Kita tentunya masih ingat, pada hari Selasa minggu lalu pelaku pasar dihebohkan dengan keluarnya report dari Credit Suisse (CS) yang men-DOWNGRADE Indonesia Extreme dari overweight 20% ke underweight 10%, dengan kata lain CS mengatakan IHSG akan turun dan kembali ke kisaran 5000an.
Keluarnya report negatif dari Credit Suisse langsung membuat panik para pelaku pasar, karena sebelumnya banyak investor lokal percaya kalau IHSG akan dikerek asing ke level 7.000 sebelum Pilpres bulan April nanti. Jadi ketika Investor Asing mengatakan bahwa IHSG akan kembali ke 5.000an tentu ada banyak investor lokal yang langsung panik.
Di tengah kepanikan investor lokal tersebut kami sini, dan banyak pengguna analisa foreign flow lainnya justru sangat ‘happy’ dengan kondisi yang sedang terjadi saat itu, apalagi setelah melihat pada sesi satu perdagangan hari Selasa saja IHSG sudah sempat turun sampai 1.5%.
Jika anda terus mengikuti pembahasan IHSG di website kami sejak seminggu sebelumnya pun kami sudah mengatakan bahwa kedepannya investor asing akan berusaha menakut-nakuti investor dalam negeri demi melancarkan aksi akumulasi mereka, dan merealikasikan strategi mereka mengangkat IHSG ke 7.000 sebelum Pilpres 2019.
Jadi memang para pengguna sistem Foreign Flow sangat-sangat bersemangat melihat penurunan IHSG, dan kepanikan Investor Lokal tersebut apalagi setelah melihat net sell asing hanya sebesar 165 Milyar sampai penutupan perdagangan sesi 1 hari Selasa lalu. Minimnya aksi jual asing dibalik kejatuhan IHSG tersebut mengkonfirmasi bahwa penurunan tersebut hanya merupakan aksi MARK DOWN asing yang bertujuan menakut-nakuti investor lokal, mereka memang tidak berminat menjual dalam jumlah besar, karena niat mereka memang ingin melanjutkan aksi akumulasi mereka ketika IHSG sudah jatuh, dan investor lokal sudah semakin panik.
Sebagai trader kami sudah siap menunggu waktu terbaik untuk memborong saham-saham unggulan di harga bawah, sambil berharap aksi mark down asing berlangsung secepat mungkin dan dengan penurunan sedalam mungkin, supaya kami bisa membeli semurah mungkin.
Namun di sisi lain sebagai trading educator dan sebagai penulis, saya cukup prihatin melihat kepanikan para investor lokal setelah mendengar berita tentang downgrade Credit Suisse tersebut. Apalagi di waktu yang sama mereka melihat sendiri kalau IHSG mengalami koreksi yang cukup tajam. Saya sadar benar bahwa ada banyak sekali investor ritel yang masih pemula yang masih ‘lugu’ dan minim pengalaman sehingga akan mudah panik dengan kondisi seperti seperti ini.
Dan karena keprihatinan tersebut pada masa jeda istrihat sesi pertama saya memutuskan untuk menulis artikel yang menjelaskan apa yang sebanarnya sedang terjadi di balik penurunan IHSG saat itu dan keluarnya report menakutkan dari Credit Suisse.
Artikel tersebut ditulis dengan cukup terburu-buru dan atas dasar ‘dorongan hati’ saya saja yang prihatin melihat banyaknya investor ritel yang panic. Walaupun seperti saya katakan di akhir artikel tersebut, saya merasa kalau saya sedang ‘menge-hianati’ para pengguna sistem Foreign Flow dengan menulis atikel tersebut. Karena dengan ‘menyulitkan’ strategi Investor Asing saya juga secara tidak langsung sedang menyulitkan para pengguna analisa Foreign Flow.
Dan singkat cerita terbitlah artikel yang berjudul : BREAKING NEWS: DI DOWNGRADE ASING, IHSG DIPREDIKSI AKAN JATUH KE 5.000AN
Terlepas dari judul yang memang sengaja dibuat heboh untuk mengundang rasa penasaran calon pembaca, dalam artikel tersebut kami menjelaskan bahwa kami tetap Optimis IHSG tetap berada dalam tracknya untuk sampai ke level 7.000 di bulan April nanti. Dan report negative dari CS dan penurunan IHSG saat itu justru menambah optimisme kami karena, pergerkan tersebut berarti investor asing masih terus bergerak dalam scenario yang kami buat sejak awal tahun.
Dan ternyata meskipun dirilis di siang hari di tengah koreksi IHSG, artikel tersebut lansung menjadi viral di barbagai media sosial dan forum-forum saham. Dan kami pun mendapat puluhan bahkan ratusan komentar-komentar di berbagai forum saham.
Beberapa di antarannya kami screencap dan bisa anda lihat pada gambar di bawah :
Dari komentar-komentar para trader di sosial media yang bisa kita lihat di atas kita bisa melihat ternyata setelah kami jelaskan apa yang sedang dilakukan oleh investor asing investor lokal bukannya panik dengan aksi downgrade yang dilakukan oleh CS, sebaliknya mereka malah semakin optimis karena percaya bahwa report tersebut adalah upaya menakut-nakuti yang dilakukan oleh investor asing saja untuk supaya mereka bisa membeli saham dari investor lokal di harga bawah.
Bukan cuma itu saya bahkan mendapat beberapa private massage dari beberapa rekan saya yang juga bekerja di institusi investasi lokal, yang memuji tulisan terakhir saya tersebut. Mereka ber-terima kasih untuk tulisan saya tersebut, yang akhirnya meng-edukasi investor dalam negeri yang selama ini selalu dikerjai investor asing.
Sebagai penulis tidak ada yang lebih menyenangkan daripada melihat bacaan saya disukai, dikomentari, dan dibaca lebih dari 5 ribu investor orang hanya dalam hitungan jam. Namun di sisi lain sebagai trader yang fokusnya mencari keuntungan saya merasa saya sudah membuat sebuah ‘bluder’ dengan menulis tulisan tersebut.
Karena dirilis dengan terburu-buru saya tidak terlalu memikirkan efek yang mungkin ditimbulkan dari tulisan tersebut, terutama jika tulisan tersebut dibaca investor lokal yang belum memahami Ilmu Foreign Flow, dan belum memahami cara terbaik untuk ‘mengalahkan’ investor asing.
Karena seperti dibahas di atas bagi investor lokal yang sudah memahami analisa Foreign Flow strategi yang umumnya digunakan adalah menunggu IHSG dijatuhkan, dan mayoritas investor lokal panik, baru di saat itu melakukan pembelian di harga bawah.
Namun bagi para investor lokal yang pada umumnya belum memahami analisa Foreign Flow, sepertinya kondisi tersebut diartikan seperti ini :
Credit Suisse sengaja mengeluarkan berita negatif supaya kita panik, dan bisa beli saham dari investor lokal di harga bawah. Melihat kondisi seperti itu, reaksi yang dilakukan banyak investor lokal adalah “Sebelum ASING BELI, GUA DULUAN YANG BELI”
Namun yang sering kali banyak investor lokal lupakan adalah ketika mereka membeli saham, maka HARUS ADA YANG JUALAN. Masalahnya kalau mayoritas investor lokal fokus belanja, tebak siapa yang ‘harus jualan’ ??
Benar sekali, Investor Asing lah yang jualan sepanjang minggu lalu, jika kita melihat dari pergerakan IHSG pasca dirilisnya artikel tersebut, kondisinya sudah banyak berubah. Sebelum dirilisnya artikel tersebut IHSG sudah turun 1.5% dengan outflow hanya 156M. Sementara di sesi 2 IHSG malah mengalami kenaikan sehingga ditutup hanya turun 1% sementara jumlah saham yang dijual asing justru bertambah secara signifikan menjadi 589M di akhir sesi 2. Artinya sepanjang sesi 2 asing jualan sekitar 450M sementara IHSG bukannya tambah turun malah naik.
Tidak selesai di situ di hari Rabu IHSG hanya terkoreksi 0.11% namun asing berhasil profit taking sebesar 960M, di hari Kamis IHSG bergerkak flat, turun 0.01%, tapi asing berhasil jualan sebesar 815M. Dan terakhir di hari Jumat IHSG turun 0.48% dan asing kembali jualan 328M.
Jadi bisa disimpulkan IHSG pada penutupan minggu lalu berada di level yang sama dengan ketika IHSG berada di level terendahnya hari Selasa lalu, namun bedanya Investor Asing sudah berhasil jualan sebesar 1.7 Triliun tanpa membuat IHSG turun.
Jadi kalau memang benar tujuan awal investor asing adalah untuk menakut-nakuti investor lokal, sambil menjatuhkan harga, maka bisa disimpulkan bahwa strategi tersebut sudah gagal. Karena faktanya IHSG tidak turun, dan lokal pun tidak panik.
Namun investor asing bukanlah investor yang bodoh, dan mereka juga bisa dengan mudah melihat pergerakan kita, melihat komentar-komentar kita di sosial media atau bahkan membaca artikel yang sama. Melihat kondisi itu dengan cepat mereka merubah strategi mereka, dan justru meEXPLOITASI optimisme investor lokal tersebut untuk mereka bisa melakukan aksi PROFIT TAKING.
Karena bagaimanapun mereka sudah mulai akumulasi ketika IHSG di 5.600an jadi kalau lokal memang sedang optimis dan ingin membeli saham, daripada berebebut saham dengan investor lokal. Lebih baik mereka memanfaatkan momentum tersebut untuk PROFIT TAKING. Kurang lebih itulah yang dilakukan oleh investor asing sepanjang minggu lalu.
INVESTOR LOKAL BERHASIL MENGIMBANGI KEKUATAN INVESTOR ASING
Jika kita adalah salah satu investor lokal yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi mungkin kita bisa bangga dengan fakta yang terjadi minggu lalu, kita tentunya pernah mendengar slogan-slogan yang mengatakan : “Sudah saatnya investor lokal menjadi tuan di negaranya sendiri.”
Jadi jika selama ini IHSG selalu terjun bebas kalau asingnya jualan, namun minggu lalu dengan bersatunya investor lokal, indeks kita terlihat sanggup bertahan terlepas dari guyuran aksi profit taking investor asing.
Jadi jika fokus kita trading saham adalah untuk merebut kendali IHSG dari tangan investor investor asing, maka apa yang terjadi minggu lalu adalah hal yang sangat baik. Namun kalau boleh jujur meskipun saya orang Indonesia, namun bukan itu tujuan saya trading, tujuan saya trading adalah untuk mencari untung. Kalau bisa dengan cara yang se-sederhana mungkin, dan memperoleh hasil yang semaksimal mungkin.
Itulah alasan saya menciptakan analisa dan sistem foreign flow di tahun 2010 lalu, karena saya percaya bagi saya investor ritel jauh lebih mudah mencari untung dengan cara mengikuti pergerakan investor asing daripada dengan cara melawan pergerakan asing.
Karena setelah 10 tahun lebih mempelajari dan menganalisa pergerakan Big Player, jika anda bertanya kepada saya :
Hal apakah yang harus terjadi supaya IHSG bisa bergerak naik secara signifikan dan dalam waktu yang lama ?
Maka dengan berat hati saya harus mengatakan :
Hal yang paling mempengaruhi kenaikan IHSG bukanlah pertumbuhan Ekonomi dalam negeri, nilai tukar rupiah, cadangan devisa atau hal kondisi politik. Sejak dulu sampai sekarang satu hal yang selalu terjadi dalam setiap kenaikan IHSG adalah aksi jual investor lokal ke investor asing.
Jadi kalau anda ingin IHSG dan saham-saham blue chip bergerak naik, caranya mudah, jual saja semua saham anda ke investor asing, maka cepat atau lambat harga saham tersebut akan bergerak naik.
Saya sadar memang dengan mengatakan seperti ini saya terlihat egois dan tidak nasionalis, namun sebenarnya apa yang saya katakan ini bukanlah hal baru. Semua analis dan pelaku pasar di bursa kita sebenarnya juga mengatakan hal yang serupa.
Kita tentunya sudah terbiasa membaca berita seperti ini :
” IHSG hari ini mangalami kenaikan sebesar 1.5%, kenaikan ini didorong oleh aksi beli investor asing di bursa kita, sebagai respon dari membaiknya data ekonomi dalam negeri “
Jika melihat headlinenya seperti di atas tentu kita akan biasa-biasa saja membacanya, namun yang tidak dikatakan oleh para analis adalah, berita yang sama bisa terlihat sangat berbeda jika dituliskan seperti ini.
” IHSG hari ini mangalami kenaikan sebesar 1.5%, kenaikan ini didorong oleh aksi jual investor lokal di bursa kita, sebagai respon dari membaiknya data ekonomi dalam negeri “
Karena kalau headlinenya seperti itu, maka terkesan sedang mengatakan kalau investor lokal itu bodoh, data ekonomi membaik tapi kok malah jual saham ?!
Jadi bisa anda lihat yang saya lakukan di sini hanyalah merubah cara penyampaiannya saja, dan sama sekali tidak berubah faktanya. Kita sudah biasa mendengar jika ada saham terbang tinggi harganya karena diborong Investor Asing, namun kalau kita mendengar ada saham harganya terbang tinggi karena adanya AKSI PANIC SELLING Investor Lokal, maka ego kita serasa diusik. Padahal keduanya adalah fakta yang sama, hanya dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda.
Kembali ke kondisi IHSG, bagi para investor lokal yang sudah memahami Ilmu Foreign Flow kondisi hari Selasa lalu sebenarnya merupakan kesempatan menarik untuk berburu saham murah di-tengah kepanikan investor lokal pada umumnya.
Itu sebabnya saya merasa melakukan ‘blunder’ karena saya merasa artikel saya justru membuat investor lokal yang seharusnya panic malah jadi optimis, yang tadinya sudah bersedia menjual sahamnya ke asing, malah jadi membeli saham asing, yang notabene justru akan menggangu proses kenaikan IHSG.
APAKAH HARGA SAHAM TIDAK BISA NAIK KALAU DIBORONG INVESTOR LOKAL ?
Pertanyaan di atas sering sekali ditanyakan kepada kami, karena memang sangat wajar bagi fakta kalau IHSG hanya bisa naik kalau ASING BELI dan LOKAL JUAL jelas sulit untuk diterima mayoritas investor lokal, terutama mereka yang belum memahami analisa foreign flow.
Kita tahu semakin hari jumlah investor lokal di bursa kita semakin bertambah, otomatis dana lokal yang ada di bursa kita pun semakin besar, jadi ketimpangan kekuatan antara investor lokal dan asing pun harusnya tidak sejauh 4-5 tahun yang lalu. Jadi apakah tidak mungkin investor lokal juga bisa mengangkat IHSG ?!
Sebelum mengasumsikan bahwa investor lokal sekarang sudah kuat dan bisa menaikan IHSG, kita harus melihat dulu buktinya. Apakah di masa lalu pernah ada periode dimana ketika investor lokal belanja, dan IHSG bisa terus bergerak naik ?
Masalahnya setelah pergerakan investor asing bisa di deteksi di bursa kita di tahun 2008, belum pernah ada contoh IHSG bisa bergerak naik ketika investor lokal berbondong-bondong membeli saham. Memang benar kekuatan investor lokal semakin hari semakin bertambah, namun sampai akhir tahun lalu pun kita tidak menemukan perubahan sama sekali.
Seperti bisa lihat dalam grafik foreign flow IHSG di bawah sepanjang semester pertama tahun lalu investor lokal memborong banyak sekali saham yang dijual oleh investor asing, total jumlah saham yang dibeli investor lokal dari Asing sepanjang bulan Januari sampai Juni sebesar lebih dari 45 Triliun. Besarnya kesanggupan investor lokal dalam menampung aksi jual asing tersebut sudah menunjukan peningkatan jumlah investor dalam negeri.
Namun hal tersebut sama sekali tidak merubah fakta kalau investor lokal belanja IHSG akan turun, karena memang pada periode itu pun IHSG mengalami penurunan dari level 6.700 – 5.700an. Karena kalau investor lokal sudah bisa menaikan harga, harusnya di tahun 2018 lalu IHSG akan naik secara luar biasa, karena terjadi AKSI BELI BESAR-BESARAN yang dilakukan oleh investor lokal.
Lalu kapan IHSG bisa naik lagi ? Kita tahu IHSG mulai naik lagi di bulan Oktober 2018. Kenapa IHSG naik di bulan Oktober sampai Januari ini ? Jawabannya sederhana, karena pada saat itulah investor lokal menjual sahamnya ke investor asing.
Jadi memang terlihat jelas sampai bulan Januari ini pun, hukum itu masih terus berlaku, jadi sangat sulit bagi saya untuk percaya hal yang berbeda akan terjadi bulan ini.
Memang benar bersatunya investor lokal berhasil menahan kejatuhan IHSG dari aksi jual asing. Pertanyaannya sekarang setelah kita para investor lokal menggalang kekuatan untuk menahan kejatuhan IHSG sepanjang minggu lalu, Lalu setelanjutya saham yang sudah dibeli itu mau diapain ?
Saya yakin mayoritas dari investor ritel akan menjawab dengan ringan : Setelah beli, saya akan tunggu sahamnya naik, lalu saya profit taking.
Kalau gitu pertanyaan selanjutnya : Kalau semua investor lokal cuma menunggu harga sahamnya naik, baru jualan, lalu yang naikin harganya siapa ?
Saya cukup yakin mayoritas dari investor lokal yang beli saham minggu lalu, masuk ke dalam kategori yang BELI dan MENUNGGU harganya nai. Karena memang sebagai investor lokal kita tidak bisa dan tidak biasa memikirkan bagaimana caranya menaikan IHSG.
Jadi ujung-ujungnya tetap sama, setelah LOKAL BELI, kita tetap saja berharap ASING yang MENAIKAN HARGA saham yang kita beli, dan masalahnya kembali lagi, harga saham baru akan dinaikan asing ketika lokal menjual sahamnya ke asing.
RUMIT BUKAN ?!
Memang rumit, itu sebabnya daripada harus pusing-pusing menaikan harga, atau melawan investor asing, kami lebih memilih untuk menggunakan analisa Foreign Flow, supaya bisa mengikuti saja pergerakan asing. Kalau Asing beli (artinya lokal pada umumnya jualan) maka meskipun kami investor lokal, kami memilih mengikuti pergerakan asing. Biarlah asing yang beli dan menaikan harga saham yang mereka beli, baru nanti ketika harga sudah tinggi, dan asing mulai profit taking, kami pun ikut jualan.
Bagi kami kalau fokus kita mencari adalah mencari untung, maka mengikuti pergerakan investor asing adalah cara yang jauh lebih mudah, daripada harus berusaha merebut kekuatan dari investor asing. Selain itu jika dipikir-pikir sebenarnya ada ratusan saham yang pergerakan harganya tidak diatur oleh asing, karena memang saham itu dikendalikan BANDAR LOKAL.
Saham BUMI adalah salah satu contohnya, semua investor tahu yang mengendalikan harga saham BUMI adalah ‘BANDAR BAKRIE’ pertanyaannya sekarang apakah karena saham tersebut dikendalikan oleh BANDAR LOKAL maka lebih mudah untuk kita mencari untung di saham tersebut ?! Anda bisa menjawabanya sendiri.
Yang pasti saya sudah mengenal ratusan orang yang bangkrut dan kapok trading saham karena dikerjai BANDAR BAKRIE, namun sampai sekarang saya belum pernah ketemu orang yang jatuh miskin karena trading saham TLKM, BBRI, BMRI, BBCA, yang notabene aalah saham-saham yang dikendalikan pergerakannya oleh investor asing. Karena terlepas dari investor asing dan pengikutnya memang menjadi pihak yang paling banyak memperoleh keuntungan di saham-saham tersebut, namun pada akhirnya dalam jangka panjang investor lokal juga bisa merasakan keuntungan di saham-saham yang dikendalikan dan dinaikan harganya oleh asing.
LALU BAGAIMANA NASIB IHSG KEDEPAN
Kondisi optimisme investor lokal saat ini memang di luar prediksi kami, jadi skenario yang sudah kami susun awal bulan Februari ini bisa dikatakan gagal, atau tertunda karena apa yang terjadi sepanjang minggu lalu. Dari perjelasan di atas tentunya kita sudah bisa sama-sama yakin kalau IHSG tidak akan mencapai level 7.000 kalau investor asing terus jualan.
Jadi harapan kita tentunya investor asing kembali masuk lagi ke bursa, kalau bisa mulai minggu depan, supaya target IHSG di 7.000 di bulan April bisa tercapai. Artinya memang mau tidak mau sebagian investor lokal harus rela menjual sahamnya ke asing, supaya IHSG bisa lanjut naik.
Mungkin setelah mengerti fakta yang dijelaskan di atas, kita sebenarnya tidak masalah investor lokal jualan supaya IHSG bisa naik, selama bukan saya yang harus jualan… Masalahnya kalau semua investor lokal berpikir seperti itu, tetap tidak ada yang mau jualan.
Jadi dalam kondisi seperti ini biasanya investor lokal-nya harus melewati masa ‘pemurnian’ dulu, karena saat ini kemungkinan semuanya ingin jual nanti ketika IHSG di 7000, namun jika dalam beberapa hari atau minggu kedepan IHSG tidak bergerak naik maka dengan berjalannya waktu, umumnya sebagian investor tidak sabar, dan jualan duluan.
Bisa juga investor asingnya ‘membantu’ mempercepat proses pemurniannya, dengan cara membanting dulu IHSG dalam beberapa waktu kedepan, hal itu akan membuat investor lokal yang awalnya mengira IHSG akan naik menjadi panik dan akhirnya bersedia menjual sahamnya di harga murah.
Di masa permurnian inilah akan terlihat perbedaan investor yang memang terlatih menggunakan analisa Foreign Flow dengan yang belum, karena jika kita memiliki sistem yang memadai untuk menganalisa pergerakan investor asing, maka kita bisa ber-adapatasi dengan strategi apa pun yang mereka buat.
Singkatnya melihat kondisi saat ini, masih panjang perjalan IHSG untuk bisa mencapai level 7.000, perang antara lokal dan asing akan terus terjadi. Sekarang pilihan diserahkan ke kita masing-masing, kita mau mendukung pihak yang mana ?
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God