Beberapa minggu yang lalu saya dihubungi oleh perwakilan dari Bursa Efek Indonesia dan OJK karena diminta untuk mengisi salah satu satu sesi di acara Indonesia Investment Festival 2016. Sebagai seorang trader, permintaan ini merupakan sebuah pengakuan dan kehormatan karena datang langsung dari otoritas tertinggi di Pasar Modal Indonesia. Namun yang membuat saya kaget adalah dalam acara ini saya tidak diminta untuk memberikan presentasi mengenai Bandarmologi atau Foreign Flow yang merupakan spesialisi kami di sini, namun saya justru diminta untuk menceritakan pengalaman saya selama menjadi seorang trader. Pihak penyelenggara meminta saya membawakan Sesi Success Story di Pasar Modal yang diberi judul : Success Story of Argha J. Karo Karo
Dalam sesi tersebut saya diminta menceritakan pengalaman-pengalaman yang saya miliki dari pengalaman saya 8 tahun menjadi trader saham, suatu profesi yang saya mulai ketika saya masih kuliah, tanpa pengalaman dan latar belakang investasi sama sekali, sampai sekarang.
Sebagai trader yang juga masih sering jatuh bangun di market, saya merasa tidak pantas untuk mengisi sesi ini, karena jika melihat penyelenggaraan di kota-kota besar lainnya seperti di Jakarta dan Surabaya. Sesi ini biasa diisi oleh bapak Lok Kheng Hong yang selama ini disebut sebagai Warren Buffet-nya Indonesia, seorang Investor Individual yang berhasil memperoleh kekayaan luar biasa dari pasar modal.
Saya menyadari bahwa sebagai trader dan investor saham saya masih tertinggal jauh dibandingkan dengan bapak Lok Kheng Hong, bahkan saya untuk ukuran Bandung pun saya mengenal beberapa trader yang sudah lebih sukses dari saya.
Namun pihak BEI merasa pengalaman saya yang cukup unik dimana saya memulai trading sejak mahasiswa, dan keberanian saya untuk langsung menjadi full time trader setelah saya lulus kuliah. Juga pengalaman saya dalam menciptakan Analisa Bandarmologi dan Foreign Flow, dari research yang dilakukan selama bertahun-tahun termasuk dengan ‘mewawancarai’ puluhan praktisi pasar modal yang sudah puluhan tahun malang melintang di Pasar Modal Indonesia. Membuat saya dianggap cukup layak untuk mengisi sesi Sesi Success Story di Pasar Modal.
Pada acara tersebut selain akan menceritakan pengalaman saya dalam proses menemukan Analisa Bandarmologi dan Foreign Flow, saya juga akan share beberapa pengalaman yang saya dalam proses jatuh bangun yang saya alami selama saya menjadi trader saham. Materi ini saya beri judul : 7 LIFE LESSONS OF A TRADER
Dalam artikel ini saya akan menceritakan beberapa point dari 7 pelajaran yang saya dapat tersebut, sebagai preview dari sesi yang akan saya bawakan tersebut hari Sabtu ini, di Trans Studio Mall Bandung, jam 12.15
BEING A TRADER IS AS FANCY AS IT’S LOOKS
Pekerjaan sebagai trader saham sering kali diidentikan dengan salah satu pekerjaan yang menjanjikan dan menyenangkan. Karena sebagai trader kita tidak perlu sibuk mencari konsumen, atau berhubungan dengan konsumen yang menyebalkan. Kita tidak perlu kerja dengan orang lain, sehingga tidak ada bos yang akan memerintah kita dan tidak perlu mentoleransi atau memarahi bawahan yang susah diatur.
Kita juga tidak perlu berurusan dengan berbagai jenis perizinan, pungli, atau kompetitor-kompetitor yang tidak fair dalam menjalankan bisnis. Tidak perlu pergi kerja subuh, dan pulang kerja malam, menembus kemacetan kota. Kita juga bebas memilih hari kerja kita, tidak perlu menunggu masa libur panjang untuk berlibur dan melewatkan waktu besama orang yang kita kasihi.
Trader adalah profesi yang memungkinkan kita untuk kerja dari rumah, duduk santai di depan komputer dan berpotensi memberikan keuntungan puluhan persen per bulan. Beberapa alasan tersebut membuat profesi sebagai trader saham dianggap sebagai suatu profesi yang ‘keren’ dan diimpikan banyak orang, baik bagi mahasiswa seperti saya dulu, bahkan untuk orang yang sudah puluhan tahun menekuni satu profesi tertentu.
Beberapa alasan di atas juga menjadi dasar pertimbangan ketika saya memutuskan untuk langsung menjadi trader setelah saya lulus dari bangku kuliah. Pada saat itu saya sempat mendapat tawaran kerja dari beberapa perusahaan multinasional, namun semua tawaran tersebut saya tolak karena saya menganggap tidak ada masa depan yang lebih cerah dan menyenangkan dibandingkan dengan menjadi trader saham.
Namun pada kenyataannya meskipun keunggulan-keunggulan di atas memang benar-benar saya didapatkan ketika memilih berprofesi sebagai seorang trader, namun tetap saja profesi sebagai seorang trader tidaklah seindah yang saya bayangkan sebelumnya.
Profesi ini juga memiliki beberapa sisi tidak menyenangkan yang mau tidak mau harus kita hadapi, antara lain :
KERJA KERAS TIDAK SELALU BERBANDING LURUS DENGAN KEBERHASILAN
Sejak kecil saya diajarkan bahwa kerja keras adalah kunci kesuksesan dalam apa pun yang kita kerjakan. Prinsip tersebut sudah melekat dalam diri saya, sebelum menjadi trader saya yakin bahwa apa pun yang kita kerjakan, jika dikerjakan dengan sebaik mungkin maka hasil positif akan bisa langsung kita lihat.
Jika kita pekerja kantoran, dengan mengerjakan pekerjaan yang diberikan dengan sebaik mungkin, kalau perlu lebih baik dan lebih cepat dari yang diminta, maka promosi umumnya hanya tinggal menunggu waktu. Sebelum promosi datang pun umumnya kita akan mendapat apresiasi, atau tanggung jawab yang lebih dari atasan kita, sebagai tanda bahwa apa yang kita kerjakan memberikan hasil yang positif.
Namun hal ini tidak selalu berlaku jika memilih profesi sebagai trader, dulu saya menggap jika saya melakukan PR saya sebagai trader, dengan melakukan analisa saham-saham yang ada, menerapkan berbagai teknik analisa yang saya miliki, maka saya akan menemukan saham yang tepat, dan saham tersebut akan memberikan keuntungan yang saya harapkan. Oleh karena itu di awal karir saya, saya umumnya menghabiskan 5-10 jam sehari setelah market tutup untuk menganalisa grafik ke 500 saham yang ada di bursa kita, untuk menemukan saham yang terbaik untuk saya beli keesokan hari. Seluruh ilmu, pengalaman, dan tenaga saya, digunakan dalam proses pencarian saham terbaik tersebut. Awalnya saya mengira dengan saya bekerja lebih keras dari orang lain, menghabiskan waktu lebih banyak maka keuntungan pun akan dengan sendirinya datang menghampiri.
Namun pada kenyataannya, terlepas dari seberapa keras proses pencarian kita terhadap saham yang tepat, hasilnya tidak selalu searah dengan apa yang kita harapkan. Pada pekerjaan lainnya kerja keras kita umumnya memberikan hasil positif yang instan, atau buruk-buruknya pun paling kita tidak dihargai seperti yang kita harapkan. Dalam profesi sebagai trader meskipun kita sudah bekerja sangat keras, dan memberikan yang terbaik yang kita punya, tidak jarang kita mendapatkan hasil yang justru bertolak belakang. Hasil kerja keras menganalisa semalam suntuk tidak jarang justru membuat kita memilih saham yang memberikan kerugian yang besar.
Ironisnya tidak jarang juga analisa asal-asalan atau hanya dengan men’contek’ saham pilihan orang di sosial media memberikan kita keuntungan yang besar. Yang lebih parah adalah meskipun kita sudah berkerja keras, dan akhirnya berhasil menemukan saham yang berhasil memberikan kita keuntungan yang sesuai harapan, bukan berarti metode dan kerja keras yang sama akan selalu memberikan hasil yang sama. Bisa saja dengan metode analisa dan effort yang sama, di satu hari bisa memberikan kita keuntungan 20% namun di hari lain justru membuat kita rugi 40%.
Keyataan ini sering kali membuat saya stress dan frustasi terutama di awal-awal karir saya, karena sering kali kita tidak bisa melihat titik terang di ujung terowongan, dan meskipun kita memaksakan diri kita untuk terus berjalan, namun kita sendiri tidak tahu apa kita sedang berjalan menuju keberhasilan, atau justru menuju ke jurang kebangkrutan.
Jadi bagi saya untuk sukses menjadi trader kita harus memiliki iman atau kepercayaan kepada sesuatu yang lebih besar dari diri kita (Tuhan), percaya bahwa rezeki kita Tuhan yang mengatur, percaya bahwa someday and somewhow, kesuksesan akan mendatangi kita, yang perlu kita lakukan hanyalah WORK HARD & PRAY HARD, and LET’S GOD DO THE REST
SELAMAT TINGGAL FINANCIAL STABILITY
Salah satu pertanyaan yang sering saya terima dari teman-teman yang sedang mempertimbangkan untuk ikut menjadi Full Time Trader adalah : Bagaimana saya bisa mendapatkan profit secara konsisiten dalam trading untuk memenuhi kebutuhan saya sehari-hari ?!
Sejak 1 tahun pertama saya menjadi Full Time Trader sampai sekarang memasuki tahun ke 7, jawaban saya terhadap pertanyaan tersebut tetap sama yaitu ‘Saya juga nggak tau, bagaimana caranya mendapat profit secara konsisten dalam trading.”
Stock Market adalah pasar yang terbentuk karena adanya ketidakpastian, kalau ada kepastian di market maka pasar tidak akan bergerak, karena semua orang mau membeli dan menjual di waktu yang bersamaan, sehingga tidak ada transaksi.
Jadi jika anda ingin mendapatkan income yang konsisten sehingga setiap bulan semua kebutuhan anda terpenuhi dari profit trading saham, mungkin profesi ini bukanlah profesi yang tepat untuk anda. Karena memang tidak seorangpun berhasil memperoleh profit yang konsisten dalam trading saham. Bahkan Warrren Buffet sekalipun, kinerjanya portfolionya berbeda dari satu tahun ke tahun.
Jadi untuk menjadi trader saham, kebutuhan sehari-hari tidak bisa dipenuhi dari profit per bulan, tetapi dari uang tabungan yang kita simpan di bank. Jadi tujuan kita trading bukan hanya untuk menambah modal trading, tetapi juga untuk menambah jumlah tabungan tersebut, semakin banyak tabungan kita semakin besar rasa aman kita dalam menghadapi ketidakpastian di pasar saham.
Jika kita mempelajari ke belakang, bearish market umumnya bisa terjadi selama 6-12 bulan, dan jika kita mengasumsikan dalam periode tersebut kita tidak bisa memperoleh keuntungan sama sekali dari trading saham, maka ada baiknya kita sudah memiliki tabungan di luar portfolio saham yang setidaknya bisa mencukupi kebutuhan kita dan keluarga paling tidak untuk 6 bulan kedepan.
Beberapa tahun yang lalu ketika masih menjadi mahasiswa saya pernah nekad menggunakan uang yang seharunya digunakan untuk membayar uang kuliah saya untuk membeli saham BUMI, awalnya saya berpikir kalau saya belikan saham BUMI pada saat itu di harga 900an, dalam 1-2 bulan saya bisa dapat profit 10-20% dan keuntungan tersebut lumayan untuk menambah jumlah portfolio saya.
Namun kenyataannya trading dalam posisi ‘harus untung dalam waktu singkat, justru membuat pemikiran saya menjadi tidak logis, analisa saya menjadi subjective dan dipenuhi harapan, dan membuat saya sangat tidak percaya diri dan dipenuhi ketakutan. Hasilnya tentu sudah dapat diprediksi, karena keputusan itu saya hampir gagal melanjutkan kuliah selama 1 semester karena uang kuliah saya lenyap ditelan ‘BUMI’. Menariknya sebelum saya menggunakan uang kuliah saya untuk trading, saya termasuk seorang trader yang cukup disiplin dan cukup berani untuk cut loss, namun ketika uang kuliah saya yang dipertaruhkan kebiasaan tersebut seperti tiba-tiba hilang karena adanya tekanan mental yang lebih besar dari biasanya.
Perubahan kebiasaan saya tersebut memang tidak sulit untuk dipahami, karena kita memang sering kali membuat keputusan yang tidak logis pada saat kita dalam posisi under-pressure. Itu sebabnya sebagai trader kita sebaiknya menghindari pressure-pressure yang sebenarnya tidak perlu kita hadapi (seperti yang saya lakukan beberapa tahun yang lalu).
Juga dari pengalaman saya pribadi, jika kita trading hari ini dengan tujuan untuk mendapatkan uang makan besok, atau mungkin untuk bayar uang sekolah anak minggu depan, maka kita akan trading dalam kondisi mental yang tertekan karena adanya keharusan untuk mendapatkan profit dalam jumlah tertentu di waktu yang sudah ditentukan di tengah kondisi market yang tidak pasti. Dalam kondisi ini seorang trader biasanya sudah tertekan secara mental bahkan sebelum anda mengambil posisi, dan kondisi trading seperti ini adalah kondisi yang sangat berbahaya bagi seorang trader. Karena kita akan over convident ketika harga saham bergerak dengan harapan kita, dan sangat panik ketika harga saham bergerak tidak sesuai dengan harapan kita.
Itu juga sebabnya mengapa para fund manager saham yang sudah sukses sekalipun memilih menerapkan sistem fee pengelolaan dana dan bukan sistem bagi keuntungan untuk dana yang dikelolanya, karena mereka menyadari kalau nasib setiap karyawan ditentukan dari naik-turunnya harga saham, maka mereka cenderung akan bertindak emosional, tidak logis dan ujungnya malah membahayakan nasib dana yang dikelolanya.
Itu juga sebabnya kita menemukan banyak trader-trader saham memutuskan untuk tetap mempertahankan bisnis yang mereka miliki atau dengan mencari pemasukan sampingan baik dari menulis buku, memberikan seminar, atau private class. Karena tindakan tersebut tidak hanya dapat membuat mereka mendapatkan penghasilan tambahan untuk kebutuhan sehari-hari, tapi juga dapat mengurangi pressure mereka dalam trading yang dapat membuat kita mengambil keputusan yang lebih baik dan akhirnya dapat memaksimalkan keuntungannya dalam trading.
<Jika anda termasuk investor di pasar modal, dan merasa mengalami nasib yang kurang lebih sama dengan saya. Mohon bantu share dan like article ini, supaya ada lebih banyak lagi orang yang mengenal investasi saham, dan tidak menyerah meskipun hasil trading belum sesuai dengan yang diharapkan>
Selama ini Kekuatan Psikologis dalam trading umumnya hanya bisa didapatkan dari pengalaman selama bertahun-tahun, namun untuk mempercepat dan menyederhanakan proses tersebut Team Creative Trader akan mengadakan Workshop Psikologi Trading dan Money Management. Anda bisa melihat jadwalnya disini.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
3 comments
Salam kenal Pak Argha, untuk kelanjutan dari artikel ini kapan di share.
Menginspirasi sekali, pak Argha!
Menjadi full time trader memang sebuah pilihan, dan harus dikerjakan secara profesional, full time full heart, layaknya sebuah bisnis konvensional.
Salut atas karya2 nya pak.
Sharing pengalaman bagus untuk yg trading for living , tidak hanya manis saja yg di kecap , tapi rasa pahit jhga harus di rasakan agar selalu cerah berpikir saat trading . Salam teguh widodo