Konsultan properti internasional Jones Lang LaSalle (JLL) menyatakan tahun 2016 ini diperkirakan bakal merupakan kebangkitan optimisme bagi pelaku sektor properti, tetapi juga perlu disertai dengan tingkat kewaspadaan tinggi.
“Minat para klien investor dan penghuni kami tetap tinggi, dan kami memandang 2016 dengan penuh optimisme disertai kewaspadaan,” kata Country Head JLL Indonesia, Todd Lauchlan, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, tahun 2015 lalu untuk sektor properti di Indonesia dapat dinilai sebagai tahun yang penuh tantangan, antara lain karena pertumbuhan ekonomi berada dibawah perkiraan.
Selain itu, lanjut dia, faktor lainnya adalah pergerakan rupiah yang bersama dengan mata uang lainnya melemah secara signifikan terhadap dolar AS, dan rendahnya harga komoditas menimbulkan kekhawatiran di Jakarta. “Akan tetapi, di tahun yang akan datang permintaan akan meningkat bagi pasar perkantoran dan residensial sementara bagi sektor ritel, diperkirakan tetap stabil,” ucapnya.
Sebagaimana diwartakan, momentum penurunan BI rate atau suku bunga acuan harus dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkecimpung di sektor properti untuk meningkatkan kinerja pembangunan dan penjualan perumahan di berbagai daerah di Tanah Air.
“Dengan turunnya suku bunga ini, suku bunga perbankan pun harus dipaksa turun untuk dapat memberikan stimulus yang nyata bagi pergerakan pasar perumahan nasional,” kata Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda.
Menurut Ali Tranghanda, penurunan suku bunga acuan tersebut dapat menjadi momentum yang baik bagi pihak perbankan.
Hal itu, ujar dia, menyusul analisis yang dilakukan oleh IPW terhadap penjualan rumah di Bodetabek-Banten menunjukkan pertumbuhan yang cukup potensial.
“Dapat dijelaskan hubungan dengan turunnya setiap 1 persen suku bunga KPR akan meningkatkan potensi pangsa pasar empat persen sampai lima persen,” katanya.
Ali mengungkapkan, kajian yang dilakukan pihaknya menunjukkan kenaikan pertumbuhan penjualan sebesar 16,6 persen dibandingkan dengan angka triwulan sebelumnya.
Meskipun demikian secara tahunan, lanjutnya, angka penjualan tersebut dinyatakan masih lebih rendah 10,87 persen dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun lalu.
Ia juga menyatakan, meskipun diakui pertumbuhan ini belum dapat dipastikan sebagai pola yang berlanjut, namun paling tidak merupakan sinyal positif untuk pasar perumahan.
Sebagaimana diberitakan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 7,25 persen dari 7,5 persen, dengan “lending facility” 7,75 persen dan “deposit facility” 5,25 persen.
“Ini sesuai dengan pernyataan kami sebelumnya bahwa ruang pelonggaran moneter semakin terbuka, dan ekonomi domestik semakin membaik,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam konferensi pers menyampaikan hasil RDG Januari 2016 di Jakarta, Kamis (14/1).
Sumber: Beritasatu
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God