Hari Kamis dini hari ini, di akhir meeting The Fed, Jannet Yellen kemungkinan besar akan mengumumkan kenaikan suku bunga The Fed dari 0.5% ke 0.75%, kenaikan suku bunga ini sekaligus memenuhi janji The Fed di akhir tahun lalu yang mengatakan pasti menaikan suku bunga (kemungkinan beberapa kali dalam tahun 2016 ini). Namun pada kenyataannya sampai pertengahan bulan Desember tahun ini The Fed belum sekalipun menaikan suku bunga seperti yang dijanjikan Janet Yellen, itu sebabnya banyak pihak sangat yakin kalau pada meeting terakhir FOMC tahun ini, The Fed akan memutuskan untuk menaikan suku bunga.
Sebagai trader saham kita tentunya sangat sering mendengar mengenai Fed Fund Rate ini, karena para analis sekuritas sangat sering menhubung-hubungkan apa yang terjadi di market aktual dengan kebijakan atau potensi kebijakan The Fed ke depan. Kondisi ini secara otomatis membuat para trader percaya bahwa naik atau tidaknya suku bunga di Amerika akan memberikan pengaruh besar pada IHSG.
Beberapa Analisa mengatakan, kenaikan suku bunga di Amerika akan membuat Dow Jones turun, dan akan memberikan dampak negatif pada IHSG. Sementara analisa lainnya mengatakan dengan dinaikannya suku bunga di Amerika, dan potensi turunnya Dow Jones maka para Fund Manager Asing akan mencari ‘lahan investasi’ yang lebih menarik, dan kemungkinan Indonesia akan menjadi salah satu pilihan, yang artinya pasca kenaikan suku bunga IHSG akan dibanjiri inflow asing. Kedua asumsi tersebut masuk akal, namun justru membuat banyak investor bingung efek mana yang akan terjadi dalam keputusan tahun ini.
Hari ini kami akan membahas mengenai Efek keputusan-keputusan The Fed dalam beberapa tahun terakhir, untuk mempelajari efeknya pada IHSG dan Foreign Flow di bursa kita.
TAPERING THE FED – 18 Desember 2013
Keputusan pertama yang akan kami bahas adalah Tappering yang dilakukan The Fed, pada saat itu di akhir tahun 2013 The Fed akhirnya memutuskan untuk mengurangi ‘bail-out’ yang dilakukan sejak tahun 2008, dengan mengurangi jumlah uang yang disuntikan ke market setiap bulan yang awalnya digunakan untuk membangkitkan kejatuhan Stock Market Amerika.
Hampir sepanjang tahun 2013 para analis mengkhawatirkan efek kebijakan ini pada IHSG, karena berkurangnya suntikan dana The Fed akan membuat liquiditas di pasar dunia berkurang, dan sangat dikhawatirkan akan membuat dana asing yang ada di Indonesia kembali ke negara asalnya, atau paling tidak kedepannya tidak ada dana asing yang masuk lagi ke bursa kita.
Namun meskipun asumsi tersebut cukup masuk akal, pada kenyataannya pasca dilakukannya tapering tersebut dana asing justru masuk dalam jumlah yang sangat besar ke bursa kita seperti bisa kita lihat pada grafik di atas, kondisi yang bertolak belakang dengan kekhawatiran semua analis di sepanjang tahun 2013. Pada saat Jokowi Effect dipercaya sebagai alasan dibalik masuknya dana asing, dan market dalam waktu singkat sudah melupakan effect kebijakan The Fed.
AKHIR QE3 – 29 OCTOBER 2014
Di akhir bulan October The Fed akhirnya memutuskan untuk mengakhiri program Quantitative Easing nya, yang menandakan akhir dari penyuntikan dana oleh The Fed untuk mendorong Ekonomi Amerika, dan juga Ekonomi Dunia. Kebijakan ini juga diprediksi memiliki dampak negatif untuk IHSG, karea diperkirakan akan memicu Outflow di IHSG, namun pada kenyataanya kita tidak melihat adanya efek istimewa dari kebijakan ini terhadap pergerakan IHSG dan Foreign Flow IHSG. Dalam beberapa minggu pertama pasca kebijakan tersebut memang terlihat ada outflow, namun outflow juga sudah terjadi sebelum kebijakan tersebut. Setelahnya justru ada inflow yang jauh lebih besar dari outflow sebelumnya, yang membuat IHSG justru mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
KENAIKAN SUKU BUNGA THE FED – 16 Desember 2016
Di bulan Desember tahun lalu, The Fed akhirnya memutuskan untuk mulai menaikan suku bunganya dari 0.25% ke 0.50% setelah tidak dinaikan sejak krisis 2008. Kenaikan ini juga menjadi pembahasan analis sepanjang tahun 2015, dan memicu berbagai kekhawatiran pada market Dunia.
Namun seperti kita ketahui, efek dari kebijakan ini terhadap IHSG juga bisa dibilang tidak ada, di awal tahun ini Dana Asing kembali masuk dalam jumlah besar ke bursa kita, mengangkat IHSG dari level 4.400 ke level 5.400.
Menariknya meskipun sudah berulang kali tidak memberikan dampak apa-apa untuk IHSG, para analis tetap ‘hobby’ menguhubung-hubungkan kebijakan ini dengan kondisi IHSG, seperti yang kita alami juga sepanjang tahun 2016 ini. Walau sebenarnya jika mempelajari kebijakan-kebijakan sebelumnya, kita bisa menyimpulkan apa yang dilakukan oleh The Fed tidak ada kaitannya dengan IHSG ataupun Foreign Flow.
Asumsi mengalirnya dana dari Quantitative Easing ke IHSG dan keluarnya dana tersebut setelah QE berakhir juga sama sekali tidak terbukti, begitu juga dengan naik – turunnya suku bunga di Amerika yang dipercaya akan mempengaruhi pertimbangan investor asing untuk keluar masuk dari bursa kita juga tidak terbukti kebenarannya. Hal itu terlihat dari grafik di atas yang menunjukan bahwa sejak tahun 2011 jumlah dana asing di bursa kita terlihat hanya naik-turun di kisaran yang kurang lebih sama. Tidak ada penambahan atau pengurangan yang signifikan dalam jumlah dana asing di bursa kita.
Jadi satu hal yang bisa kita pelajari untuk tahun-tahun yang akan datang, keluar masuknya dana asing di bursa kita dipengaruhi oleh kondisi dalam negeri seperti Jokowi Effect, Pelambatan Ekonomi, dan lainnya. Bukan karena apa yang diputuskan oleh The Fed di Amerika Serikat sana. Keluar masuknya dana asing juga sifatnya hanya temporer, terkadang mereka masuk dalam jumlah besar, namun disusul oleh outflow dalam jumlah besar, dan pada akhirnya total dana asing yang bermain di bursa kita cenderung segitu-segitu saja.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market