Goldman Sachs memprediksi Pemerintah China sudah menggelontorkan dana senilai 1,5 triliun yuan atau setara dengan US$ 236 miliar untuk meminimalisir anjloknya pasar saham di negaranya.
Menurut data yang dikumpulkan Goldman, dana talangan (bailout) pada Agustus saja mencapai 600 miliar yuan (US$ 94 miliar). Sementara, sejak pertengahan Juni, Goldman mengestimasi pengeluaran pemerintah China setara dengan 3,5% dari nilai pasar saham di negara tersebut.
Besarnya dana yang digelontorkan menunjukkan kerasnya upaya Beijing untuk menjaga indeks di negaranya dari kejatuhan. Selain itu, pihak regulator juga melakukan menunda pelaksanaan IPO dan mengancam sanksi penjara bagi pelaku short selling.
China Securities Regulatory Commission juga mengatur pembelian saham dengan menggunakan dana tunai yang suplai oleh bank sentral. Mayoritas pembeli merupakan “Tim Nasional”, yang terdiri dari investor, broker, pengelola dana milik pemerintah China yang membeli saham-saham perusahaan milik negara.
Namum sejauh ini upaya keras tersebut belum terlalu menunjukan hasil karena dibalik semua usaha pemerintah China tersebut indeks China masih mengalami penurunan dalam 2 bulan terakhir.
Hal ini menunjukan bahwa aksi bailout dan buyback bahkan dalam jumlah yang sangat besar seperti yang sedang dilakukan di China tetap tidak sanggup mengangkat indeks suatu negara, dan hanya merupakan upaya untuk mengurangi kepanikan di market, sama seperti ulasan kami sebelumnya dalam pembahan mengenai buyback yang dilakukan di Indonesia.
Sumber: CNN Money
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market