Tahun 2017 menjadi tahun yang sangat luar biasa untuk IHSG, secara total tahun ini IHSG berhasil mengalami kenaikan sebanyak 20.15%, IHSG pun ditutup di level 6.300an di akhir tahun 2017 lalu, bukan cuma itu kenaikan IHSG yang luar biasa namun tahun ini adalah yang pertama kalinya dalam sejarah IHSG tidak mengalami kejatuhan ketika investor asing malakukan aksi jual besar-besaran.
Namun para pelaku pasar tahu pasti harga suatu asset/saham tidak bisa naik terus, dalam setiap kenaikan yang sehat, harus disertai dengan penurunan dari waktu ke waktu. Kenaikan yang tidak henti-hentinya justru membuat IHSG dalam bahaya kejatuhan yang tidak kalah hebatnya, dan memasuki tahun 2018 ini ketakutan tersebut mulai muncul di kalangan investor.
Karena itulah ketakutan bahwa di tahun 2018 ini akan terjadi Market Crash di IHSG bahkan market dunia cukup besar.Belum lagi munculnya analisa-analisa yang mengatakan bahwa siklus 10 tahunan di IHSG semakin memperbesar peluang kalau market akan Crash di tahun 2018.
Benarkah Siklus 10 tahunan berpotensi membuat Market Crash di tahun ini ?
Dalam artikel pertama di tahun 2018 ini kami akan membahas mengenai siklus ini, seberapa besar ancaman yang menunggu di tahun ini, mengapa begitu banyak analis membahas mengenai siklus ini, dan tentunya apa yang perlu kita lakukan sebagai investor ritel untuk menghadapi tahun yang penuh tantangan ini ?
Pertama mari kita bahas mengapa istilah krisis 10 tahunan banyak dibahas beberapa bulan terakhir :
Kita tahu bahwa tahun 2008 lalu bursa saham dunia mengalami kejatuhan karena Amerika Serikat yang merupakan ‘kiblat’ stock market dunia masuk ke dalam masa krisis, krisis yang kita kenal dengan Subprime Mortgage, krisis tersebut menyeret kejatuhan bursa-bursa saham di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Kejatuhan IHSG tahun 2008 lalu dihubungkan dengan krisis yang terjadi di Indonesia tahun 1998 lalu, kebetulan selisihnya 10 tahun, dan 10 tahun setelahnya adalah tahun 2018. Namun apa yang terjadi di IHSG di tahun 1998 lalu ? Tidak banyak yang ingat tentunya, karena saya yakin lebih dari 90% analis di bursa saham Indonesia saat ini, belum trading saham pada saat itu.
Jadi sebenarnya Siklus Krisis 10 tahunan hanyalah istilah yang dibuat-buat yang entah dimulai oleh siapa, dan karena mayoritas analis yang ada di bursa saat ini tidak punya memori sama sekali tentang apa yang terjadi pada IHSG di tahun 1998 lalu, dan satu-satu yang diingat adalah tahun 1998 lalu ada krisis moneter, maka mereka menganggap IHSG juga mengalami kejatuhan tahun 1998 lalu. Jadi kalau 1998 IHSG jatuh, tahun 2008 juga jatuh, siapa tahu 2018 juga IHSG akan jatuh. Dari situlah awalnya kemunculah istilah siklus krisis 10 tahunan.
Namun sebenarnya jika kita pikirkan dengan tenang sebenarnya banyak hal yang kurang kuat dari argunmen siklus tersebut.
Pertama, baru terjadi 1 kali dan apa pun yang baru terjadi satu kali tidak pantas disebut siklus. Satu satunya fakta yang benar dalam kasus ini adalah tahun 2008 lalu terjadi Market Crash di IHSG, dan dari 1998 ke 2008 selisihnya 10 tahun. Cuma Itu !!!
Kejadian yang baru terjadi 1 kali tentu tidak layak disebut siklus, jika kita menggunakan contoh lain, sebutlah pada suatu hari terjadi hukan deras tepat jam 12 siang, dan malamnya muncul bulan purnama. Lalu 1 minggu kemudian kembali terjadi hujan di jam 12 siang, ada orang yang langsung mengasumsikan bahwa malamnya akan muncul bulan purnama. Kenapa ?! Karena memang siklusnya seperti itu. Tentu kita akan menganggap analisa orang tersebut tidak berdasar. Karena satu kejadian ‘acak’ yang terjadi di masa lalu tidak pantas disebut sebagai siklus.
Hal ini jelas sangat berbeda dengan Siklus Window Dressing yang terus kami bahas akhir tahun lalu, dimana kami membuktikan bahwa dalam 10 tahun terakhir IHSG selalu naik di bulan Desember, dimana 10 sample terakhir menunjukan hal yang sama, dan tidak heran IHSG terbang tinggi dan terus mencetak record bulan Desember lalu.
Kedua, IHSG tidak jatuh di tahun 2008.
Entah siapa yang pertama memulai istilah siklus krisis 10 tahunan di IHSG, namun kemungkinan besari analis tersebut belum trading dan kemungkinan tidak menganalisa dulu data-data IHSG sebelum mengeluarkan analisanya. Mengapa ?
Karena meskipun kita semua tahu kalau di tahun 1998 lalu terjadi krisis moneter, namun di tahun tersebut IHSG tidak mengalami penurunan, karena krisis dimulai di tahun 1997 sampai awal 1998, dan di pertengahan kedua tahun 1998 IHSG sudah mengalami kenaikan, dan grafik IHSG sendiri tidak turun pada tahun 1998. Jadi sebenarnya selisih antara satu krisis ke krisis lainnya adalah 11 tahun, dan bukan 10 tahun lalu.
Dan bukan cuma itu di tahun 1988 lalu pun IHSG tidak mengalami penurunan melainkan mengalami kenaikan tahunan terbesarnya dalam sejarah IHSG, pada tahhu 1988 dalam 1 tahun IHSG naik 264%, record kenaikan dalam 1 tahun yang sangat luar biasa, dan kemungkinan besar tidak akan pernah terpecahkan bahkan sampai 100 tahun kedepan.
Kedua penjelasan di atas menunjukan bahwa Siklus Krisis 10 tahunan itu tidak ada sama sekali di IHSG, karena satu-satunya fakta yang benar adalah tahun 2008 lalu IHSG mengalami crash, sisanya salah. Namun hanya karena tidak ada siklus 10 tahunan bukan berarti tahun 2018 ini tidak diwarnai dengan koreksi IHSG yang cukup signifikan. Kenapa ?
Alasannya sudah dikatakan di atas, karena pada akhirnya IHSG sudah cukup lama mengalami kenaikan, memecahkan terus memecahkan record tanpa mengalami koreksi, dan seperti yang dikatakan di paragraf awal, setelah kenaikan yang signifikan harga saham umumnya akan mengalami koreksi, itu adalah siklus yang sangat biasa terjadi di bursa saham. Tidak peduli ini tahun 2018, 2017, 2019 atau 2050 sekalipun, koreksi harga saham setelah mengalami kanaikan yang cukup lama selalu terjadi.
Dan kalaupun misalnya IHSG secara luar biasa kembali naik lagi di tahun 2018 ini tanpa mengalami koreksi sama sekali seperti yang terjadi di tahun 2017, saya yakin akan ada analis yang akan memunculkan istilah siklus krisis 11 tahunan, dimana tahun 1997 lalu IHSG krisis, tahun 2008 lalu juga krisis, maka diprediksi di tahun 2019 nanti akan kembali krisis.
Karena intinya bukan tahun berapa, tapi kenaikan IHSGnya, kalau IHSG justru mengalami penurunan signifikan akhir tahun lalu dan IHSG bukan ditutup di 6.300 melainkan 5.300, maka istilah siklus tersebut kemungkinan tidak akan pernah kita dengar sama sekali.
Jadi artinya meskipun siklus krisis 10 tahunan sejauh ini tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, kenaikan IHSG sepanjang tahun 2017 lalu membuat tahun 2018 ini kemungkinan akan menjadi tahun yang penuh tantangan dan kesempatan untuk kita sebagai investor dan trader saham di Indonesia.
Menyambut tahun 2018 Team Creative Trader membuat berbagai riset untuk dijadikan panduan dasar untuk menghadapi market tahun 2018 yang kami percaya akan menjadi tahun yang penuh tantangan juga kesempatan. Dalam melakukan riset kami mempelajari berbagai riset yang dirilis oleh berbagai sekuritas ternama, membaca trend pergerakan Bandar dan Investor asing di berbagai saham terutama saham-saham penggerak IHSG, juga melakukan banyak riset lainnya khas Team Creative Trader.
Jika anda tertarik untuk mendapat rangkuman dari riset tersebut, yang termasuk prediksi IHSG tahun 2018, sektor pilihan di tahun ini dan juga saham pilihan dari Team Creative Trader, anda bisa mendapatkannya seharga Rp 200.000,-
Info lebih lengkapnya klik disini: PANDUAN TRADING 2018 : DANCING WITH THE BULL
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
2 comments
Mencerahkan
Siklus market ada namun tdk bisa di prediksi.