Keanehan saham AISA dimulai sudah terjadi di bulan Juni 2017 lalu, pada saat itu saham AISA masih dianggap sebagai salah satu saham dengan fundamental yang sangat baik, dan menjadi saham favorit para value investor. Namun secara tiba-tiba investor asing yang pada saat itu membandari saham ini secara tiba-tiba melakukan aksi cutloss besar-besaran di saham ini.
Pada saat itu para investor ritel belum tahu apa yang sedang terjadi, atau akan terjadi di perusahaan ini, aksi cut loss misterius investor asing baru terjawab pada tanggal 21 Juli 2017, dimana tiba-tiba muncuk Breaking News karena salah satu pabrik beras AISA digerebek dan disegel langsung oleh Kapolri, dan menjadi fokus pemberitaan Nasional pada saat itu, yang disertai kejatuhan saham AISA secara ektreme dalam beberapa hari.
Namun cerita saham AISA tidak berakhir di situ, di awal tahun 2018 saham AISA bangkit lagi, pada saat serupa para investor ritel berbondong-bondong membeli saham ini, terutama karena direkomendasikan oleh para analis fundamental pada saat ini. Namun ternyata harga AISA hanya dibangkitkan oleh sejumlah Broker Zombie untuk memancing investor ritel membeli saham tersebut, supaya pemiliknya bisa keluar dari saham ini. Setelah saham yang dimiliki perusahaan pengendali habis, saham ini kembali terjun bebas, dan memakan lebih banyak korban lagi.
Saat ini AISA sudah di suspend lebih dari 1 tahun, dan terancam akan di delisting. Menurut info ada 17 ribu investor ritel yang nyangkut di saham ini, dan tidak bisa keluar. Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari kasus ini. Jika anda termasuk investor yang tidak mengikuti kasus ini di tahun 2017 dan 2018 lalu, anda bisa mempelajarinya dalam artikel yang kami posting tanggal 26 Juni 2018 lalu di bawah :
Dalam setahun terakhir pembahasan mengenai saham AISA berulang kali menjadi perhatian utama bagi para pembaca setia website kami. Cerita mengenai saham ini dimulai ketika harga sahamnya masih di kisaran 2.200an, pada saat itu saham ini masih dianggap sebagai salah satu saham dengan fundamental yang baik dan memiliki bisnis yang kokoh. Saham ini mulai menarik perhatian Team Creative Trader di bulan Mei tahun lalu, karena pada saat itu sistem Foreign Flow kami mendeteksi bahwa Investor Asing secara tiba-tiba melakukan aksi cut loss besar-besaran di saham ini, tanpa diketahui penyebabnya.
Cerita mengenai AISA semakin memanas, ketika di bulan July lalu ketika secara tiba-tiba Pabrik Berasnya digrebek oleh Polisi, yang berakhir dengan ditutupnya salah satu unit bisnis beras milik AISA. Pristiwa ini menjawab misteri aksi cut loss Investor Asing di saham AISA yang terjadi sekitar 2 bulan sebelum digerebeknya pabrik beras AISA. (Analisa lengkap dari sudut pandang Bandarmologi mengenai aksi cut loss investor asing dan penggerebekan pabrik AISA ini menjadi salah satu article yang paling banyak dibaca di website kami tahun lalu, dan juga banyak di posting ulang oleh berbagai media nasional. (Anda bisa membaca ulang artikelnya disini)
Setelah di cutloss asing sejak harga 2.000an, di hari penggerebekan harga saham ini Auto Reject Bawah dan tutup di harga 1.200an, namun yang terburuk di saham ini ternyata belum berakhir, setelah ‘ditinggal asing’ harga saham ini jadi seperti mobil di turunan yang ditinggalkan oleh supirnya, dan hanya bisa terus meluncur turun tanpa ada yang mengendalikan, atau mengerem penurunannya. Alhasil diakhir tahun 2017 lalu dan harga AISA ditutup di harga 480an.
Di awal tahun 2018 sistem Bandarmologi Pro kami mendeteksi adanya pergerakan misterius dari broker-broker zombie di saham ini, dan pergerakan tersebut membuat kami optimis harga saham AISA akan DIGORENG dalam waktu dekat, aksi tersebut juga menjadi kenyataan, seperti kita ketahui di awal tahun harga saham AISA pernah sempat kembali ke 700an. (Baca artikelnya di: Setelah Akumulasi, Pasukan Zombie siap Goreng AISA )
Namun seperti kita juga tahu tujuan Bandar menggoreng saham bukan untuk menaikan harga saham yang digorengnya setinggi mungkin, melainkan untuk memancing para investor ritel dengan cara menaikan harga, supaya para investor ritel membeli saham yang sedang digoreng sebanyak mungkin, dan umumnya berakhir dengan kejatuhan saham tersebut setelah Bandarnya ‘kenyang’ melakukan distribusi.
Dalam grafik di atas kita bisa melihat fase dimana BANDAR menggoreng saham AISA, apa yang terjadi setelahnya dan bagaimana saham ini ‘berakhir’ seperti sekarang.
Jika kita melihat kondisi saham AISA saat ini dari sudut pandang Bandarmologi, maka kita akan menemukan satu fakta yang cukup mengerikan mengenai saham ini, dan mendatangkan kekhawatiran bahwa apa yang terjadi di saham AISA saat ini dapat menjadi akhir dari cerita saham ini.
Kita semua tahu bahwa kelangsungan bisnis beras AISA saat ini sudah tidak jelas, kita juga tahu bahwa perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar hutang obligasi senilai 900M dan saat ini perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk membayar hutang tersebut.
Selain itu kita juga tahu bahwa Investor Asing yang sebelumnya menguasai saham ini, sudah memutuskan untuk meng-cutloss besar-besaran saham ini sepanjang tahun 2017 lalu, dan seperti bisa kita lihat pada grafik Foreign Flow AISA di atas, aksi jual tersebut membuat harga AISA jatuh dari kisaran 2.400 di awal fase cut loss mereka, sampai turun ke harga 400 di bulan Desember (akhir masa jualan investor asing).
Jadi memasuki tahun 2018 ini Investor Asing sudah bisa dikatakan ‘angkat kaki’ dari perusahaan yang satu ini, pilihan tersebut mereka ambil dengan harga yang sangat mahal. Salah satu bukti yang menunjukan bahwa investor asing sudah angkat kaki dari pergerakan saham AISA bisa kita lihat dari indikator Partisipasi Asing di saham ini, di bulan Juni 2017 lalu partisipasi investor asing dalam transaksi harian AISA mencapai 55%, artinya lebih dari setengah perdagangan saham ini dilakukan oleh investor asing. Partisipasi asing di saham ini terus turun, dan di pertangahan tahun 2018 ini partisipasi investor asing di perdagangan saham AISA hanya tinggal 3% lagi, artinya pergerakan harga saham AISA memang sudah sepenuhnya dikendalikan oleh BANDAR LOKAL.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan saham yang dikendalikan oleh BANDAR LOKAL, bahkah data statistik menunjukan lebih dari 60% saham di bursa kita dikendalikan harganya oleh BANDAR LOKAL, sekarang tinggal kita melihat apa yang sedang dilakukan oleh BANDAR LOKAL di saham AISA.
Apakah Bandar lokal memutuskan untuk menampung barang hasil CUT-LOSS-AN investor asing di harga murah, sambil bersiap-siap membangkitkan harga saham ini. Atau Bandar Lokal pun memilih untuk menjual saham ini ? Dan karena Investor Asing sudah angkat kaki dari saham ini, maka satu-satunya korban tersisa yang bisa menampung aksi jual BANDAR LOKAL adalah Investor Ritel, karena memang kita tahu Teori Bandarmologi mengatakan bahwa Investor Ritel selalu berada pada ‘kasta terendah’ dalam struktur pasar modal, sebagai pihak yang tidak memiliki informasi, paling tidak mengerti kondisi yang dialami perusahaan, dan tidak memiliki kekuatan sama sekali untuk menggerakan harga.
Jadi kalau Asing sudah keluar, dan BANDAR LOKAL juga mau keluar, maka satu-satunya pihak yang bisa menampung saham ini adalah Investor-investor Ritel seperti kita. Seperti sudah kami katakan di awal tahun ketika BANDAR LOKAL mulai menggoreng saham ini menggunakan broker-broker Zombie, memang benar sejak awal tahun terlihat indikasi kalau BANDAR LOKAL memilih untuk mendistribusikan saham AISA ke Investor Ritel dengan cara menggoreng harga saham ini terlebih dahulu, di awal tahun untuk membangkitkan kembali minat beli para investor ritel yang sebelumnya sudah hilang, dengan menggunakan berbagai rumor dan berbagai rekomendasi beli yang dirilis oleh berbagai pihak, namun tujuannya adalah untuk ikut angkat kaki dari saham yang satu ini.
Untuk membuktikan asumsi aksi Distribusi yang dilakukan BANDAR LOKAL kepada investor ritel sepanjang tahun 2018 tidaklah sulit, jika kita melihat Broker Summary AISA sepanjang tahun ini, sampai akhir perdagangan kemarin, dimana harga saham ini terjun ke 200an, kita melihat 4 Broker dengan jumlah investor ritel terbanyak di Indonesia YP, CC, NI, dan PD berada dalam posisi 4 besar broker Top Buyer AISA sepanjang tahun 2018.
Sementara broker-broker yang melakukan penjualan didominasi oleh broker-broker raksasa non ritel, juga broker-broker Asing yang setelah di check juga ditunggangi oleh Bandar Lokal.
Jadi dengan menggunakan Analisa Bandarmologi yang paling basic sekalipun kita bisa mengetahui bahwa sepanjang tahun 2018 ini sedang terjadi aksi distribusi besar-besaran yang dilakukan oleh Bandar lokal kepada investor ritel.
Kesimpulan yang sama juga akan kita dapatkan jika kita melihat dari data PETA KEPEMILIKAN yang dirilis oleh KSEI, kepemilikan Investor Lokal Individual (Investor Ritel) di saham AISA naik signifikan dari 16.7% di akhir tahun 2017 ke level 28.6% di akhir bulan Mei 2018, dan melihat besarnya distribusi BANDAR di saham ini dalam 2 minggu terakhir, kami sangat yakin kepemilikan investor ritel di akhir bulan Juni nanti akan berada atas 30%.
Indikasi-indikasi di atas sangatlah mengkhawatirkan terutama bagi investor ritel yang memang belum paham analisa Bandarmologi, dan menjadi salah satu dari puluhan ribu investor ritel yang ikut jadi korban aksi distribusi Bandar sepanjang tahun 2018 ini.
Kita tentu masih ingat kasus di saham BEKS, 2 tahun yang lalu yang juga terus di-distribusi BANDAR ke Investor Ritel di masa penurunannya, dan khirnya menjebak puluhan ribu investor ritel. Jika kita mau mundur lebih jauh, hal yang sama juga terjadi di saham BNBR beberapa tahun yang lalu sebelum harganya parkir di 50, dimana terus terjadi aksi distribusi besar-besaran di saham ini dari Bandar ke investor ritel.
Namun yang dengan berat hati kami harus mengatakan bahwa kabar buruk untuk AISA ternyata tidak berhenti di sini, di awal tahun ini team riset Creati Trader juga berhasil mendapatkan data mengenai siapa saja yang sedang menjual saham AISA sepanjang tahun 2018 ini.
Dalam tabel di atas kami menampilkan 7 pemegang saham terbesar AISA di akhir tahun 2017 dan dibandingkan pemegang saham akhir pekan lalu. Dari data di atas kita bisa langsung menyadari bahwa ada fakta yang cukup mengkhawatirkan bahwa PT TIGA PILAR CORPORA yang notabene adalah Induk Usaha dari AISA telah menjual 10.5% dari kepemilikan sahamnya sepanjang tahun 2018 ini.
Ternyata aksi jual dari pemilik AISA sendirilah yang menyebabkan kejatuhan saham AISA saat ini, hal ini tentunya sangat meng-khawatirkan, karena sampai saat ini PT TIGA PILAR CORPORA tetap menjadi pemegang saham terbesar di AISA, dengan kata lain mereka jugalah yang paling dirugikan dengan kejatuhan harga saham AISA karena nilai saham yang mereka miliki sudah menyusut sangat signifikan dalam 1 bulan terakhir.
Namun jika kita mau mengambil pelajaran dari pergerakan investor asing yang men-cutloss AISA di awal kejatuhannya tahun lalu, pada saat itu kita heran kenapa Investor Asing rela meng-cut-loss AISA padahal pada saat itu belum ada berita apa-apa tentang AISA.
Hal yang sama mungkin saja sedang terjadi saat ini, jika perusahaan pengenadali AISA sendiri memilih untuk meng-cut-loss besar-besaran saham AISA meskipun harganya sudah turun hampir 90% dibandingkan tahun lalu, pasti mereka punya alasan yang cukup kuat. Dan fakta bahwa sepanjang tahun 2018 ini tidak ada satu pun pemegang saham besar baru yang masuk ke dalam jajaran pemegang saham terbesar AISA, menandakan bahwa tidak ada satu pemain besarpun yang berani menampung aksi jual ini, hanya kita-kitalah investor ritel yang sibuk menampung penjualan tersebut. Kenapa ritel mau membeli karena memang sampai saat ini kita tidak tahu apa-apa mengenai apa yang sedang terjadi di dalam perusahaan.
Jadi kami melihat meskipun kami setuju kalau harga AISA saat ini sudah sangat-sangat murah jika dibandingkan dengan harga tahun lalu, dan beberapa analis fundamental perorangan tampaknya masih percaya akan baiknya prospek saham ini kedepan, namun sebaiknya kita tidak mengabaikan ‘faktor bandarmologi’ yang sedang terjadi saat ini si AISA, karena pada akhirnya merekalah yang menggerakan harga. Dan suka atau tidak kita harus menerima kalau para pemain raksasa, punya informasi yang jauh lebih cepat dan akurat dari kita investor ritel, dan juga punya uang dan saham yang jauh lebih banyak dari kita, kalau mereka saja memutuskan untuk jualan, ketika harga sudah begitu murah, kenapa kita malah sibuk menampung aksi jual mereka.
Bagi rekan-rekan yang dalam kondisi netral, saran kami sebaikanya menjauh dulu untuk waktu yang cukup panjang dari saham ini, sementara bagi mereka yang sudah terlanjur menampung aksi distribusi BANDAR selama ini, dan dalam kondisi nyangkut, kami berharap bisa ada ‘keajaiban’ di dalam perusahaan ini dalam waktu dekat, sehingga BANDAR LOKAL atau INVESTOR ASING yang sampai kejatuhan harga kemarin masih terus menjual saham ini, memutuskan untuk kembali mem-buyback saham ini, sehingga pergerakan saham ini juga bisa berbalik arah.
Pada akhirnya apa yang terjadi di saham AISA adalah sesuatu kejadian yang luar biasa dan sulit untuk diprediksi sebelumnya, apalagi dengan minimnya informasi yang tersedia bagi kita investor ritel. Namun dalam kasus ini kita semua bisa mengambil pelajaran bahwa apa hanya dengan menggunakan analisa bandarmologi sederhana, seharusnya banyak dari kita yang selamat dari kejatuhan saham ini. Karena pada akhirnya di bursa saham setiap kali ada pihak yang mau jualan, harus ada juga yang pihak mau membeli saham tersebut, jadi tentunya tidak bisa semua pihak memiliki informasi yang sama di waktu yang samam karena hal tersebut akan men-trigger aksi yang sama, dan jika kita mau mengikuti strategi trading seseorang, ikutilah pergerakan pemain besar.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God