya masih terus mendistribusi yang membuat harganya masih terus turun.
Kami sadar kami bukanlah trader yang ahli dalam value investing seperti bapak LKH, namun melihat kondisi saat ini kami cukup optimis kalau harga saham-saham batubara tidak akan terus turun sampai 5 tahun kedepan, atau harga saham-saham seperti PTBA, ADRO, ITMG, UNTR hampir mustahil turun sampai 90% dari level harga saat ini seperti yang dialami LKH di saham BUMI.
Pilihan tentunya ada di tangan anda..
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
27 comments
saya senang sekali dengan tulisan2 creative trader, sangat mengedukasi… workshopnya jgn mahal2 donk… ritel kecil seperti saya ini tidak mampu untuk bayar workshop berjuta2
Menarik
Jadi bisa disimpulkan kalau yang bisa melakukan strategi Value Investing hanya orang-orang yang duitnya nggak berseri kayak LKH ya, kalau kita-kita ritel paling cuma bisa ngandalin kesabaran, kalau nyangkut ya sabar se-sabar2nya…
Kalau kita yang masih ‘miskin’ sih mending fokus ikutin gerakan bandar aja, belum kodratnya untuk ngelawan bandar kaya LKH.
Sederhana aja, kalau mau menang dalam trading saham, kita harus bisa mengalahkan Bandar, dan kalau nggak punya uang untuk ngalahin bandar, kita kalahin dari sisi kesabarannya. Terima kasih untuk artikelnya Pak Argha
Sabarrr sampai delisting…..wkwkwkw
Hahaha.. gak usah delisting deh, BTEL aja udah sakit bro.. nauzubillah
LKH bukan sembarangan beli saham, Pak. belio tahu fundamental perusahaan bagus. harga diturunkan/digoreng berapa pun berani belio kejar ditambah mental sabar yang dimiliki.
Dengan sengaja mengatur pasar seperti para bandar ini sebenarnya melanggar hukum Ndak ya?
Sayang saya terlambat tahu kebenaran ini, pantesan selama ini saya pakai value investing malah nyangkut terus, sekarang modal saya sudah ke sangkut semua, dan sekarang kepaksa sabar menunggu, mudah2an gak lama lama banget…
Kapok ngelawan Bandar, kedepannya mending ngikutin bandar aja deh…
Untuk saya sendiri, dari beberapa usaha yang saya miliki, Usaha saham memberikan return yang paling Ok. asalkan kita punya ilmunya (kesabaran, psikology, money manageemnt, prospek perusahaan, valuasi perusahaan dan macro).
Alhamdulillah, saya sudah membuktikan dengan proses jatuh bangunnya diawalnya…
Sukses semuanya
Ngga melanggar hukum mungkin, tp dosa mudah2an 😁
Ritel dengan modal ratusan juta mau sok² an ikut value investing, modyaaarrrrr…
Ritel dengan modal ratusan juta mau sok² an ikut value investing, modyaaarrrrr… Hehe
Menurut saya kunci kesuksesan LKH dan metode value investing adalah: Harus mulai trading sejak dulu awal tahun 90an, ketika masih banyak saham-saham bagus yang harganya masih sangat murah. Sekarang saham-saham seperti itu sudah tidak ada lagi, cuma karena Lo Kheng Hong sudah kaya raya, sekarang dia bisa terus average down, meskipun harga saham yang dia beli terus turun selama bertahun-tahun.
Kita kita yang baru mulai di tahun 5 tahun kebelakang jangan harap bisa untung pakai metode yang sama, jaman sudah berubah. Bahkan Warren Buffet sekalipun sekarang kinerja dana kelolaannya biasa-biasa saja, karena jaman memang sudah berubah.
Pengguna Value Investing sekarang umumnya nyangkut di saham-saham gak jelas, yang valuasinya murah karena laporan keuangannya dimanipulasi Bandar. Karena kalau mau nunggu BCA turun ke 1000an, sampai tahun jebot juga nggak kejadian.
Setuju !!
Cerita LKH mirip cerita salah satu pengusaha property yang sekarang kaya raya karena beli banyak tanah di daerah Serpong di tahun 90an. Dan untung ribuan persen karena sekarang harga tanah di daerah situ tinggi banget.
Sekarang dia udah jadi Billionaire dia bisa cerita panjang lebar tentang pengalamannya dulu, kita-kita bisa denger, dan bisa belajar dari dia, tapi kalau tidak punya mesin waktu untuk bisa ikut beli di tahun 90an, semuanya gak guna.
Karena sekarang tanah di serpong sudah mahal, kalau berani beli silahkan, tapi jangan harap naiknya bisa naik ribuan persen lagi.
Cari dong saham yg valuasinya sudah murah dan fundamental bagus.
Setuju Djonny. Zaman berubah. Inflasi menggila. Itulah mengapa saham2 seperti UNVR BBCA selalu memiliki PE Ratio yang tinggi, dalam masa bearish sekalipun. Cara LKH dan WB hanyalah ctt sejarah manis.
Zaman millenial lebih cocok dengan cara CTS
Isi tulisan ini menurut saya hanya menyindir investor ritel yang tidak memiliki modal tanpa batas spt LKH. Ujung2nya adalah promosi supaya belajar ilmu bandarmologi kalau memang cuma punya modal pas2an. Hahaha… cerdik tapi ngeselin sih….
Nyesel nggak baca artikel ini dari dulu. Saya masuk bursa awal tahun 2018 karena denger kisah sukses Lo Kheng Hong, tujuan saya investasi, bukan trading. Saya sengaja beli semua saham yang dimiliki LKH, PTRO, MBSS, GJTL saya beli semua, buat investasi.
Dan sekarang hasilnya LUAR BIASA HANCUR, saya nyangkut di semua saham, sementara LKH masih senyum-senyum karena harga sahamnya tambah murah. Kalo tahun 2018 lalu saya masukin deposito, hasilnya jauh lebih bagus daripada investasi ikut Lo Kheng Hong.
Wah berarti murni cuma ngikuti langkah Pak LKH Sis?
Oh ya terima kasih buat penulis atas ilmunya..
Tetap kuncinya berarti kesabaran…
Tapi kalo situasi begini ya sulit juga sih buat sabar
Trading /investasi ibarat kita jalan jauh. Umpama kita mau menuju jakarta dari sumatera. Butuh ketahanan fisik dan rangsum yg cukup. Bpk LKH bawah motor tangki isi bensin bisa sampai jakarta. Kita retail bawak motor kecil tangki kecil. Belum sampai jakarta di pertengahan jalan di tengah hutan sdh di makan Harimau dulan
Setuju dengan LKH…
Saya mulai masuk ke saham 2018. Sebelumnya bermain forex.
Uang pesangon beberapa ember semua masuk ke saham.. dengan fasilitas limit 4x.
tapi over limit justru menghancurkan.. karena mau tidak mau setelah T+3 harus kita jual.. atau dipaksa dijual…
Bukannya tambah untung.. sekarang tambah buntung..
andai saya sempat punya modal lagi.. lebih baik jadi investor untuk saham yg fundamentalnya bagus…
Bukan gorengan..
Kalau menurut saya sih. Kalau mau terjun di saham. Uangnya harus uang tak di pakai. Jadi uangnya benar benar tak pernah di gunakan untuk ini itu. Dng begitu kita baru bisa menang. Dan barulah beli setelah harganya turun ke 50% dalam 6 bulan – 1 thn. Ya tentu yg fundamental bagus .kalau bisa LQ45 . Anggap saja tanam pohon mangga.
Strategi saya , boleh buy n hold saham2 utama yang dibeli pada harga discount , jangan saham abal2 yang fundamentalnya morat marit
Thanks ilmu yang sangat2 bermanfaat
Kl menurut saya sih…kl sudah punya modal tak terbatas…ngapain repot2 trading saham…nikmati saja hidup dan beribadah…manusia tidak akan ada puas nya…