Saham BUMI memang tidak pernah habis ceritanya, saham ini pernah jadi saham dengan kapitalisasi paling besar di Indonesia, dan lalu harganya hancur sampai ke level bawah 400 lalu naik lagi ke atas level 3.000, turun lagi ke level 1.500, lalu naik lagi sampai level 3.500 dan tadi sore ditutup di level 650.
Pergerakan harga yang sangat tidak sehat, terutama kalau mengingat bahwa BUMI adalah perusahaan batubara terbesar di Indonesia, dan seharunya menjadi salah satu motor penghasil devisa negara ini. Masalahnya selalu berkaitan dengan hutang dan hutang lagi. Yang lebih mengerikan adalah, dari pengalaman 3 tahun terakhir, BUMI selalu turun ketika semua orang percaya saham ini sudah pulih, dan selalu naik saat orang sudah yakin bahwa saham ini akan bergerak menuju kehancuran.
Itu sebabnya saham ini dihindari oleh banyak investor baik yang baru ataupun yang sudah berpengalaman menjauhi saham ini. Analisa Fundamental sangat sulit untuk diterapkan di saham ini, karena selalu saja ada berita-berita luar biasa yang bisa mendorong harga saham ini menjadi naik atau turun. Sementara analisa technical juga cukup sulit untuk diterapkan karena volatilitas saham ini sangatlah besar, yang membuat kita sulit untuk disiplin dan menerapkan strategi yang kita buat.Hari ini saya akan share sedikit dari analisa yang saya gunakan dalam menganalisa saham, analisa yang saya ajarkan di Workshop Bandarmology yang sudah pernah saya adakan di Bandung dan di Jakarta pada tahun ini. Prinsip-prinsip dari analisa ini juga sering saya share di beberapa artikel yang saya tulis dan juga seminar yang pernah saya adakan.
ANALISA FOREIGN FLOW
Beberapa kali saya mengeluarkan analisa Foreign Flow dalam beberapa tulisan saya, tetapi lebih sering untuk menganalisa arah pergerakan IHSG, namun reaksi mayoritas pelaku pasar hampir selalu sama, apakah benar saya deteksi itu benar-benar asing, atau “aseng” yang memakai kedok asing.
System di bursa efek kita sudah menunjukan ketika transaksi dilakukan oleh account asing atau lokal, namun bukan berarti kita bisa mengetahui siapa yang berada di balik account asing tersebut. Jadi keragu-raguan asing dan aseng memang wajar-wajar saya. Namun bukan berarti tidak ada yang bisa kita ambil dari transaksi yang dilakukan oleh account asing. Namun untuk mengerti fungsi dari Foreign Flow data kita harus memahami atau menyetujui beberapa Prinsip-Prinsip Bandarmology.
Jika saya ditanya bagaimana cara membedakan asing dan aseng di pasar modal ? Saya akan menjawab, ” Saya tidak tahu, dan saya tidak peduli.”
Mengapa ? Karena saya memakai analisa Foreign Flow bukan untuk memisahkan Asing vs Aseng, saya tidak sedang mencari investor dengan wajah “bule”, dan mencoba menganalisanya. Alasan saya membangun CTS Foreign Flow System adalah untuk mendeteksi dan memisahkan Market Maker vs Ritel.
Beberapa hal yang saya yakini ketika saya menggunakan data Foreign Flow.
- Investor Asing (atau account asing) hampir pasti tidak dimiliki oleh investor ritel dengan modal terbatas seperti kita. Asing berarti big capital, good information, and good analysis.
- Investor “Aseng” yang memiliki kepentingan untuk membuat account asing, tentu memiliki ciri-ciri yang sama dengan yang disebut di atas.
- Saham yang dibeli dengan account asing, mungkin bisa keluar dengan account asing dari sekuritas lain, namun tidak mungkin keluar dengan account lokal. Crossing saham dari asing ke lokal bisa terjadi namun itu dengan mudah dapat kita deteksi.
Jika kita menyetujui ketiga asumsi di atas dan mengerti prinsip bandarmology, maka kita akan mengerti bahwa data foreign flow jelas bisa kita gunakan untuk memprediksi arah pergerakan saham. Data ini merupakan data paling mudah kita dapatkan untuk melihat bahwa Market Maker sedang meng-akumulasi sebuah saham, atau sedang men-distribusi saham yang dimilikinya.
Beberapa faktor yang harus kita pertimbangkan dalam menganalisa Foreign Flow.
- Analisa hanya bisa dilakuak oleh transaksi di pasar reguler, jadi kita harus memastikan data foreign flow yang kita dapat sudah bersih dari data-data pasar negosiasi, crossing, sll. Karena aksi akumulasi (membeli dari ritel) atau distribusi (menjual ke ritel) hanya bisa dilakukan di pasar reguler.
- Analisa harus dilakukan dalam periode yang cukup panjang, karena aksi market maker tidak akan berlangsung hanya dalam 1 hari. Artinya akumulasi asing yang dilakukan dalam 1 hari tentu bisa sangat bias, semakin panjang periode yang kita analisa, semakin besar korelasinya dengan pergerakan harga.
- Besarnya persentasi volume (net buy atau net sell asing) terhadap volume total juga harus kita perhatikan, sebagai contoh jika asing net buy saham ASII sebesar 20.000 lot, memang menandakan adanya akumulasi, namun jika pada hari yang sama jumlah yang ditransaksikan sebesar 300.000 lot, maka jumlah akumulasi tersebut tidak akan terlalu berarti.
Berikut ini merupakan salah satu contoh analisa Foreign Flow dengan mengguanakan CTS Foreign Flow System:
Dalam grafik di samping kita bisa melihat bahwa ada korelasi yang cukup jelas antara garis Acc – Dist Foreign Flow (yang didapat dari penjumlahan Inflow dan Outflow asing setiap harinya) dengan pergerakan harga sendiri. Dapat kita lihat sejak bulan April lalu terjadi trend distribusi yang cukup besar, dan hal tersebut juga diiringi dengan turunnya harga dari kisaran 2.400 sampai ke level 630.
Selain itu kita juga bisa melihat terjadi FF Divergance, pada bulan Juni lalu dimana harga mengalami rebound, sementara asing terus melakukan penjualan. Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya aksi mark up, karena harga sudah terlalu jauh di bawah average penjualannya, seperti yang kita bahas dalam analisa kemarin. Namun dengan melihat kenaikan harga tidak diikuti buy back oleh investor asing (Market Maker) kita mendapatkan “clue” tambahan bahwa aksi distribusi belum berakhir, dan hanya terjadi rebound jangka pendek.
Koreksi yang terjadi pada 3 hari terakhir juga diiringi dengan aksi jual investor asing, namun jika dilihat jumlahnya tidak terlalu besar jika dibandingkan volume perdagangan, hal ini bisa kita lihat pada kolom ketiga yang menunjukan bahwa presentasi Foreign Flow dengan Total volume perdagangan cenderung menurun dalam 1 bulan terakhir.
Artinya transaksi tidak lagi didominasi oleh pemain asing, melainkan pemain lokal, namun jika melihat volume yang tetap besar kita bisa menyimpulkan minat jual-beli yang masih besar untuk saham ini.
KESIMPULAN:
Sampai saat ini kita lihat Asing masih terus melakukan penjualan, dan belum ada tanda-tanda mereka siap melakukan buyback meskipun harga sudah di kisaran 600an, hal ini cukup mengjhawatirkan terutama bagi yang nyangkut di saham ini. Melalui analisa ini kita rasa target beberapa analyst dimana BUMI akan bergerak ke kisaran 500an cukup realistis.
Terus menurunnya persentasi akumulasi atau distribusi asing di saham ini juga harus kita perhatikan karena, karena semakin besar persentasi lokal dalam transaksi harian, maka akan semakin kecil akurasi analisa Foreign Flow ini terhadap pergerakan harga. Apalagi saat ini Asing dalam posisi memegang cash, jadi tidak ada jaminan Market Maker memiliki kepentingan untuk menjaga harga saham ini di waktu dekat.
Harga yang sudah semakin murah memungkinkan saham ini mengalami rebound-rebound jangka pendek, namun kita harus mewaspadai peluang aksi jual lanjutan ketika saham ini rebound.
Di saat presentasi asing semakin kecil seperti saat ini, kita membutuhkan analisa yang lebih mendetail ke setiap broker yang melakukan transaksi, untuk mendeteksi sedang terjadi akumulasi atau sebaliknya, pembahasan mengenai analisa bandarmology lanjutan tersebut akan saya bahas besok.
Lengkapi Form ini untuk mendapatkan Free Real Time Data Selama bulan Oktober :
[contact-form to=’cts.infoworkshop@gmail.com,cts.stockpick@gmail.com’ subject=’TEST CONTACT – 06 Okt 2015′][contact-field label=’Name’ type=’name’ required=’1’/][contact-field label=’Kota’ type=’name’ required=’1’/][contact-field label=’No Contact / BBM’ type=’text’ required=’1’/][/contact-form]
*Kami akan menghubungi anda untuk proses instalasi (hanya berlaku untuk 10 pendaftar pertama setiap harinya)
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market