Pemberitaan ditangkapnya beberapa tersangka kasus Jiwasraya kemarin menjadi trending topic di hampir semua pemberitaan media dan forum-forum saham kemarin sore. Banyak pihak yang merayakan penangkapan tersebut, karena menganggap penangkapan tersebut akan membuka lembaran baru untuk Pasar Modal Indonesia.
Well kami juga berharap demikian, karena pada akhirnya beberapa struktur ‘bandarmologi’ yang selama ini dibangun sudah terlanjur rusak karena krisis beberapa bulan terakhir ini, dan sepertinya sudah tidak bisa diperbaiiki lagi. Jadi mau tidak mau harus ada lembaran baru untuk Pasar Modal Indonesia.
Selain itu kami juga mendapat banyak protes keras terutama pasca merilis artikel kami kemarin mengenai efek-efek negatif yang ditimbukan akibat penyerangan yang dilakukan pada sejumlah Bandar di bursa kita. Banyak orang yang mengatakan kami selalu meng-agung-agungkan bandar, sesuatu yang tidak pantas untuk dilakukan oleh sebuat lembaga edukasi seperti kami.
Banyak orang yang mengingatkan kami tentang kekejaman-kekejaman yang dilakukan oleh Bandar dalam menjebak investor ritel. Jadi banyak yang merasa sosok bandar itu tidak pantas untuk dibela. Jadi dalam artikel ini kami juga sekalian mau meluruskan tentang beberapa kecaman yang dilayangkan kepada kami tersebut.
Pertama, kami sekali pun tidak pernah mengatakan apa yang dilakukan oleh Bandar Saham itu baik atau benar, yang selama ini kami katakan adalah :
Dengan mengusik kebaradaan Bandar akan lebih merugikan investor ritel daripada membantu atau melindungi investor ritel.
Kami akan meng-analogikan Bandar sebagai seekor ‘Anjing Galak’ dan apa yang kami katakan adalah jauh lebih baik dan lebih aman jika kita tidak mengusik keberadaan anjing galak tersebut, itu saja. Kami sama sekali tidak mengatakan anjing itu baik dan jinak, kami hanya mengatakan lebih baik anjing galak itu tidak diganggu.
Dan ketakutan kami tersebut sekarang sudah terbukti, karena keruntuhan salah satu bisnis besar pembandaran saham di Indonesia. Ada ribuan bahkan puluhan ribu investor ritel yang jadi korban, baik yang nyangkut di saham-saham yang dibanting bandar harganya bulan November lalu, atau mereka-mereka yang membeli produk reksadana, dan reksadananya tidak bisa dicaikan karena saham yang ada di portfolio reksadana tersebut sebagian sudah hampir tidak ada harganya lagi.
Semua korban yang jatuh itu adalah investor ritel, beberapa di antaranya saya kenal bahkan, mereka yang stress berat karena uangnya tidak bisa cair.
Belum lagi saham-saham yang sengaja di turunkan Bandar ke 50 di awal kasus-kasus ini merebak, kalau sekarang bandarnya terpaksa ‘pensiun’ apakah saham ini akan otomatis naik dengan sendirinya ? Kalau iya, tentunya saham-saham itu sudah naik semua, karena kita tahu dalam 1 bulan terakhir bandar saham tersebut sedang dalam masa krisis, dan tidak punya waktu untuk mengurus sahamnya. Mereka-mereka yang jadi korban juga adalah investor ritel.
Kami sadar sosok Bandar adalah sosok kontroversial, dan sering kali memiliki strategi yang kejam dalam mencari keuntungan di bursa saham, itulah sebabnya kami merasa harus terus mengedukasi investor ritel mengenai Ilmu Bandarmologi, memperkenalkan apa yang dilakukan Bandar.
Kami mencoba menyadarkan investor ritel tentang keberadaan ‘anjing galak’ tersebut, supaya ritel mengerti bagaimana cara yang tepat menghadapinya, apa kelamahannya, atau setelah anda mengenal anjing galak tersebut anda merasa anjing itu terlalu bahaya, maka kami mengajarkan anda cara menghindarinya. Itulah yang kami coba lakukan melalui setiap artikel di website, pembahasan di Channel Telegram, dan Workshop-Workshop yang kami adakan. Apakah usaha itu salah…. ? Saya serahkan penilaianya pada anda semua…
Saya sadar mayoritas orang atau lembaga edukasi memilih untuk meng-edukasi dengan cara yang lebih aman, dengan cara menutupi keberadaan Bandar / ‘Anjing Galak’ tersebut. Itu sebabnya meskipun tidak bisa dipungkiri kalau pergerakan harga diatur oleh Bandar, namun para investor dan trader seringkali hanya hanya diajarkan untuk melihat bentuk-bentuk candlestick, atau melihat laporan keuangan.
Padahal semua trader tentunya tahu faktanya tidak seperti itu, faktanya setiap bulan ada lebih dari 100 saham yang terbang tinggi dan terjun bebas, jika kita hitung di antara 100 saham itu ada berapa saham yang benar-benar bergerak naik atau turun karena adanya perubahan signifikan yang terjadi di perusahaannya pada saat itu. Kalau anda hitung kemungkinan anda hanya akan menemukan 1-2 saham yang seperti itu. Sisanya murni bergerak karena ada pemodal besar/big player/bandar yang melakukan pembelian atau penjualan besar-besaran.
Karena ini adalah pasar modal, dan pasar modal di seluruh dunia di-design untuk memberikan keuntungan bagi yang punya modal, semakin besar modalnya semakin kuat posisinya di pasar modal.
Kembali ke kasus saat ini, jika anda tanya ribuan bahkan belasan ribu orang yang menjadi korban karena kejatuhan salah satu bandar saat ini, anda akan menemukan mayoritas bahkan hampir semuanya tidak memahami ilmu bandarmologi, saya masih ingat bulan Desember lalu, ketika mengadakan Workshop di Jakarta, pada jam istirahat saya didatangi seorang Bapak yang dananya nyangkut karena diinvestasikan di salah satu product reksadana yang sedang bermasalah.
Setelah mempelajari bandarmologi, beliau hanya bisa berkata,
Kalau saja saya ikut workshop ini sejak beberapa bulan lalu, uang saya tidak bakal nyangkut di reksadana tersebut.
Minggu lalu seorang teman dekat saya tiba-tiba meminta bertemu dengan saya, karena dia bingung setelah uang orang tuanya nyangkut di salah satu product reksadana lainnya bahkan ketika sudah memutuskan untuk cut loss pun uangnya tidak bisa cair. Padahal jumlah uang yang nyangkut itu sangat besar dan didapat dari hasil kerja puluhan tahun sampai sekarang pensiun. Orang tua teman saya itu tidak trading saham dan tidak tahu sama sekali tentang keberadaan Bandar, dan dalam kondisi yang sudah seperti sekarang, saya pun tidak bisa membantu apa-apa lagi.
Lalu setelah Bandar ditangkap apakah IHSG akan lebih baik ?
Kalau kita berbicara tentang IHSG, seperti selalu kami katakan kemana IHSG bergerak itu murni keputusan investor asing, jadi kita tidak perlu repot-report menghubungkannya dengan kondisi dalam negeri. Memang benar skandal Jiwasraya dan Asabri, juga kejatuhan beberapa Manajer Investasi memberikan iklim buruk pada dunia investasi dalam negeri, namun seluruh kasus itu hanya berdampak pada investor dalam negeri, dan sama sekali tidak mempengaruhi investor asing yang mengatur pergerakan IHSG.
Buktinya sudah jelas sejak kasus Jiwasraya memanas IHSG malah terus bergerak naik, bukan karena kasusnya, namun karena sejak itu investor asing memutuskan untuk masuk lagi ke bursa kita dan menaikan IHSG.
Apakah aksi Bandar dalam memanipulasi harga saham, itu tidak salah ?
Memang benar dalam undang-undang pasar modal, ada beberapa hal yang dilarang salah satunya aksi memanipulasi harga:
Namun sayangnya pihak otoritas bursa tidak pernah memberikan definisi pasti tentang kategori saham yang harganya dianggap sedang dimanipulasi. Jadi manipulasi harga itu sebenarnya hanya persepsi yang bisa berbeda bagi setiap orang.
Otoritas bursa sebenarnya bisa memberikan definisi harga saham yang sedang dimanipulasi :
Misalnya kalau ada perusahaan yang sedang rugi, namun harganya bergerak naik maka itu bisa dikategorikan aksi me-manipulasi harga. Jadi kalau hari ini ada saham yang perusahaannya sedang rugi, namun harganya naik, maka bursa akan menangkap semua investor yang membeli saham tersebut hari ini, karena dianggap sedang memanipulasi harga.
Atau bursa bisa memutuskan kalau harga saham PER-nya lebih dari 20 kali, maka itu sudah masuk dalam ketegori harga saham yang dimanipulasi. Jadi setiap orang yang membeli saham dengan PER lebih dari 20 akan ditangkap karena dianggap sedang memanipulasi harga.
Banyak investor menganggap ketika ada perusahaan bagus tapi harganya jatuh, itu berarti sahamnya sedang salah harga. Salah harga juga tentunya bisa masuk kategori manipulasi harga. Kalau itu dilarang berarti harusnya investor-investor yang mengeruk keuntungan dari saham salah harga seperti Lo Kheng Hong harusnya ditangkap juga.
Rumit bukan ?!
Jadi pada akhirnya tindakan manipulasi harga tersebut sering kali hanya muncul ketika ada seorang investor berduit/berkuasa merasa dirugikan dalam trading karena saham yang dia beli dibanting harganya oleh Bandar. Selama harganya sahamnya masih terus diangkat naik, itu tidak disebut sebagai aksi manipulasi. Contohnya bisa kita lihat di saham-saham yang baru IPO yang harga sahamnya bisa naik ratusan bahkan ribuan persen dalam waktu singkat, ketika harga naik tentunya tidak akan ada orang yang ‘melaporkan’ Bandar saham tersebut karena dugaan manipulasi harga, namun ketika bandarnya sudah profit taking, dan ada pihak besar yang nyangkut, barulah itu dianggap tindakan memanipulasi harga.
Lalu kenapa Bandar ditangkap ?!
Kalau membaca melalu berita-berita di koran, kesalahan yang dilakukan ada hubungannya dengan tindakan menghilangkan uang negara, yang memang melanggar hukum.
Akhir tahun lalu saya pernah makan siang dan ngobrol-ngobrol dengan seorang manajer investasi yang mengelola uang BUMN di bursa saham, beliau mengatakan bahwa mereka dilarang cut loss, meskipun saham yang dibeli hanya saham blue chip, karena aksi cut loss bisa dianggap menghilangkan uang negara, dan bisa masuk ke ranah hukum.
Jadi kemungkinan penangkapan tersebut tidak dikaitkan dengan aksi goreng-menggoreng saham, tapi pasal menghilangkan uang negara. Menurut saya ini adalah blunder yang dilakukan Bandar, karena berurusan dengan institusi negara, karena berbeda dengan ritel yang umumnya cuma bisa curhat, ketika terjebak strategi Bandar, institusi negara bisa menyerang balik, dan itulah yang dialami Bandar yang sedang kena masalah tersebut.
Lalu bagaimana nasib saham-saham yang dibanting turun, dan Bandarnya ditangkap.
Inilah efek paling merugikan investor ritel dari seluruh kasus ini, kita tahu sebelum kasus ini mulai memanas Bandar memutuskan untuk menurunkan harga saham-saham yang dikelolanya secara extreme, dan beberapa di antaranya bahkan sudah di parkir di harga 50. Lalu apa jadinya saham-saham tersebut setelah Bandarnya ditangkap ?
Nasib saham-saham tersebut kurang lebih seperti mobil bermasalah yang sedang diparkir dan ditinggal supirnya. Ada kemungkinan kalau supirnya tidak kembali lagi mobil itu bakal diparkir sampai mobilnya rusak karena kelamaan di parkir.
Karena kita tahu hanya Bandarnya lah yang bisa menaikan harga saham tersebut, kalau ritel yang nyangkut bisa menaikan harganya, harusnya sejak bulan Desember lalu saham-saham ini sudah terbang, karena Bandarnya sedang disibukan oleh urusan lain. Namun kenyataannya sekarang Ritel hanya bisa berharap dan berdoa, supaya harga saham tersebut bisa bangkit lagi.
Kemungkinan Sahamnya di Take Over Bandar Lain !!
Kalau Bandar saham-saham tesebut memang terpaksa mundur dari dunia persahaman, maka memang ada kemungkinan ada bandar lain yang men-take over kendali saham ini, namun proses take over tersebut biasanya membutuhkan waktu yang lama, karena Bandar baru tentunya harus sepakat dulu dengan bandar yang lama.
Jangan sampai ketika Bandar baru mulai mengangkat harga, bandar lama justru memanfaatkan momentum tersebut untuk keluar dari market dan mengguyur bandar baru tersebut. Selain itu ada juga ribuan investor ritel yang nyangkut di saham-saham ini, dan kalaupun ada bandar baru mau membangkitkan kembali saham-saham ini, idealnya mereka akan menunggu dulu sebagian besar investor ritel cut loss. Karena tujuan mereka men-take-over saham ini untuk cari untung, bukan untuk berbuat baik dan menolong ribuan investor ritel yang nyangkut.
Kesimpulan
Memang sulit untuk menunjuk pihak mana yang paling salah dalam seluruh kasus ini, di satu sisi Bandar membuat blunder dengan berurusan dengan institusi negara. Kita juga tidak bisa menyalahkan BEI atau OJK karena memang pergerakan investor di bursa saham tidak bisa diatur secara ketat seperti contoh di atas, kalau tidak mau pasar sahamnya tutup.
Kita juga tidak bisa menyalahkan pemerintah, polisi atau pengadilan karena mereka memang tidak pernah diajarkan konsep bandarmologi, jadi wajar mereka tidak tahu efek domino yang bisa datang akibat aksi mereka tersebut.
Kita juga sulit mengharapkan ada bandar lain mau membangkitkan saham-saham yang sekarang sudah terpuruk. Jadi ujung-ujungnya investor ritel yang tetap menjadi korban dan hanya bisa berharap dan berdoa supaya ada keajaiban di saham-saham yang sudah terpuruk harganya tersebut. Mungkin saja bandarnya mau berbuat baik dan menggunakan semua uang yang mereka miliki untuk mengerek naik kembali semua harga saham yang sudah jatuh, sehingga semua investor ritel yang nyangkut bisa keluar dalam posisi untung.
Jadi kalau anda bertanya kepada kami, apa solusinya supaya kejadian seperti ini tidak terulang lagi ? Solusi terbaiknya adalah mengajarkan sejak dini tentang konsep-konsep Bandarmologi, kepada mereka yang mau berinvestasi baik di saham, reksadana atau product-product investasi lainnya.
Karena pada akhirnya lebih baik sejak awal kita mengetahui kalau ada anjing galak di satu rumah, sehingga kita bisa mengambil keputusan apakah mau masuk atau tidak. Sehingga kalaupun anda memutuskan untuk masuk dan tiba-tiba anda digigit, anda tidak perlu menyalahkan orang lain. Karena pada akhirnya kalau anda berhasil selamat pun, anda sendiri yang mendapatkan rewardnya.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
23 comments
Kalau menurut saya yang awam tentang dunia persahaman,biarlah pasar itu bebas dan jangan ada campur tangan dalam hal kebebasan baik penjual dan pembeli…biarlah harga yg berbicara.Didalam perdagangan pun kita mengenal monopoly….apakah ini salah? Pemerintah sebaiknya mengedukasi calon2 investor dan bukan menangkap market maker menurut saya. ini bisa mengganggu ekosistem pasar. Sangat aneh rasanya seandainya semua hewan buas ditangkap krn dapat memangsa herbivora….ntar herbivora kebanyakan mau di apain. Predator itu penting karena hukum alam sudah berkata demikian.Mudah mudahan pemerintah kita berfikir jernih dan tidak gegabah dalam hal ini
Pemerintah disini nggak perduli soal bandar. Mereka peduli soal duit mereka.
Ibaratnya pemain saham punya investor, ketika pemain saham rugi, tinggal bilang “wah kita rugi, jadi ikhlasin aja yah” atau “sabar dikit bos, bisa gue balikin dikit lagi”
Ini bandar punya investor gede, pemerintah pula. Duit panas tuh. Mana mungkin bisa bilang “ikhlasin saja” atau “tunggu bentar”. Ketika pemerintah minta balikin duit, ya mesti balik atau jadi panas kayak gini. Kalo udah panas, cari kambing warna hitam. Dan semua bandar itu hitam sekali warnanya, mereka main di lumpur. Lumpurnya manis, tapi tetap saja lumpur.
Pelajarannya adalah: jangan ngumpulin dana yang panas kalo nggak mau urusan jadi kayak gini.
Bandar saham yg ditangkap kejaksaan itu bukan krn ulah mereka di pasar saham,….tapi krn mereka menyuap pejabat BUMN/pejabat negara dengan swap hutang menjadi saham…!!
Sama aja, bos. Sahamnya yang lagi parkir di harga rendah.
Mana mau negara terima begitu. Negara ngasih duit jumlah x, dan negara nagih duit jumlah x plus interest. Ini malah balikin pake saham. waktu itu balikinnya belom parkir di 50 atau nggak, mana mau tau.
Jadinya malah tangkepin bandar dan oknum BUMN yang approve beginian. Serius, jangan maenin duit panas.
Maaf bro, yg nangkap bandar bukan polisi, tapi kejaksaan sebagai pengacara negara..
Tampaknya kasusnya karena REPO Saham jadi si Bandar pinjam uang ke Jiwasraya dan Asabri sebagai BUMN dgn jaminan saham..
Nah masalahnya si Bandar gak balikin dana tsb tp kasih Saham yg harganya Sdh jatuh ke gocap..
Di cut loss gak bisa, cara paling gampang biar si Bandar bayar utang ya dipidana dengan pasal merugikan negara
Ini bukan penangkapan bandar bro. Ini bndar pada ditangkap karna terlibat dalam skandal pencucian uang dgn mangaer investasi jiwasraya dn asabri. Sehingga kasus ini lebih condong ke kasus korupsi. Pihak manager investasi telah melakukan pembicaraan dgn bandar dan membeli saham mereka dan terkesan rugi. Tapi dana yg diraup oleh bandar mengalir juga ke kantong manager investasi.
Kami akan meng-analogikan Bandar sebagai seekor ‘Anjing Galak’ dan apa yang kami katakan adalah jauh lebih baik dan lebih aman jika kita tidak mengusik keberadaan anjing galak tersebut, itu saja. Kami sama sekali tidak mengatakan anjing itu baik dan jinak, kami hanya mengatakan lebih baik anjing galak itu tidak diganggu. -> Kalau anjing galaknya sudah merugikan orang, ya anjing galak itu tidak boleh dibiarkan. entar kalau ada yg meninggal bagaimana? Boleh anjing galak di biarkan jika tidak pernah merugikan dan tidak berpotensi besar merugikan orang lain. Kalau anjing galak ada gunanya, misalnya menjaga rumah, tapi berisiko mencelakai anak sendiri apakah tetap mau dipelihara?
Kalau sudah tau ada anjing galak di rumah tersebut , resiko ditanggung oleh pencopet nya bukan? kalau tidak mau dengan resiko yang besar , silahkan cari rumah lain yang relatif anjingnya tidak terlalu galak untuk di “copet” #IMHO
Kalau bandingin dengan para pencopet, itu adalah adalah anak dari pemilik rumah. Pemilik rumah adalah regulator. Jadi solusinya suruh anak main di rumah orang yang lebih aman? Kalau anak kenapa2 ya jelas orang tua yang disalahkan/regulator yang disalahkan. Kalau sebagai tetangga kita mau nyalahkan orang tua atau anaknya? Anak SMA aja masih bs iseng terhadap anjing galak. Anjing galak bisa lepas dan menyerang anak tetangga
Dear Pak Argha
Apabila benar perkataan anda bahwa struktur “bandarmologi” dalam beberapa waktu ini telah terlanjur rusak dan nampaknya sulit di perbaiki. Ditambah lagi dengan statement dari presiden seputar goreng-menggoreng saham. Apakah masih relevan untuk belajar bandarmologi dgn struktur dan karakteristik sebelum kasus ini? apakah kedepannya, pada bandar lokal akan mengubah strategi tertentu sehingga pelajaran bandarmologi yang saat ini ditawarkan menjadi kurang relevan? Mohon pencerahannya. Kebetulan sblm kasus ini jiwasraya ini, sy sudah berminat untuk ikt training bandarmologi tahun 2020. Apakah lebih baik langsung training foreign flow saja? mengingat kasus ini tidak ada hubungannya dengan metode foreign flow sehingga kedepannya pelajaran yg di berikan, masih relevan dengan kondisi saat ini.
Terima Kasih
Kalau saya diminta saran kalau cuma mau ikut 1 workshop saham, sarannya workshop apa ? Jawaban saya selalu workshop Bandarmologi. Pasca krisis ini pengetahuan mendalam mengenai Bandarmologi bahkan jadi jauh lebih dibutuhkan. Karena hanya di workshop tersebutlah diajarkan secara mendalam tentang ‘how the market works’.
Memang benar krisis yang terjadi saat ini bisa sedikit merubah strategi dan kebiasaan Bandar, namun perubahan tersebut hanya disadari oleh orang-orang yang sudah paham tentang Ilmu Bandarmologi secara mendalam. LAgi pula setiap tahun kami selalu meng-upgrade tools dan mengupdate analisa yang dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi terkini. Dan seluruh Alumni Bandarmologi akan bisa mengikuti acara tersebut secara free.
Salam
Saran saya ganti saja judul workshop saham bandarmology dengan Money Flow…..krn pada dasarnya ada kesamaan prinsip kerjanya
Kalau melihat situasi beberapa bulan ini seperti ada skenario yang diatur pihak tertentu yang bisa kita sebut sebagai perang bandar. Si gajah gemuk (gg) melawan si gajah kurus (gk) . Beberapa bulan belakangan ini pamor dari saham yang di Bandari oleh si gk sedang naik daun banget karena aktif banget di pasar dan banyak ritel yang tertarik untuk bermain, seperti yang kita sama sama ketahui si ritel ibarat pangsa pasar dari para bandar banyak direbut oleh si gk. Si gg tentu tidak tinggal diam, maka di aturlah skenario menghancurkan si gk dengan berbagai cara baik baik cara halus maupun kasar dan tentunya dengan bantuan pihak tertentu yang berkompeten dan memiliki power.
Dan sekarang hasilnya mulai keliatan, ritel sebagian mulai takut untuk masuk ke saham si gk dan cenderung main di saham si gg.
Saatnya normalisasi pasar dari keberadaan Bandar Jahat menjadi Bandar Baik. Apakah yg membedakan? Bandar baik mengangkat harga berdasarkan fundamental saham dan tidak melakukan kebohongan2 di publik/pemberitaan hanya untuk menggoreng harga saham setinggi mungkin untuk selanjutnya dibanting, lalu ditinggal pergi. Bandar Baik tetap mencari keuntungan namun dengan cara yang elegan dan sesuai etika bisnis.
U r so naif dude
Bandar lokal ditangkap, kemudian bandar asing mulai masuk kembali. Apa nggak ada yang curiga mengapa ini terjadi bersamaan?
sepertinya perlu dibedakan antara market maker dengan predator. Menaikkan harga saham dengan rumor dan pompom, masih bisa disebut market maker, tapi misal bekerja sama dengan emiten untuk memoles harga saham dimana fundamental tidak mendukung, manipulasi laporan keuangan agar diminati investor, itu disebut predator, niatnya tidak hanya sekedar mendapat untung dari cut loss ritel atau capital gain waktu distribusi tapi memang ingin makan uang orang. Orang-orang seperti ini akan selalu ada selama pasar buka, jadi jangan takut aktivitas di bursa akan loyo hanya karena sekarang lagi ramai soal goreng-goreng saham. Semua orang cinta profit,entah strategi apapun yang dipakainya, tapi ketika rugi,entah karena bandar atau kesalahan perhitungan sendiri, akan selalu ada kambing hitamnya
Sdh saatnya kluar dari lingkaran setan…masih banyak sektor real berpeluang jadi kaya raya….smua konglomerat 9 naga kita kaya bukan dari situ tapi dari sektor real…
Udalah,mau workshop bandarmologi atau workshop apapun,bagusan jangan trading saham kecuali disimpan jangka panjang dengan hanya beli saham2 bagus yaitu perbankan dan consumer good..di indo ini,hukum gak jelaa,bisa dengan mudah dipermainkan saham2nya.kalo memang bos uda mantap dengan ilmu bandarmologinya,bagusan bos trading sendiri aja dan mungkin uda kaya raya kayak warren buffet,nyatanya sampai hari ini elo masih jualan kecap..jadi jangan banyak omong dan jadi tukang pesanan bandar untuk tulis2 analisa saham yg menjebak investor..bertobatlah..ingat,sepandai2nya tupai melompat,pasti akan jatuh juga..sama halnya dengan main saham,hari ini untung 100,besok bisa habis 1000..jauhi trading saham kalau tidak ingin jatuh miskin.
Bapak ini sepertinya sudah pait banget karena rugi mulu karena dikerjain mulu oleh bandar. Sampai ikut benci sama yang membahas tentang bandar.
Sampai Pak Argha yang justru ngajarin cara selamat dari jebakan Bandar aja ikut dibenci sama Pak Andi.
Saran saya beli deposito aja pak, gak usah beli saham lagi…
Dari tahun 1998 Saya main trading saham, dgn stock hampir 0 persen setiap Hari..ga Ada istilah invest kecuali uda pasti.. bandarmology sgt penting walaupun ga bisa dijadikan permainan jangka perhari, tapi info yg bagus sebagai referensi bermain. Salah lihat kebanyakan teman yg gagal jadi trader adalah bisa membeli tapi ga bisa menjual.. Hal tsb yg membuat teman Saya bisa Nahan saham 900 sampai ke 50, bisa membeli ga berani jual istilah saya. makanya saya usahakan setiap Hari Porto ga Ada sisa saham terutama akhir bulan.. sisa laba ditarik untuk biaya hidup.. Cara main begini, modal ga akan hilang Dan Akan bisa bertahan puluhan tahunm.apalagi ada bandar,nkita bisa numpang harian
Tidak akan ada masalah. Semuanya akan ada proses adaptasi. Bisa dilihat sampai kemarinpun masih ada perbandaran di bursa kok. So? Dont worry too much
Sementara ini efek terhadap beberapa saham yg baru IPO sangat nyata, sebelumnya harga saham baru selalu ancleng2an contoh saham SLIS itu, masa iya harga ipo seratusan kita retail baru bisa mulai buy diatas harga empat ribuan.. ogah!