Dua tahun lalu Jokowi Effect melanda seluruh Indonesia, seorang pria sederhana dari Solo berhasil meroket dari seorang pengusaha mebel menjadi RI Satu, hanya dalam waktu 10 tahun. Sebuah fenomena yang menarik perhatian di seluruh dunia.
Optimisme Indonesia Baru, bukan hanya melanda penduduk Indonesia, namun juga investor asing yang menyerbu pasar modal Indonesia, sejak awal tahun 2014 dana asing terus mengalir ke bursa kita dan puncaknya pada saat terpilihnya Jokowi dalam pilpres lalu, dimana inflow dana asing mencetak record tertingginya dalam sejarah dimana dalam 1 hari dana asing masuk sebesar 4.1 Triliyun ke bursa kita, hampir dua kali lipak dari record tertinggi sebelumnya.
Kita semua tahun kelanjutannya, tahun pertama pemerintahan Jokowi dilanda banyak masalah dari dalam dan luar negeri, dan investor asing pun secara perlahan tapi pasti memutuskan keluar lagi dari bursa kita, dan mendorong keruntuhan IHSG di pertengahan tahun lalu.
Tahun ini investor asing kembali masuk ke bursa kita, pada kuartal pertama didorong oleh membaiknya kinerja Ekonomi dalam negeri. Namun di kuartal kedua data-data di bawah expektasi kembali bermunculan membuat investor asing kembali memutuskan keluar dari bursa kita, membuat IHSG kembali dalam bahaya kejatuhan memasuki bulan Mei lalu.
Namun beberapa manuver politik yang terjadi di senayan membuat kekutan pemerintahan semakin kuat, dan diakhiri dengan terpilihnya Setya Novanto menjadi ketua Golkar membut optimisme Tax Amnesty semakin tumbuh dari hari ke hari, menariknya berbeda dengan Jokowi Effect yang justru merede ketika Jokowi sudah terpilih jadi Presiden, Tax Amnesty Effect terlihat terus berlansung meskipun RUU nya sudah disahkan oleh DPR.
Bahkan menariknya sampai perdagangan kemarin, 10 hari bursa pasca disahkannya RUU tersebut dana asing tercatat masuk selama 10 hari berturut-turut, dengan jumlah inflow yang mencengangkan yaitu 9.8 Triliyun dalam periode hanya 10 hari.
Jumlah inflow ini adalah jumlah inflow tertinggi sepanjang sejarah IHSG dan berhasil memecahkan record tertinggi sebelumnya yang terjadi 8 hari setelah pengumuman hasil pilpres 2014 lalu yang memenangkan Jokowi, pada saat itu Inflow dana asing selama 10 hari kebelakang sebesar 9.7 Triliyun.
Hal ini menunjukan meskipun tidak menjadi berita nasional sepanjang tahun seperti Jokowi Effect, namun Tax Amnesty Effect ternyata disambut dengan optimisme yang sama besarnya di mata investor Asing, dan melihat masuknya dana asing yang begitu besar karena sesuatu yang terjadi di dalam negeri maka kita pun bisa mempelajari bagaimana effect aliran dana asing ini terhadap pergerakan IHSG dalam beberapa bulan kedepan.
Untuk memprediksi pergerakan IHSG dalam beberapa bulan kedepan, mari kita pelajari bagaimana pergerakan IHSG dan aliran dana asing pasca kemenangan Jokowi 2 tahun yang lalu.
Jika memplajari pergerakan IHSG dan Foreign Flownya pada grafik di atas, kita bisa melihat bahwa pergerakan dana asing yang terjadi pasca kemenangan Jokowi cukup mirip dengan kondisi yang terjadi saat ini, dimana IHSG naik mencetak record tertingginya, dan didukung dengan kenaikan signifikan Foreign Flow IHSG (garis biru muda), pasca inflow besar-besaran kita melihat bahwa IHSG sempat mengalami konsilidasi dulu selama 1 minggu, namun terus disertai dengan kenaikan Foreign Flow IHSG, pasca masa konsolidasi IHSG terlihat terus beranjak naik selama lebih dari 1 bulan, disertai dengan inflow IHSG.
Setelah mencapai puncaknya di pertengahan bulan September 2014, dana asing terlihat mulai keluar dalam jumlah besar dari bursa, penurunan ini awalnya didorong oleh koreksi di bursa regional, namun setelah bursa regional pulih dan IHSG pun kembali naik dana asing justru terus keluar sepanjang bulan Oktober sampai Desember 2014. Di awal tahun 2015 dana asing terlihat kembali masuk ke bursa selama 2 bulan dan terus mengerek IHSG naik ke mencapai level tertingginya sepanjang sejarah, namun sejak bulan Oktober dana asing sudah kembali keluar, dan jika kita hitung sejak awal keluarnya dana asing bulan September sampai puncak IHSG di akhir bulan Februari kita melihat bahwa investor asing terus melakukan distribusi seiring dengan terus naiknya IHSG. Hal itu merupakan indikasi bahaya yang sangat besar dimana selama 6 bulan asing terus melakukan profit taking dan IHSG malah terus naik terbawa euforia.
Efek dari distribusi asing tersebut tentu masih kita ingat, dimulai di bulan April sampai akhir tahun 2015 lalu dIHSG mengalami kejatuhan dari 5.500 sampai ke 4.000 disertai dengan outflow tahunan terbesar sepanjang sejarah IHSG. Setelah IHSG jatuh barulah muncul berbagai berita yang menunjukan bahwa Indonesia masuk ke dalam masa krisis pelambatan Ekonomi pasca transisi pemeritahan.
Dari kejadian di tahun 2014 lalu ini ada beberapa point yang kita bisa ambil sebagai pelajaran :
Pertama : Selama Asing terus Masuk IHSG akan terus naik
Sepanjang tahun 2014 dana asing terus masuk, dan selama itu pula IHSG terus naik, terkadang IHSG memang mengalami koreksi jangka pendek, namun selama dana asing terus masuk, cepat atau lambat IHSG pun akan terus mencetak record tertingginya. Hal itu juga yang terjadi pasca kemenangan Jokowi, selama inflow terus terjadi IHSG juga terus naik. Dalam kondisi seperti ini, koreksi IHSG apa pun penyebabnya adalah peluang untuk melakukan buy on weakness.
Strategi yang sama bisa kita gunakan saat ini, melihat dana asing yang terus masuk setiap kali IHSG terkoreksi itu adalah kesempatan yang baik untuk berburu saham-saham murah.
Kedua : Inflow dana asing dapat memperlambat efek negatif dari pelemahan secara fundamental
Sejak dimulainya pemerintahan Jokowi pelambatan Ekonomi dalam negeri sebenarnya sudah bisa dirasakan, jika kita yang ada di sector riil saja bisa merasakannya, sudah pasti investor asing pun menyadarinya, namun meskipun demikian IHSG masih bisa terus rally sejak naiknya Jokowi di bulan Oktober sampai bulan Maret. Alasan mengapa hal ini bisa terjadi adalah karena investor asing sudah masuk ke bursa dalam jumlah yang sangat besar selama tahun 2014, jadi mereka punya kepentingan untuk menahan kejatuhan IHSG, paling tidak sampai mereka berhasil keluar dalam jumlah yang cukup signifikan, dan setelah 6 bulan melakukan distribusi secara diam-diam barulah IHSG jatuh.
Ini adalah kelebihan lain dari analisa Foreign Flow, tidak seperti data fundamental yang bisa berubah dari baik menjadi buruk dalam waktu singkat, untuk investor asing keluar masuk dari bursa prosesnya butuh waktu yang panjang. Untuk menjual begitu banyak saham yang mereka sudah beli mereka harus bisa menyakinkan investor lokal untuk membeli barang yang ingin mereka jual, dan untuk itu umumnya dibutuhkan proses yang cukup lama.
Hal ini juga bisa kita jadikan pelajaran untuk kondisi saat ini, dengan inflow 9.8 Triliyun dalam 10 hari IHSG juga bisa dibilang kebal dari berita buruk baik secara fundamental ataupun dari koreksi bursa regional, jadi jika realisasi Tax Amnesty ternyata tidak sesuai dengan harapan, maka investor asing pun kemungkinan besar akan keluar secara perlahan seperti yang mereka di awal pemerintahan Jokowi lalu, dan pada saat itu terjadi bukan mustahil IHSG masih akan terus bergerak naik, pada saat itulah kita sebagai investor ritel memiliki kesempatan keluar.
KESIMPULAN
Kondisi yang terjadi saat ini adalah momentum yang cukup langka dimana inflow dana asing mencapai record tertingginya, bahkan mengalahkan Jokowi Effect, dalam kondisi seperti ini kita tidak perlu terlalu khawatir akan kondisi IHSG yang sudah terlalu tinggi, karena selama dana asing terus masuk seperti saat ini, IHSG bisa terus bergerak naik. Koreksi technical tentu saja akan terjadi, namun koreksi itu justru merupakan peluang untuk melakukan buy on weakness. Dengan inflow yang begitu besar, investor asing punya kepentingan yang cukup besar untuk menjaga IHSG, jadi kita pun tidak perlu khawatir IHSG akan jatuh tiba-tiba jika realisasi Tax Amnesty tidak sesuai harapan.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market