Belakangan ini perekonomian Indonesia terus terseret dengan derasnya krisis ekonomi global, yang diberitakan hampir di semua media dalam 2 minggu terakhir. Prediksi akan jatuhnya IHSG seperti tahun 1998 dan 2008 sangat kuat terjadi, sehingga optimistic masyarakat dan pelaku bisnis mulai menurun.
Kondisi yang terjadi sekarang sebenarnya sangat berbeda dengan apa yang terjadi pada 2 krisis sebelumnya. Beberapa waktu lalu, saya menyaksikan salah satu video yang berisi tentang pembahasan ekonomi Indonesia saat ini. Video yang saya maksud tentu bukan video pak Pak Jokowi yang membahas Thanos di dalam World Economic Forum, tetapi Video talkshow dari salah satu stasiun televisi yang menghadirkan beberapa ekonom besar Indonesia dengan pembahasan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini.
Dalam video tersebut, para ekonom mengatakan bahwa kondisi krisis saat ini hampir semua dibangun oleh faktor eksternal, sedangkan fundamental Indonesia saat ini sedang dalam kondisi yang baik, sehingga krisis yang terjadi tidak perlu terlalu dikuatirkan, karena kondisi sekarang jauh berbeda dengan 2 momen krisis tersebut.
Namun salah satu narasumber mengatakan suatu ilustrasi yang menarik, ia berkata apabila virus datang melanda suatu daerah, maka yang paling lemah lah yang akan terkena dampak paling parah. Dan bila kita hubungkan dengan kondisi ekonomi Indonesia yang tercermin melalui IHSG, kita dapat lihat ekonomi Indonesia sangat tertekan sejak akhir bulan Agustus lalu. Yang mana ini menunjukkan bahwa Indonesia juga mengalami dampak dari virus tersebut, dan Indonesia juga tidak cukup Immune terhadap krisis tersebut.
Tahan Krisis
Namun jika melihat dari kacamata seorang Trader, satu kalimat yang terngiang di kepala saya adalah greedy when others fearful. Momentum ini yang seharusnya dinantikan oleh trader untuk mulai mengumpulkan saham – saham di harga discount, karena kepanikan masyarakat akan kondisi perekonomian Indonesia.
Beberapa faktor yang dipertimbangkan adalah fundamental Indonesia sendiri, Indonesia saat ini TIDAK sedang dalam performa yang buruk, bahkan sedang dalam salah satu performa terbaiknya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal 2 tahun 2018 ini berhasil mencapai titik tertingginya dalam 3 tahun terakhir. Sehingga kita bisa asumsikan emiten – emiten penopang IHSG juga seharusnya mendapat imbas positif dari pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut.
Dengan dasar ini kita bisa mengambil keputusan bahwa ini momentum yang sangat baik untuk mulai mencari saham – saham penggerak IHSG yang diakumulasi dimasa kejatuhan ini, karena fundamental Indonesia secara keseluruhan cukup kuat dan IHSG sudah dalam posisi cukup rendah. Sehingga, apabila IHSG harus diangkat, maka saham – saham penggerak IHSG lah yang dipakai untuk menggerakkan IHSG.
Bila kita melihat kondisi market sekarang dengan kacamata seorang trader, kita akan melihat banyak saham – saham sudah sangat menarik untuk mulai dikumpulkan. Namun salah satu yang layak mendapatkan perhatian lebih adalah saham UNVR.
Pertama, yang menjadi alasan saham ini layak diperhatikan adalah, saham ini butuh recovery dari masa krisis yang dialaminya sepanjang tahun 2018 ini.
Secara historical, UNVR tidak pernah turun sampai sedalam ini dari harga awal tahun. Penurunan UNVR yang terparah sebelum ini adalah, pada tahun 2011 yaitu sempat turun sebesar 16,36% dari harga awal tahun, sedangkan di tahun ini UNVR pernah turun sampai 28% dari harga awal tahun. Ini merupakan penurunan terbesar sepanjang sejarah UNVR dan merupakan salah satu saham dengan kinerja paling mengerikan diantara saham bluechip lainnya di tahun ini.
Momentum ini perlu dimanfaatkan lantaran kita tahu bahwa saham ini terus menerus naik setiap tahun dalam 10 tahun terakhir.
PEMAIN BESAR MULAI AKUMULASI SAHAM INI
Kedua, saham ini terus menerus diakumulasi sejak pertengahan bulan lalu. Bandar terlihat berniat mengakhiri masa bearish ini dengan mengakumulasi saham ini dan tidak mendistribusikan barang yang mereka miliki pada saat harganya sempat jatuh karena sentiment besar, Rupiah tembus ke Rp 15.000. Bahkan dalam 5 hari kebelakang, bandar masih terlihat bernafsu mengakumulasi saham ini, sehingga kita bisa melihat bahwa mereka justru memanfaatkan kejatuhan ini untuk mengakumulasi barang.
Saham seperti ini umumnya tidak terlalu banyak diminati oleh investor ritel, lantaran harganya yang mahal, sehingga ini bisa menjadi filter otomatis yang membatasi investor ritel untuk trading di saham ini. Oleh karena itu, kita bisa melihat pergerakkan bandar lebih akurat di saham ini.
Dan ditambah lagi, saham ini juga merupakan salah satu saham penggerak IHSG, yang mana jika IHSG juga harus mengalami recovery dari periode krisis yang sedang berlangsung ini, saham yang cukup ideal dan beralasan untuk diangkat adalah saham ini.
Kesimpulan
Ditengah badai krisis yang menerpa seluruh saham di bursa Indonesia, saham UNVR terlihat sangat kokoh. Bandar di saham ini terlihat juga mulai melakukan akumulasi dan enggan melepaskan saham ini meskipun ditengah penurunan harga. Ini merupakan salah satu indikasi baik bagi saham ini untuk beberapa waktu kedepan.
Akan kemana harga saham UNVR setelah ini? Kami cukup optimis bahwa saham ini akan melanjutkan kenaikannnya dalam waktu dekat karena kebutuhan menjaga IHSG yang sedang berusaha me-reduce dampak dari krisis dan saham ini juga perlu memasuki fase recovery lantaran harganya sudah turun sangat dalam.
Untuk sementara waktu, kami masih memprediksi saham ini akan koreksi dalam waktu singkat karena sudah naik banyak dalam 5 hari berturut – turut, namun dalam beberapa bulan kedepan, ini menjadi salah satu saham yang layak untuk dikoleksi. Kami tidak menyarankan anda untuk mulai mengakumulasi saham ini, tetapi cobalah pahami bahwa waktu terbaik untuk bersikap greedy adalah saat semua orang fearful.
Joseph Gabetua S.S.T.
Analyst of Creative Trading System. Relentless Trader and Part Time Investor. Huge dreams, Small me.