Dalam 1 minggu terakhir perhatian para investor ritel di Indonesia terfokus pada terjun bebasnya saham-saham yang sebelumnya dianggap sebagai saham ‘multibagger’ di bursa saham kita. Kejatuhan yang terjadi di saham-saham tersebut selama bulan November ini memang sangatlah fenomenal, sebagai bayangan hanya di bulan ini saja sudah ada 16 saham yang turun lebih dari 50% dari harga tertingginya di bulan ini.
Di tengah kondisi IHSG yang tidak banyak bergerak selama bulan November, saham-saham gorengan seakan-akan saling berlomba untuk terjun bebas sepanjang bulan November ini. Selain itu marak juga pemberitaan tentang rontoknya kinerja beberapa reksadana, yang nilai dana kelolaan-nya bahkan turun puluhan persen hanya dalam beberapa minggu terakhir.
Apa sebenarnya yang sedang terjadi di balik kejatuhan saham-saham tersebut ?!
Pertanyaan itulah yang berkecambuk di pemikiran para investor ritel saat ini, terutama mereka yang ikut menjadi korban dari terjun bebasnya saham-saham tersebut.
Pertanyaan yang sama juga disampaikan oleh begitu banyak investor ritel kepada kami, karena memang jika di analisa secara Technical maupun Fundamental, bisa dikatakan tidak ada yang dapat menjelaskan mengapa dalam kondisi yang begitu tenang baik secara Ekonomi dalam Negeri, Politik, bahkan kondisi bursa Global, mengapa secara tiba-tiba puluhan saham bisa terjun bebas seakan-akan tanpa sebab.
Bahkan jika kita cari satu per satu pemberitaan mengenai apa yang terjadi di perusahaan-perusahaan yang sahamnya masuk dalam list di bawah pun, hampir bisa dipastikan kita tidak menemukan berita apa pun mengenai yang terjadi di perusahaan-perusahaan tersebut.
Jadi wajar investor ingin mencoba mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di balik layar dari kejatuhan harga tersebut, dan analisa Bandarmologi tentunya menjadi satu-satunya opsi yang kita miliki untuk mencoba memahami apa yang sebanarnya sedang terjadi.
Memang di ‘dunia perbandaran’ ada banyak kabar kurang baik yang dalam beberapa bulan terakhir, kabar-kabar tersebut banyak kami terima dari para pelaku pasar, baik di kalangan sekuritas dan fund manager, namun tentunya berita-berita tersebut semuanya bersifat ‘off the record’, dan sulit untuk dibuktikan kebenarannya. Jadi kami pun tentunya tidak berani memberitakan berita-berita tersebut ke publik.
Karena perlu dipahami Analisa Bandarmologi adalah analisa yang membahas pergerakan ‘orang’ yang sedang mengatur pergerakan harga saham, bukan membahas ratio-ratio keuangan, atau naik turunnya candlestick. Dan kita tentunya tahu Bandar/orang yang mengatur pergerakan harga sangatlah berbeda dengan ratio keuangan atau candlestick. Bandar bisa marah, kecewa, bahkan melampiaskan kemarahannya kepada kami atau kepada market.
Itu sebabnya dalam artikel ini kami coba menjelaskan apa yang kurang lebih sedang terjadi di market saat ini dengan bahasa sehalus mungkin sehingga tidak menyinggung pihak manapun, namun juga bisa menjawab pertanyaan para investor ritel yang mungkin sedang bertanya-tanya tentang apa yang terjadi di balik kejatuhan saham-saham gorengan tersebut.
KONDISI IHSG 2018 – 2019
Kita tahu dalam 2 tahun terakhir ini IHSG tidak bertumbuh sama sekali, bahkan cenderung mengalami koreksi baik di tahun 2018, juga di tahun 2019 ini. Kondisi yang terjadi dalam 2 tahun terakhir ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi dari tahun 2009 – 2017 lalu dimana IHSG hampir selalu naik setiap tahunnya.
Bagi anda yang sudah lama menjadi pembaca setia website kami tentunya sudah tahu apa yang menyebabkan penurunan IHSG dalam 2 tahun terakhir ini. IHSG mengalami koreksi karena sepajang tahun 2018 dan 2019 investor asing memutuskan untuk melakukan aksi jual besar-besaran di IHSG.
Jika kita menghitung jumlah uang yang berhasil Investor Asing kumpulkan dari total penjualan mereka di saham-saham unggulan sejak awal tahun 2018 sampai sekarang tanggal 20 November 2019, maka kita mendapati bahwa asing sudah berhasil menyerap uang investor lokal sebanyak kurang lebih 65 Triliun.
Dalam 2 tahun terakhir ini asing memanfaatkan momentum terus bertumbuhnya jumlah investor dalam negeri baik di saham maupun reksadana, juga semakin meningkatnya profit perusahaan-perusahaan unggulan di IHSG untuk menjual saham-saham blue chip yang mereka miliki ke investor dalam negeri. Karena investor asing tentunya tahu bahwa waktu terbaik untuk mereka melakukan profit taking adalah ketika fundamental perusahaan sedang baik-baiknya, dan jumlah pembeli sedang banyak-banyaknya.
Dan karena kita tahu bahwa Investor Asing yang memegang kendali pergerakan IHSG, jadi hanya merekalah yang bisa membuat IHSG NAIK, inilah yang menjadi penyebab 2 tahun terakhir ini IHSG tidak bisa naik, karena investor asing terus jualan.
EFEK TURUNNYA IHSG TERHADAP PELAKU PASAR DALAM NEGERI
Turunnya IHSG dalam 2 tahun terakhir memberikan dampak negatif terutama bagi para Fund Manager dalam negeri, di awal tahun 2018 lalu kami sempat melihat daftar saham-saham yang dipegang 5 reksadana saham lokal terbesar di Indonesia saat itu. Dan saham-saham yang menjadi asset tersebesar reksadana-reksadana tersebut umumnya terfokus di TLKM, BBRI, HMSP, ASII, dan BMRI.
Dan jika anda melihat kinerja ke 5 saham tersebut di tahun 2018 dan 2019, anda akan mendapati bahwa 4 dari 5 saham tersebut bergerak turun dalam 2 tahun ini, hanya BBRI yang saat ini harganya lebih tinggi dibanding harga awal tahun 2018 lalu, itupun kenaikannya tidak singifikan.
Jadi sangatlah wajar jika kinerja dana kelolaan para fund manager tidak terlalu memuasakan dalam 2 tahun terakhir ini, dan tentunya hal tersebut membuat para nasabah yang yang menginvestasikan uangnya dalam reksadana tersebut kecewa, dan mencari product investasi dengan return yang lebih tinggi.
Dan para Fund Manager sadar kalau tidak ada yang mereka bisa lakukan untuk menaikan harga saham-saham unggulan yang mereka miliki dalam portfolio dana kelolaan mereka, karena saham-saham seperti TLKM, BBRI, HMSP, ASII, dan BMRI semuanya di atur pergerakannya oleh investor asing.
Jadi dalam 2 tahun terakhir ini mereka hanya bisa berharap dan berdoa supaya investor asing kembali masuk ke bursa kita dan menaikan harga saham-saham tersebut. Namun sayangnya kita tahu sampai saat ini harapan tersebut tidak kunjung tiba.
Namun karena investor asing yang tidak kunjung menaikan harga saham-saham blue chip, dan tidak ada yang bisa dilakukan oleh investor lokal untuk me-maksa asing masuk lagi ke bursa kita, maka mau tidak mau, para fund manager harus ber-inovasi.
Mereka sadar kalau hanya bergantung pada saham blue chip, dana kelolaan mereka tidak akan perform, sebelum investor asing memutuskan untuk menaikan saham-saham tersebut. Itu sebabnya beberapa fund manager memilih untuk beralih ke saham-saham yang tidak di-atur pergerakannya oleh investor asing.
Dan dalam ilmu bandarmologi dijelaskan bahwa saham-saham yang paling mudah dinaikan harganya adalah saham-saham yang baru IPO. Para fund manager pun tentunya tahu itu, dan mereka melihat kesempatan ada banyaknya perusahaan yang baru IPO untuk mengalihkan dana kelolaannya ke saham-saham tersebut.
Kita tahu investor asing umumnya tidak akan masuk ke saham yang baru IPO, jadi bisa dikatakan pergerakan harga saham-saham tersebut murni dikendalikan oleh Bandar-Bandar Lokal. Supaya lebih aman dari gangguan para investor ritel, para MI banyak memilih saham-saham yang tidak dikenal publik, untuk menjadi asset dari dana kelolaannya.
Untuk lebih memahaminya anda bisa membaca pemberitaan yang kami ambil dari Kontan.co.id mengenai kinerja dan manuver salah satu manajer investasi di awal tahun 2019 ini.
Dalam cuplikan berita di atas, kita bisa melihat apa yang dilakukan oleh MI tersebut sebenarnya cukup cerdas, dimana mereka menutupi kerugian di saham WSKT dan ADRO yang keduanya terus dijual oleh investor asing selama tahun 2018-2019 yang membuat kedua saham ini terus turun, dengan cara membeli saham DEAL dan FORZ yang pergerakannya tidak diatur oleh investor asing.
Dimana dari DEAL saja mereka sudah mendapat profit sebesar 430% dalam waktu kurang dari 2 bulan, sementara di FORZ mereka berhasil memperoleh keuntungan 52%. Keuntungan dari kedua saham tersebut lah yang membuat kinerja dana kelolaan mereka mengalahkan kinerja IHSG.
Hal ini sebenarnya bukanlah strategi yang baru dilakukan oleh para MI lokal, bahkan materi ini sudah kami jelaskan di Workshop Bandarmologi IPO yang sudah kami rilis sejak awal tahun 2019 ini.
KEBERHASILAN PRODUCT REKSADANA (BANDAR LOKAL)
Baiknya kinerja reksadana yang fokus pada saham-saham yang diatur pergerakannya oleh Bandar Lokal membuat banyak investor yang mengalihkan dananya ke reksadana-reksadana sejenis, apalagi karena reksadana yang berisi saham-saham unggulan yang dibandari Asing kinerjanya mengecewakan. Sementara investor yang sudah untung karena membeli product reksadana ini pun umumnya tidak mau menjual reksadananya terutama karena kinerja yang sangat baik, dan tidak adanya pilihan investasi yang lebih menarik.
Dan jika anda menjadi MI dari reksadana tersebut, dan anda memiliki pilihan menginvestasikan dana yang anda terima dari nasabah yang baru masuk, di antara 2 pilihan ADRO yang terus dijual asing dan harganya terus turun, atau FORZ sudah menghasilkan keuntungan luar biasa besar, dan harganya tidak diatur oleh asing. Kira-kira saham mana yang anda akan tambah jumlahnya di portfolio anda ?! FORZ tentunya.
Kondisi inilah yang membuat ada begitu banyak saham-saham MULTIBAGGER yang muncul dalam 2 tahun terakhir, saham-saham yang sudah naik ratusan bahkan ribuan persen, namun harganya terus dikerek naik oleh BANDARnya, meskipun tidak pernah ada pemberitaan apa pun, dan tidak banyak investor ritel yang mengenal ini.
Strategi investasi yang sama juga yang menyebabkan kejatuhan saham-saham gorengan yang terjadi sepanjang bulan November ini membuat banyak product reksadana juga ikut jatuh nilainya, menurut pemberitaan CNBC Indonesia kemarin, sepanjang bulan November ini sudah ada 10 product reksadana, yang dikeluarkan oleh berbagai Manajer Investasi yang NABnya mengalami penurunan lebih dari 30% hanya dalam waktu 2 minggu.
MEMANASNYA KONDISI ‘PERBANDARAN SAHAM’ DALAM BEBERAPA BULAN TERAKHIR
Kami tidak tahu apa yang menjadi ‘trigger’ awal dari memanasnya kondisi ‘bisnis perbandaran saham’ di dalam negeri, namun dalam beberapa bulan terakhir memang kondisi bisa dikatakan cukup memanas. Dan kami sangat menyadari betapa bahaya-nya jika kondisi terus memanas.
Itu sebabnya sejak beberapa bulan lalu kami menyerukan supaya kita para investor ritel dan pelaku pasar lainnya untuk lebih respect dengan keberadaan Bandar, karena mereka punya peran vital di bursa saham. Apalagi kita tahu bahwa sampai saat ini Bandar Asing pun terus jualan dan meninggalkan bursa kita, jadi kalau tidak ada Bandar Lokal maka kita akan semakin sulit mencari peluang untuk meraih keuntungan.
Namun sayangnya tidak banyak yang berubah, dari waktu ke waktu kondisi sepertinya terus bertambah panas, dan puncaknya beberapa minggu yang lalu, salah satu kejadian yang ‘menimpa’ salah satu Bandar Lokal besar di bursa kita, ternyata memberikan efek domino di puluhan saham-saham lainnya.
Kami mohon maaf, kami tidak berani memberi tahu pristiwa apa yang mengawali kejatuhan saham-saham gorengan dalam 1 bulan terakhir ini. Karena pada akhirnya dalam kondisi seperti saat ini yang terpenting bukanlah apa alasannya, melainkan sampai kapan krisis ini berlangsung. Sampai kapan ‘kemarahan bandar’ ini akan berlangsung, dan kapan kejatuhan saham-saham gorengan ini akan berakhir ?
KAPAN KONDISI INI AKAN BERAKHIR ?!
Kemarin (Rabu, 20 November 2019) team Creative Trader bertemu dengan direksi dari salah satu sekuritas berpengaruh di bursa kita, dan dari hasil ngobrol-ngobrol panjang, kami mendapat beberapa informasi penting tentang update kondisi terkini.
Dari informasi yang kami dapatkan, menurut pandangan kami dalam waktu dekat (kemungkinan minggu ini) kejatuhan saham-saham gorengan yang terjun bebas selama bulan November ini harusnya sudah akan berakhir. Namun sejauh ini kami belum mendapatkan cukup informasi yang bisa membantu kami memprediksi apakah ber-akhirnya kejatuhan tersebut akan disertai dengan rebound yang tidak kalah besarnya, atau hanya badainya saja yang mereda namun sahamnya akan tidur di keterpurukannya saat ini.
Namun satu hal yang juga perlu kita waspadai, di awalnya kemungkinan tidak seorang pun yang menyangka pristiwa besar yang terjadi beberapa minggu lalu dapat memberikan efek domino sebesar ini di begitu banyak saham. Jadi meskipun kejatuhan saham-saham yang saat ini terjun bebas kemungkinan akan segera berhenti, bukan mustahil akan muncul efek domino ke saham-saham lainnya. Jadi jika anda ingin cari aman sebaiknya kurangi posisi anda di saham gorengan, atau saham-saham yang sempat naik secara tidak normal dalam 2 tahun terakhir.
PELAJARAN YANG BISA DIAMBIL DARI PRISTIWA INI
Seperti kami bahas dalam artikel di minggu ini, kejadian yang sedang dialami Bandar saat ini bukanlah sesuatu yang biasa terjadi, bahkan seingat kami kejadian seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan kami pun tidak tahu siapa yang sebenarnya paling salah dalam kondisi saat ini.
Namun satu hal yang kami cukup yakin adalah, dalam kejadian ini ada banyak pihak yang dirugikan, dan sejauh ini kami belum melihat ada satu pihak pun yang diuntungkan dari kejatuhan bisnis di saham-saham gorengan ini.
Pemberitaan media banyak meng-highlight tentang rendahnya pengawasan terhadap kualitas perusahaan yang baru IPO menjadi penyebabnya. Jujur kami kurang setuju, karena saat ini pun tidak terjadi apa-apa di perusahaan yang harga sahamnya sedang terjun bebas. Perusahaanya tetap baik-baik saja, tetap beroperasi seperti hari-hari sebelumnya, yang berbeda hanya aksi bandarnya saja, dimana dalam 1 tahun terakhir harga saham-saham tersebut terus dikerek naik, dan beberapa minggu terakhir harganya dibanting turun.
Bagus atau tidaknya perusahaan tidak akan merubah realita tersebut, hanya karena perusahaannya bagus bukan berarti sahamnya tidak bisa dibanting Bandar, karena siapa pun yang punya saham bebas menjual saham mereka kapan saja di harga berapa pun, tidak peduli fundamentalnya bagus atau tidak.
Namun paling tidak ini pembelajaran berharga untuk kita semua tentang pentingnya peran bandar di bursa saham, dan seperti kami selalu kami katakan, Bandar Lokal memang pergerakannya lebih extreme, dan menjanjikan keuntungan yang lebih besar bagi mereka yang bisa membaca pergerakan mereka. Namun kalau kita mau cari aman, jauh lebih aman trading saham-saham yang diatur pergerakannya oleh investor asing.
Jadi mari kita sama-sama berdoa supaya investor asing segera memutuskan untuk kembali masuk ke Indonesia dan kembali menaikan IHSG, karena pada akhirnya semua krisis ini pun diawali dengan aksi jual yang terus dilakukan investor asing di bursa kita.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
15 comments
Menurut saya OJK harusnya men-suspend dulu semua saham yang turun tajam beberapa hari terakhir ini, supaya para Bandar dan pihak-pihak lain yang bersangkutan bisa lebih tenang dan sama-sama mencari solusi. Kalau perlu ada dialog resmi antara perwakilan-perwakilan Bandar dengan pihak OJK.
Karena ada banyak peraturan-peraturan baru yang menurut saya cukup menghambat aktivitas Bandar, menurut saya sebaiknya peraturan-peraturan tersebut dibatalkan saja.
Artikel yang bagus anyway…. Salut sama info-info yang didapat CTS.
Di Instagram CTS bilang nggak lagi terjadi perang Bandar, setelah baca artikel ini jadi bingung sebenarnya Bandar ini lagi marahnya sama siapa ? Kok efeknya sampai mengerikan seperti ini.
Pak argha, tolong buat artikel yang membahas gimana nasib reksadana-reksadana yang jeblok nilainya karena pristiwa ini. Apakah masih ada harapan balik ke nilai semula ?
Bandar marah sama CNBC kayaknya pak. Liat berita2 mereka yang terlalu memblow-up dengan cara negatif. Dalam satu hari aja bisa banyak judul berita padahal isi nya sama. Mulai dari Thanos sampai Narada. Padahal seperti bapak bilang, bandar adalah manusia. Ya kalo di beritakan negatif terus jadi marah lah mereka. Apalagi terusan nya di suruh bayar buat dibikinin berita baik. Setelah pilpres udah ngga ada yg bs mereka peres lagi, jadilah bandar yg jadi korban.
kurasa itulah kekurangannya MI: krn ada pressure harus perform, maka tidak bisa cukup bilang “maaf, kita gagal tahun ini” , tetapi malah jadi harus mulai pake ‘jurus terlarang’ main gorengan demi menutup kerugian, padahal ‘jangan main gorengan’ adalah satu aturan yg dulu disiplin diterapkan sendiri. Bencana kedua: ternyata cara itu sukses. Adalah manusiawi/logis untuk memutuskan meneruskan yg sukses, padahal harusnya cara itu hanya temporary fix, malah jadi diandalkan. Jadi makin berani masuk, makin berani ambil. Masalahnya? Saham gorengan bukan seperti SDA yg cukup bisa diambil: saham gorengan ibarat harta karun di goa hantu yang tentu saja ada penunggu nya… Dan setan penunggunya menilai manusia-manusia ini malah jadi ‘kurang ajar’…
owhh… ternyata alur logikanya seperti itu ya.. saya baru paham..
Ternyata saling berkaitan antara kekuatan2 besar dan saling berefek satu sama lain (Bandar Asing, Bandar Lokal, OJK/Regulator)
Bandar lokal kesel sama OJK nih, ujung2nya yang jadi korban ritel yang masih nyangkut2.. Padahal OJK ngatur biar saham gorengan ga makan korban.. Tapi ya tetep aja..
Suka-suka bandarrr….
Tidak hanya Narada. Mandiri maupun Simas kinerja RD Sahamnya juga minus 5% lebih. Apakah mereka juga ikut saham gorengan ?
Mgkn kejatuhan smua saham gorengan pada waktu bersamaan adalah bagian dr secret society ( bandar dan para MI reksadana) dengan tujuan melindungi keuntungan masing masing.. dimana dgn menjatuhkan hrg saham maka investor saham/reksadana akan berpikir 10kali sebelum menjual saham/reksadana mereka.
Mungkin besok mereka (yg tidak rela cutloss) akan ditawari keuntungan lebih jika hrga sahamnya sudah naik kembali.
sepenggal script dari film “the wolf of wallst” yg bs membuka pandangan bahwa yg rugi tetaplah investor retail dan mereka tetap UNTUNG.
“So if u got client who bought stock at 8$ and now at 16$. He’s all fucking happy. He want to cash, liqiuidate take his fucking money and run home.
U dont let him do that caus that would make it real.
So what do you do? You get another brilliant idea. Another stock to reinvest his earnings and then some and he will every single time cause they are fucking addicted.
Mean while he thinks getting rich which he is on paper but broker taking home cash”
Kalau gorengan minus 50 ℅ lebih om, lihat di tabel atas…
Apakah Mandiri minus 50% juga ?
Jelas tidak…
Wah berarti ancaman bahaya juga bagi MI yang saat ini mengendarai saham SLIS ngebut sampe terbang..
Heii.. Bandar gak butuh respect Anda ataupun retail..
Saat kita rugi, ada sisi lain atau pihak yg diuntungkan. Dan saat kita untung, ada pihak lain yg dirugikan. Karena disitulah market bekerja. Sebutan bandar, retail hanya untuk menutupi kesalahan dan ketidakmampuan anda menganalisa pergerakan harga saham. Tetaplah belajar. Karena ilmu adalah teori sedangkan pemahaman itu adalah harta.
Menarik untuk disimak P. Arga., Mungkin bagi yang Sudah pernah dengar metode CANSLIM pak., Karya William O’Neil.,
Metode Canslim ini kombinasi FA dan TA, Lebih dominan FA, Sedangkan TA hanya sebatas support dan Resistan,
Sebaik nya kata bandar itu boleh di vermak lagi., Karena bandar itu (Market Maker) ., Ex. MI, Reksadana Saham, Ansuransi, Dana Pensiun., Dan Asing. Kita Investor Ritel tidak punya daya apa apa melawan mereka., Kita tidak mengetahui siapa itu market maker kalau sudah di bursa pasar, Tetapi kita bisa mengetahui jejak tersebut, Dengan akumulasi dan distribusi besar besar yang di lakukukan secara masif. Jadi kita hanya bisa nimbrung saat mereka mulai akumulasi dan sebalik nya.
Yang dimaksud Bandar Lokal Besar oleh posting ini adalah si Bentjok, sejak kasus Jiwasraya diambil alih Kejagung maka saham2 mainan Bentjok semua ambyar!
Gw s7 kalau para bandar yg ga make aturan disikat > dengan berkurang bandar nakal pasar modal kembakli ke jalan yg benar. Awal mula kita beli saham kan pengen ikut andil memiliki perusahaan. Kalau kita punya perusahaan kan ikut menikmari keuntungan dari hasil operasai perusahaan. Keuntungan tertermin dari dividen. Dividen bisa di perkirakan dari laporan keuangan yg diterbitkan perusahaan setelah diaudit. Jika dividen lancar dan bagus investor retail (masyarakat) pasti keep saham dia. Ga peduli mau harga sama terus tiap tahun. Nah yg belum punya saham pasti pengen dong beli karena ngincer dividen bagus. Mulailah nawar naik dikit. Tergantung yg punya saham sebelum nya mau ngelepas atau enggak. So pemicu harga naik dan turun saham kembali ke jalan yg benar yaitu performa dan keuntungan perusahaan walau naik turunnya enggak se volatile kalau di bandari para perompak. Di sini indikator dan rasio ekonomi nyambung. Semenjak para perompak menyerang dan berbuat seenak jidatnya harga saham jadi kagak nyambung ke teori ekonomi. Berantakan lah ini pasar saham lama kelamaan. Perompak yg ga make aturan ini bikin toxic di pasar saham. DI jangka pendek yg untung para trader , bandar , dan manager investasi. Tapi di jangka panjang masyarakat retail akan trauma karena tiap kali mereka masuk bakalan di sembelih jadi korban para bajak laut. Lu bisa bayangkan orang polos bawa tas isi duit masuk ke gedung yg isinya rampok semua ? habis lah dia di pretelin satu satu. Apa mau begini terus keadaan pasar modal kita ? Pasar modal yg 7 an awalnya membantu terciptanya usaha baru yg menyerap lapangan kerja jadi casino legal ? usaha baru ga ada yg bertumbuh justru perusahaan di atas kertas doang.